Elena, Damian dan Rico sampai di apartement sementara Damian, tempatnya biasanya tidur sementara karena dekat dengan perusahaannya.
Elena berjalan mengikuti kedua pria itu dengan wajah pucat. Saat sampai di ruangan, Elena memberanikan dirinya membuka suara. “T-tuan, bagaimana dengan papaku apa dia akan dilindungi?” tanya Elena.
Damian bersandar sambil menyilangkan kakinya. Tatapan matanya sangat intens mentap Elena dari ujung kepala sampai ujung kaki seakan dia bisa menelanjangi Elena hanya dari tatapannya itu.
Elena menelan ludahnya, merasa gugup karena dia tahu betul makna dari tatapan pria itu. “Anak buahku sudah mengurus itu semua, yang perlu kau pikirkan sekarang hanya aku, Elena,” ujar Damian dengan santainya.
Elena bahkan tidak tahu sejak kapan pria ini tahu namanya tapi mengingat semua hal ini mulai dari pengawal, asistem pribadi, pelanggang utama di club dan semuanya sepertinya Damian ini memang bukan orang sembarangan.
Elena tak membalas setelah itu, dia hanya duduk kaku menunggu apa yang harus dia lakukan sekarang. Sebelum akhirnya Rico menyerahkan sebuah map kepada Damian dan pria itu menyerahkannya pada Elena.
“Ini kontrak perjanjian kita selama 1 tahun ini.”
Elena terdiam. Apakah semua orang kaya membuat kontrak untuk setiap kesepakatan? Elena bahkan tidak punya keberanian untuk membantah Damian saat ini apa dia berpikir Elena akan kabur seperti sebelumnya?
Tanpa berpikir panjang, Elena mengambil kontrak itu. Namun, diluar dugaan Damian, Elena malah membuka dan membacanya dengan detail bukan langsung menandatanganinya.
Tatapannya sangat serius saat membaca isinya membuat Damian dan Rico saling tukar tatapan satu sama lain. “Jadi aku harus membayar duakali lipat jika melanggar kontrak?” tanya Elena. Damian yang terkejut karena Elena paham isi kontrak yang sangat rumit dengan istilah istilah hukum itu berdehem sebelum menjawab.
“Benar,” jawab Damian singkat.
Elena kembali membaca. “L-lalu bagaimana dengan imbalan yang akan tuan berikan? Nominalnya tidak ada disini,” ucap Elena.
Damian terkekeh pelan. Dia merasa sudah cukup salah memandang Elena sejak awal. Wanita ini jauh lebih menarik dari bayangannya. “Tarifmu untuk 1 kali tidur denganmu itu 100 juta akan aku tambah sesuka hati jika aku sedang dalam suasana hati yang baik,” jawab Damian.
Elena mengangguk paham. Dia tidak ingin menyinggung tuan muda ini jadi dia langsung mengambil pulpennya setelah memastikan tidak ada yang aneh dikontrak itu.
“Bagus!” ucap Damian dengan senyuman tipisnya. Dia terlihat sangat puas. Setelahnya, pria itu menyerahkan sebuah map yang jauh lebih tebal lagi kepada Elena hingga membuatnya kebingungan.
“I-ini apa lagi Tuan?” tanya Elena.
Damian menegaknya tubuhnya. “Sebelumnya kau sudah tahu kakekku mengancam dan tidak membiarkanku menyewa wanita lagi jadi aku tidak bisa pergi ke club lagi oleh karena itulah aku melakukan ini tapi dengan latar belakangmu kakekku tetap tidak akan setuju. Jadi, kau harus masuk sebagai pelayan di mansion keluargaku sehingga kau bisa berada di dekatku dan dibawah pengawasanku sehingga aku bisa menemuimu kapanpu aku mau,” ucap Damian.
Elena terdiam. Jadi bukan hanya sebagai penghangat ranjang tetapi Elena harus bekerja sebagai pelayan di rumah pria ini? “T-tapi itu tidak ada dalam kon—
“Jangan memotong saat aku berbicara, Elena.” Suara bariton pria itu otomatis membuat Elena terdiam. “Pelajari semua file ini sehingga kau bisa lolos sebagai pelayan di mansion utama keluargaku dan aku akan membantumu diam diam tetapi kau tetap harus bisa bekerja karena seleksinya sangat ketat.”
Mendengar itu membuat Elena teringat satu hal. Mansion utama dan proses seleksi yang ketat di seluruh kota di negeri ini hanya dimiliki oleh satu keluarga konglomerat dimana semua wanita kelas bawah bahkan menengah sepertinya ini berbondong bondong untuk menjadi pelayan di mansion itu karena gaji yang sangat tinggi.
