Share

2. Menciptakan Neraka.

Author: Roro Halus
last update Last Updated: 2025-01-21 23:29:24

"Arkhhhhhh!" teriak Naya melonggarkan sesak dadanya.

Berjalan menuju kaca besar disebelah kasur, menatap pantulan dirinya sendiri, "Murahan?" ucapnya sambil menyeka air mata yang terus luruh.

"Ya, kau seperti jalan! Tampilanmu menjijikan, Naya!" pekiknya sendiri dengan frustasi sebab sesak dadanya tak mau hilang.

Naya kemudian melampiaskan marahnya dengan menarik bedcover yang sudah dihiasi mawar berbentuk hati itu hingga terburai, "Ya, aku wanita murahan ... Aku menjijikkan!" teriaknya sambil terus mengacak-acak kasur itu hingga tak berbentuk.

Sampai Naya lega dan berakhir terduduk di pinggir ranjang dengan kedua tangan mencengkeram badcover itu dengan erat, membuat kukunya tampak memutih.

Naya sangat terpukul dengan perubahan suaminya, juga sakit hati saat membayangkan suaminya kini tengah menikmati tubuh wanita lain.

Istri mana yang bisa terima? Tidak ada!

"MAKA, SAMPAI KAPANPUN JANGAN PERNAH MENYENTUHKU, MAS!" teriaknya sambil mengambil hiasan keramik di nakas sebelahnya dan dia lempar sekuatnya menghantam tembok.

hingga terburai dan pecah berceceran!

Rauangan dan isakannya semakin menjadi saat melihat serpihan keramik itu bergitu berantakan, sama seperti malam pertamanya saat ini.

Naya tidak ingin berpura-pura kuat atau menganggap tidak terjadi apa-apa, Naya ingin malam ini saja, menjadi saksi betapa dia sangat kesakitan.

Malam ini saja, Naya membiarkan laki-laki yang bergelar suaminya itu bisa menghina dan merendahkannya, tidak untuk malam-malam atau hari selanjutnya.

Biarkan malam ini dia hancur, menelan semua kesakitan ini agar besok dia bisa kembali pada Sanaya yang kuat dan mahal!

Akan Naya buktikan, jika dirinya bukan wanita murahan seperti wanita suaminya yang malam ini yang melayaninya.

Dirinya berharga, dirinya mahal, dan dirinya wanita bermartabat. Akan Naya pastikan jika Lingga menyesal memperlakukan dirinya seperti ini!

Untuk malam ini saja, Naya ingin menghabiskan semua air matanya, agar tak akan ada air mata selanjutnya.

Rumah tangga seperti apa yang akan Lingga nahkodai kedepannya? Naya akan ikut bermain-main dengan itu.

Seperti kaca!

Yah, Naya akan menjadi seperti kaca, yang memantulkan semua bayangan, maka Naya akan melakukan apa yang Lingga lakukan.

Jika dia kesakitan, maka Lingga harus ikut kesakitan, Naya siap menciptakan neraka itu, "Mari ke neraka bersama, Mas!" lirihnya.

Dan, malam itu Naya kelelahan menangis sampai tertidur dilantai, diatas bad cover yang dia cengkeram sejak tadi.

Tak peduli dinginnya malam itu, Naya tak ingin naik ke ranjang.

Biarkan ranjang itu terus membeku, tanpa pernah dihangatkan! Bukankah, ranjang itu memang sudah membeku bersama dengan sikap dingin Lingga.

Maka akan terus membeku seperti itu.

Keesokan harinya, Naya bangun dalam kesendirian, ruangan besar itu semakin dingin dan membuat Naya muak.

Naya bergegas ke kamar mandi dengan santai melewati pecahan keramik yang masih berceceran.

Naya sedikit merilekskan tubuhnya pagi ini, juga sedikit menghilangkan mata sembabnya di kamar mandi.

Walaupun sudah ingin segera pergi, tapi Naya ingin pergi dengan keadaan yang baik, tidak akan Naya tunjukkan kehancurannya di depan sang suami atau Ibunya.

Cukup lama! Akhirnya Naya selesai mandi dan berganti pakaian! Matanya juga sudah tidak bengkak, hanya tinggal menutupinya dengan make up dan sempurna.

Seperti tidak terjadi apa-apa!

