Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
Di ruangan singgasana raja yang megah dan luas. Saat ini, telah dipenuhi oleh banyak orang-orang penting. Di ruangan ini, aku akan menyerahkan sebuah hadiah untuk seorang kesatria yang pemberani.Suasana yang selama ini terasa kaku dan melelahkan. Berubah menjadi hangat dengan penuh kegembiraan. Ketika kesatria yang di hormati banyak orang. Memasuki ruangan yang penuh kehampaan ini.Namun, suasana yang disukai oleh setiap orang yang ada di sini. Semuanya berubah menjadi hening dan menahan tegukan air liur. Orang-orang tidak berhenti menatap lurus ke arah kesatria wanita itu.Kondisi yang mencekam itu, bertahan untuk waktu yang cukup lama. Situasi itu terbentuk akibat dari kejutan yang sangat tidak terduga. Mereka mungkin mengira kalau sedang salah dengar. Mungkin ada hal yang menyumbat telinga mereka.Karena saat mereka mendengar permintaan dari kesatria itu. Mereka semua, seolah-olah sedang berusaha untuk mencoba untuk mengalihkan rasa tidak karuan dalam hati mereka. Kedalam hal lain
Keramaian mulai mereda bersamaan dengan segala kekacauan yang ada. Setiap orang mulai meninggalkan ruang singgasana kerajaan. Hanya menyisakan beberapa orang yang membersihkan berbagai sisa-sisa dari pesta tadi.Sebuah pesta yang telah dipersiapkan selama berhari-hari. Berakhir hanya dalam beberapa jam saja. Namun hal yang membuat ku begitu kecewa bukanlah itu. Melainkan kegagalanku dalam menjaga jalan pesta itu tetap kondusif.Setelah tiada lagi yang berada di dalam ruang singgasana. Aku baru berdiri dari singgasana ku dan berjalan keluar. Aku sudah lelah dengan segala kekacauan yang ada. Aku ingin segera istirahat dengan tenang.Dalam perjalanan pulang, aku mulai terpikirkan tentang berbagai hal. Mulai dari penyesalan karena tidak bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Hingga memikirkan berbagai persiapan untuk acara selanjutnya.Disaat yang bersamaan, aku juga berusaha untuk memikirkan permintaan itu dengan serius. Walaupun hasilnya sudah ditentukan. Aku tetap masih belum puas deng
Aku terus mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Agar orang itu merasa kesakitan dan menarik kakinya. Dengan begitu, dia akan takut denganku dan mengurungkan niatnya untuk merampok disini.Namun, saat aku memikirkan cara paling bagus untuk menghindari masalah ini. Aku juga ikut menyadari sesuatu. Kalau aku tidak bisa membiarkan orang mencurigakan ini terus berada di balik pintu.Jadi, hanya berhasil mencegahnya. Agar tidak bisa masuk ke rumah ini, itu masih belum cukup. Aku harus pastikan, untuk berhasil mengusirnya dari sini secepatnya. Karena akan jadi sangat berbahaya. Kalau dia masih berkeliaran di sekeliling rumah.Adikku yang mungkin akan segera pulang. Bisa ikut berada dalam bahaya. Kalau orang ini tidak segera aku usir jauh-jauh. Jadi, bagaimana caranya aku mengusir orang ini?Saat aku mulai terpaku untuk memahami kondisi sekitar dengan lebih baik. Aku menyadari kalau ada sesuatu hal yang aneh. Karena selama kaki orang itu terjepit. Dia tidak melakukan perlawanan sedikitpun.