Bahkan Elena sudah berusaha mengesampingkan latar belakang pendidikannya yang tidak bisa memberikannya uang yang cukup untuk melamar pekerjaan menjadi pelayan di rumah konglomerat itu tetapi Elena selalu gagal entah kenapa.
Dengan gerakan cepat, Elena menyambar berkas-bekas itu dan betapa terkejutnya dia ketika melihat nama mansion itu adalah mansion milik Keluarga Falcone, konglomerat paling berkuasa dan ditakuti di seluruh kota ini.
Elena menatap Damian yang ada di depannya. “J-jadi anda adalah Tuan Damian Alexander Falcone?” bibir Elena bergetar saat mengucapkan nama itu.
Damian tersenyum tipis. “Bagus kalau kau langsung paham. Besok, kau harus sudah diterima karena malam harinya kau harus memulai tugasmu diatas kasurku,” ujar Damian sembari membenarkan jasnya dan meninggalkan Elena sendirian mematung disana.
Rico langsung mengikuti Damian dengan cepat. “Tuan, kau yakin ini aman?” tanya Rico dengan wajah sedikit khawatir.
Damian berjalan tanpa menoleh. “Kakek jarang ada di mansion utama dan aku tahu bisa mengatur tata letak cctv supaya tidak ada yang curiga. Dengan begini kakek tidak akan bisa melacak semuanya karena aku selalu berada di mansion,” ucap Damian.
Rico hanya bisa menghela napas mendengar rencana matang dan penuh perhitungan Damian walau sebenanya sangat beresiko.
“Dia melarangku untuk keluar bersenang-senang? Oke, aku akan membawa kesenanganku ke dalam mansion kalau begitu.”
Mendengar itu Rico hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Damian yang tidak ada habisnya setelah sakit hati karena ditinggal oleh tunangannya.
“T-tuan aku mohon tolong jangan pecat aku dari mansion? Semua kejadian di masa lalu itu murni karena aku terpaksa Tuan, samasekali tidak berniat untuk menggoda Tuan Damian.” Elena berbicara sambil berlutut membuat Elion membulatkan matanya sempurna.“Elena….hey… tidak perlu sampai berlutu ayo bangun,” ujar Elion sembari menyenduk lengan Elena memintanya untuk berdiri.“Aku sudah tahu semuanya dan kau tidak perlu sampai seperti itu. Aku sudah mengenalmu cukup lama Elena dan sebelum memutuskan untuk menyatakan cinta, aku sudah mempertimbangkan segalanya, termasuk Damian,” lanjut Elion lagi.Kedua pria ini memikirkan nasib cinta mereka tetapi hanya Elena yang memikirkan dengan keras bagaimana nasib hidupnya sendiri.“T-tuan aku harus mengatakan ini dengan jelas. A-aku sangat menghormatimu dan mengagumimu sebagai seorang ayah tetapi aku benar-benar tidak bisa membalas perasaanmu, tuan tolong maafkan aku,” lirih Elena dengan wajah yang memelas.Elion menyadari hal itu sejak dia menyatakan c
“Elena, keluar!” Tanpa bantahan, Elena secara otomatis menuruti apa yang Damian katakan. Perkataan pria itu sudah tertanam sangat dalam dialam bawah sadarnya sehingga Elena sudah sangat biasa menurut dengan Damian.Namun, tepat saat Elena menurunkan kakinya dari dalam mobil mewah itu, Elion menahannya dengan mendorong pintu mobil. “Elena tidak akan kemana-mana!” ujar Elion tetapi tatapan matanya tidak kearah elena melainkan menatap tajam kearah adiknya sendiri, Damian.Suasana menjadi sangat intens, apalagi cara keduanya menatap sangat sulit untuk Elena jelaskan. Yang pasti Elena tahu dia dalam masalah besar.“Ada apa ini Damian? Kenapa kau datang secara tiba-tiba dan menghentikan kami?” tanya Elion, dari nada suaranya terdengar cukup kesal.Elena rasanya sangat tertekan berada didalam mobil dan mendengar semuanya. Dia takut hubungan gelapnya dengan Damian akan terbongkar jika keduanya terus saling mengintimidasi seperti ini.Dan nasib pekerjaan Elena? Tidak akan ada yang bisa menjami