Naya menoleh sekilas saat mendengar suara pintu terbuka, setelah itu melanjutkan sapuan make up yang tengah dia kerjakan, tak perduli suaminya masuk ke dalam kamar.

"Kau mau jual diri dimana? Kenapa pagi-pagi sudah cantik, saja!" gumamnya sambil terkekeh merendahkan.

"Pada siapa ya? Aku masih mempertimbangkan, laki-laki kaya mana yang akan aku goda!" jawab Naya sekenanya.

"Ck! Keluar juga sifat aslimu! Murahan!" ketus Lingga kemudian berlalu dan memasuki kamar mandi sambil menyeringai setelah melihat kondisi kamar.

Sedang Naya tidak perduli!

Peduli setan, tau atau tidak, yang jelas Naya tidak akan menunjukkan kehancurannya didepan mata laki-laki kejam, seperti Lingga.

Naya kemudian berganti baju dengan dres putih pendek selutut dengan leher tipe V, sehingga sebagian belahan terlihat karena Naya sengaja menurunkannya sedikit.

Tak lama, Lingga sudah keluar dari kamar mandi melihat Naya yang duduk di sofa ujung kamar itu sambil menatap intens suaminya.

"Siapa targetmu, sepagi ini?" sinis Lingga sambil menaikan satu sudut bibirnya.

"Hmm, siapa ya?" jawab Naya seakan menantang Lingga, "Apa kau ada kenalan rekan bisnismu? Siapa tau cocok, denganku!"

Mendengar jawaban santai Naya membuat Lingga geram, netranya menajam, kemudian mendekati Naya dan mencengkeram rahangnya dengan penuh penerkanan.

Hingga bibir Nara mengerucut!

Sakit! Kekuatan Naya tidak sebanding dengan Lingga, tapi Naya tak ingin menunjukkan wajah kesakitannya sedikitpun, karena itu akan membuat Lingga menang.

Naya tak mau kalah, dan membalas tatapan tajam suaminya itu.

"Menggodalah sepuasmu, aku tidak perduli! Tapi tidak dengan teman-temanku!" desis Lingga, "Mereka terlalu berharga jika harus menjadi korban wanita ular, sepertimu!"

"Dan kamu menikahi wanita ular, itu? Ahahaha, Lucu sekali, Tuan!"

Tanpa terasa Lingga mempererat cengkeramannya, seolah benar-benar ingin mengakhiri kehidupan Naya.

"Kau pikir aku menikahimu untuk jadi istriku? Mimpi ... Kau hanya jadi pelayanku!" pekiknya, "Kau akan menderita menikah denganku!"

Entah apa yang membuat Lingga terlihat begitu marah dan kasar, Naya menatap mata marah suaminya dengan berani seolah menantang!

Sampai saat ini, Naya masih belum bisa membaca situasinya!

Kenapa harus menikahinya, jika Lingga tak mencintai dan menginginkan dirinya!

Kenapa perubahan drastis ini justru terjadi sesaat setelah menikah?

"Baiklah, aku menerimanya! Aku akan masuk secara sukarela ke neraka yang yang kamu ciptakan, Mas! Aku akan menderita dan menyeretmu pada penderitaan itu!"

"Tapi, Lepaskan!" pekik Naya sambil memukul kencang tangan Lingga yang Mencengkeramnya.

Lingga yang tak menyangka Naya akan melakukan itu cukup terkejut dan melepaskan tangannya, sorot mata teduh Naya telah hilang berganti dengan mata tajam yang terus mengincarnya.

'Menarik! Gadis lembut itu nyatanya hanya bungkusnya saja, aslinya adalah gadis tangguh, kuat dan pemberani! Akan lebih seru lagi!' batin Lingga menyeringai.

"Menyeretku? Apa aku tidak salah dengar!"

Naya tersenyum tipis, "Mas, ayolah! Aku hanya mengikuti janji pernikahan kita, susah senang bersama, jadi aku juga akan menyeretmu! Ide bagus, bukan?"

Lingga terdiam melihat senyuman itu dengan rahang dan pipi Naya berbekas merah karena ulahnya, "Mari buktikan, wanita siluman!"

"Wah, siap Raja iblis!" Jawab Naya, "Oh iya, bagaimana malam panasmu dengan gundikmu, itu? Apa kamu ada rekomendasi satu laki-laki pemuas, untukku?" tembak Naya.