Elena memperhatikan pantulan dirinya didepan cermin. Gaun merah merona dengan bagian pinggang yang pas memeluk lekuk tubuhnya.“Tidak! Ini benar-benar salah!” Elena mondar mandir sembari menggigit ujung jarinya. Setelah duduk, Elena berdiri lagi. Dia benar-benar merasa bimbang.Saat melihat jam yang ada di ponselnya sudah menunjukkan hampir tengah malam dan Elena tidak akan tidur malam ini.Terhitung sudah dua hari yang lalu semenjak Elion menyatakan perasaannya secara tiba-tiba, membuat Elena bahkan tidak punya waktu untuk berpikir, bahkan menjawab.Beberapa kali Elena sudah menghindari Elion dan hanya berani membalas pesannya lewat ponselnya saja. Dan kemarin Elena memberanikan dirinya untuk menanyakan Elion apa dia kemungkinan bercanda walau kemungkinannya sangat kecil tetapi Elena masih punya harapan.Namun, bukannya mendapatkan jawaban yang ia inginkan, Elena malah semakin dongkol dibuatnya. Elion malah memastikan lebih dalam dan menjamin seribu persen semua yang dia lakukan dan k
“Uncle! Uncle! Ini aku!” Alaska pagi itu sangat semangat untuk bertemu dengan pamannya. Setelah kemarinnya berusaha keras untuk mendapatkan foto papanya sendiri dengan Elena, Alaska kini bisa menunjukkan hasilnya pada Damian.Namun, Rico, menghadang didepan pintu villa Damian dengan wajah yang cukup serius. “Tuan Muda Alaska, uncle sedang tidak enak badan jadi dia tidak bisa diganggu untuk sementara waktu,” tukas Rico sembari berjongkok dan memegang pundak kecil Alaska.Wajah anak itu langsung cemberut tetapi setelah berpikir sebentar dia berucap, “Tidak, kali ini Uncle Damian pasti langsung sembuh jika aku memberitahunya hasil dari usahaku selama ini.”Wajah Rico terlihat terhibur sedikit mendengar ucapan Alaska yang menggebu-gebu itu. “Tuan muda, tolong jangan persulit saya, Uncle-mu itu benar-benar sakit hingga dia berbaring di tempat tidur dia juga tidak akan bisa berbicara,” ujar Rico berusaha meyakinkan lagi.Namun Alaska terlihat semakin kesal. “Apa dia tidak berpura-pura sakit
Elena membelalakkan matanya sempurna ketika merasakan pergerak Elion semakin mengkhawatirkan. Entahlah apa yang sedang terjadi sehingga saat bangun-bangun Elena sudah berada dalam pelukan Elion, berada seranjang dengan majikannya ini.Saat merasakan ciuman Elion semakin dalam dan menuntut serta pergerakan tangannya yang mulai liar dan melewati batas, Elena mendorong dada bidang Elion dengan sekuat tenaga yang dia miliki.“T-tuan…..” lirih Elena dengan sisa kesadarannya. Sementara itu, Elion yang sempat terbawa dnegan suasana mendadak terasa didorong keras menuju ke realita.Elion menatap wajah Elena yang begitu terkejut dan ketakutan dan pakaiannya yang mulai sedikit terbuka. “Elena…aku…..kali ini aku tidak akan meminta maaf, aku sadar melakukan itu kali ini.”Deg!Elena benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga keadaan bisa berubah naik turun seperti ini. Barusaja kemarin Elena menangis dengan sangat sakit hati karena Damian dan masalah Elion dengan istrinya yang Elena
Prang!“Tuan tenangkan dirimu!” Suara Rico terdengar sangat khawatir. Apalagi, melihat keadaan tuannya yang sangat kacau seperti ini.Damian tertunduk lemah diatas lantai villa itu. Matanya memerah, rambutnya sudah berantakan, kancing bajunya seadanya saja dan ekspresi wajahnya sangat suram.Keadaan ruangan itu juga seperti kapal pecah. Semuanya berjatuhan dan beberapa kaca sudah pecah. Damian sudah mengamuk sejak pulang dari berlayar kemarin malam hingga pagi ini Rico masih menemaninya.Berusaha menyembunyikan kondisi Damian agar tidak mengundang masalah jika sampai Thomas tahu apalagi ada banyak sekali anggota keluarga besar yang ada disini.“Tuan…letakkan itu sekarang juga, ini sudah pagi, ada yang akan mendengarnya nanti,” bujuk Rico berusaha berbicara dengan pria yang berada didalam pengaruh kuat alkohol itu.Entah sudah berapa barang yang Rico berusaha sembunyikan agar Damian tidak bisa melemparnya lagi. Seumur hidupnya, baru kali ini Rico melihat tuannya setidak berdaya ini. Ma