Sesaat, Naya tersenyum karena mendengar suara gemeletuk gigi Lingga.

"Ya, wanita murahan sepertimu hanya cocok tidur dengan laki-laki menjijikan itu!" sinis Lingga kemudian berbalik dan beranjak meninggalkan kamar.

"Kau juga cocok, untuk gundik murahanmu semalam!" jawab Naya membalas dengan santai sambil mengikuti langkah Lingga.

Namun, Lingga langsung berbalik saat mendengar ucapan Naya dan langsung menarik rambut Naya yang terurai.

Srak!

"Auuuu!" pekik Naya.

"Wanita yang semalam adalah kekasihku, dia bukan wanita murahan! sekali lagi kau sebut dia gundikku, aku gunduli rambutmu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   91. Happy Ending

    Naya mencoba mengabaikan perasaan anehnya, dan mengangguk, "Baiklah, kita berikan kejutan untuk semuanya hari ini, mereka pasti seneng kamu sudah bisa jalan, Mas!" Lingga tersenyum, "Berkat obat paling mujarabmu, Sayang!" "Ishhh! Ke rumah Ibu sekarang!" potong Naya saat mengetahui suaminya mulai menunjukkan tanda-tanda berbeda. Badannya saja masih seperti remuk redam akibat ulah suaminya itu, "Dasar banteng liar!" "War, banteng liar akan menyerudukmu, Sayang!" canda Lingga semakin menjadi-jadi membuat Naya akhirnya terkekeh. Dan setelah itu, Lingga melajukan mobilnya sendiri, pertama kalinya menyetir setelah selama ini Naya yang menyetir membuat Lingga merasa kembali menjadi laki-laki seutuhnya. Cukup lama, mobil Lingga akhirnya terparkir sempurna di depan rumah Bu Btari, di sambut oleh Bu Btari yang menggendong Naima, Nendra dan Bia yang tengah menggendong Kayla. "Itu, Mama dan Papa datang!" Terdengar suara lirih Bia sambil menggoyangkan tangan Nendra, membuat Lingga tersenyum

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   90. Penyatuan Hati

    Naya terkekeh mendengar godaan Lingga, kemudian mendorong kursi roda suaminya menuju kamar, "Bukan kamu yang menyeret ku, Mas, tapi aku yang meyeretmu!" Lingga tertawa mendengarnya, "Baiklah, aku pasrah padamu, Sayang!"Tawa keduanya memenuhi rumah yang dulu dingin di awal pernikahan itu, menghangatkan dan mengukir kembali asa yang pernah lebur. Seolah ingin mengganti semua rasa sakit menjadi kebahagiaan saja. Naya membersihkan suaminya, menggantikan dengan pakaian tidur, kemudian berganti dirinya yang mandi cukup lama untuk sekedar me time. Setelah seharian lelah mengurus kedua anaknya dan suaminya, berendam air hangat cukup merilekskan tubuhnya, mumpung kedua anaknya diangkut oleh sang ibu. Sedangkan Lingga sudah duduk di balkon dengan dua gelas hot chocolate buatan mbok rum lengkap dengan cookies home made. Menunggu istrinya yang sudah ijin untuk berendam lebih lama, Lingga sendiri sengaja memberikan waktu karena istrinya pasti sangat lelah seharian. Cukup lama, sekitar satu

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   89. Aku seret sekarang

    Lingga seakan memiliki harapannya lagi, merasa dirinya harus sembuh untuk kedua anaknya dan juga Naya. Naya benar-benar menyulut semangat Lingga, dan Naya kembali memeluk suaminya penuh dengan haru, melihat suaminya memiliki semangat hidup membuatnya sangat bahagia. 'Bahkan jika kamu tak bisa jalan sekalipun selamanya, aku akan tetap bangga memilikimu, Mas!' batinnya. Bersamaan dengan itu, Bu Btari masuk kembali ke dalam kamar menggendong bayi mungil itu sambil menggandeng tangan kecil cucu pertamanya yang baru tiba, "Peluklah Papamu, kau pasti rindu kan?" titahnya. Membuat Naya dan Lingga terpaku melihat putranya sudah berlinang air mata menatap sang ayah. Sontak Lingga merentangkan tangannya, dengan mata penuh kerinduan melihat putranya yang terlihat jauh lebih besar, dengan gaya pakaian yang berbeda dan juga rambut yang berwarna pirang. Sedikit banyak, Lingga tau yang putranya rasakan, membuat Lingga tak bisa menahan matanya yang sudah basah, "Kemarilah jagoan, Ayah rindu!"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   88. mengetuk pintu seluruh dokter

    "Mas!" lirih Naya masih terus mengusap wajah suaminya, "Aku menanti delapan bulan untuk bisa berbincang dengamu, aku habiskan hari-hari dengan rasa bersalah! Dengan penyesalan! Jika bisa aku ingin menukar dunia ini dengan bangunmu kembali bukan untuk perceraian!" lirih Naya dengan lelehan air mata. Hatinya tak sanggup mendengar ucapan rendah diri itu dari suaminya, segala penyesalan, semua sakit suaminya, Naya lebih dari sakit. "Naya yakin Mas akan cepat sembuh, bisa jalan lagi! Hanya butuh waktu, Mas ... Mas juga belum menepati janji akan ke Barcelona dengan Nendra! Seperti keinginan Nendra, mari bangun rumah tangga kita lagi, jangan menceraikan Naya, Mas!" pinta Naya. Persetan dengan harga diri, nyatanya kehilangan Lingga begitu menghantam hatinya, begitu memporak-porandakan hidupnya, memporak-porandakan hati putranya juga. Jika permohonan Lingga delapan tahun lalu Naya tolak, kini permohonannya, akan Naya pastikan tidak akan tertolak. Namun, bukannya menjawab, Lingga justru ke

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   87. Kau tak akan bahagia

    Perkikan Bu Btari membuat Naya menoleh pada suaminya, "Mashhhh!" teriaknya terkejut saat matanya beradu dengan mata sang suami. Oek! Oek! Oek! Nafas Naya tersengal, bersamaan dengan air mata yang banjir melihat suaminya membuka mata, Bu Btari berlari menekan tombol emergency, bersama dengan dokter Merlin menggendong bayi kecil itu dan menutup tubuh bagian bawah Naya. "Mas!" lirih Naya meresapi mata itu, hingga dokter datang dan segera memeriksa Lingga, karena semua alat yang menempel di tubuhnya berbunyi. "Maaf, Bu! Ibu harus segera mendapat penanganan dan bayi ibu di ruang bersalain, biar saya periksa, Bapak!" ijin dokter itu. Dokter Merlin mengangguk, Naya pun mengangguk dan mendorong bangkar Naya menuju ruang bersalin, meninggalkan Lingga yang masih membisu. "Bu, temani Mas Lingga! Naya tidak apa-apa! Setelah dokter selesai memeriksa baru Ibu boleh datang pada Naya!" pinta Naya lemah. "Iya, Nak!" jawab Bu Btari mencium putrinya sekilas, "Kamu hebat!" "Pastikan suamiku tidak

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   86. Melahirkan

    "Naya tak punya uang, jadi hanya dibantu tetangga!" ucapnya. "Kenapa kamu harus pergi, atau kalau tak ingin ditemukan oleh Lingga, kamu masih punya ibu, Nak! Kamu masih bisa meminta uang pada Ibu!" Naya menggeleng, "Naya merasa bersalah meninggalkan ibu dan Mas By, tapi saat itu Naya terpukul dengan kehamilan Naya! Saat itu hujan sangat deras, Naya sudah kesakitan sejak pagi namun tak tahun harus kemana, Naya memilih terus menahannya di dalam kontrakan, hingga tetangga Naya datang, dan melihat Naya!" ceritanya, "Dia punya anak tiga, jadi berbekal pengalaman, Mbak Can membantu Naya melahirkan Nendra! Sakit sekali, Bu!" ceritanya sambil melirik tangan Lingga yang bergerak. "Nak, kali ini kamu tidak akan sendirian! Ibu akan menemani kamu, suaminya akan menemani kamu! Tidak apa jika ingin melahirkan di ruangan ini! Kalau sampai suamimu tak kunjung bangun, nanti ibu sendiri yang akan carikan suami baru, yang bisa menemanimu!" ucap Bu Btari. Membuat Lingga meneteskan air mata, "Tidak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status