Share

3. Saling Menyakiti

Author: Roro Halus
last update Last Updated: 2025-01-21 23:32:25

"Wanita yang semalam adalah kekasihku! sekali lagi kau sebut gundikku, aku gunduli rambutmu!" teriak Lingga marah kemudian mendorong rambut yang di tarik menjauh hingga Naya tersungkur

Kaki dan tangannya namun masih sempat menyangga tubuh sehingga tidak sampai ke lantai.

Naya menggenggam tangannya kuat-kuat! Rasa nyeri di pangkal rambutnya masih berdenyut, namun bukan itu yang membuat Naya marah.

Namun, kenyataan bahwa Lingga membela gundiknya itu nyatanya juga masih membuat dadanya sesak, namun Naya sudah bertekad akan berlatih untuk bertahan.

Kemudian dia kembali menatap Lingga dengan rambut yang sedikit berantakan karena jambakan itu, 'Teruslah sakiti aku, Mas!' batin Naya.

"Apa?" pekik Lingga, "Kau marah? Kau sakit hati? Dia wanita yang sangat aku cintai!" lanjutnya memamerkannya.

Naya tersenyum sedikit, kemudian berlalu begitu saja dengan menegakkan kepalanya tanpa menoleh sedikitpun.

Seolah dia benar-benar biasa saja dan keluar dari kamar sambil menetralkan hatinya sendiri.

Naya menuju restaurant hotel, karena pasti Ibu dan Mas Byakta sedang sarapan di sana, Naya ingin sekali memeluk ibunya.

"Ibuuu!" pekik Naya dari kejauhan dan berlari sambil merentangkan tanya, kemudian mereka berpelukan, "Naya rasanya sangat rindu sekali dengan, ibu!" ucapnya.

"Kamu ini! Udah menikah masih seperti anak kecil, malu dilihat suamimu, Nak!" jawab Bu Btari, ibu Naya. Sontak Naya melebarkan matanya, melerai pelukan dan menoleh pada suaminya yang mengikutinya, "Ayo, makan! Duduk sini sama Ibu dan Masmu!"

"Iya, Bu!" jawab Lingga sopan.

Membuat Naya melebarkan bibirnya sekejap, setelah itu terkekeh kecil, "Kenapa, Naya?" tanya Mas Byakta.

"Tidak, Mas! Naya hanya lucu saja melihat Mas Lingga, tidak terasa ternyata kami sudah menjadi suami istri!" ucapnya membuat Mas Byakta terkekeh.

"Kamu ini bisa saja, Nay! Dasar pengantin baru!" candanya.

Namun berbeda dengan Lingga yang tersindir dengan ucapan Naya, dia tau persis maksud tawa Naya, "Iya, Mas, istriku tercinta ini masih belum terbiasa!" timpalnya!"

Naya berdiri begitu saja bahkan sebelum Lingga menyelesaikan ucapannya, dia sangat muak dengan sandiwara ini! Pernikahan bahagia? Ish, Bullshit!

Naya mengambil dua piring nasi goreng Jawa dengan beberapa tambahan sosis dan ayam katsu, juga beberapa dessert, meletakkan satu untuk Lingga dan satu untuknya, "Selama makan, Suami tercintaku!" ucap Naya sambil duduk.

'Teruslah bersandiwara, Mas! Kau pikir, aku tidak pandai? Aku bahkan jauh lebih pandai menutupi perasaanku!' batin Naya mulai menyendokkan makanannya.

"Terima kasih, Dek!"

Rasanya Naya ingin tertawa sekencang mungkin, Apa suaminya memiliki kepribadian ganda? Lucu sekali.

Melihat itu, Ibu Btari dan Mas Byakta tersenyum, karena merasa anak dan adiknya telah menemukan sosok laki-laki yang luar biasa menghargainya.

Dan mereka bisa tenang melepas Naya untuk menjalani kehidupan rumah tangga berdua.

Bu Btari memberikan beberapa bakso yang baru diambilnya untuk sang menantu.

"Terima kasih, Ibu!" ucap Lingga dan Bu Btari mengangguk sambil tersenyum.

Sedang Naya hanya menoleh dan tersenyum, 'Ibu terlihat menyayangi Mas Lingga!' batinnya.

Naya setidaknya cukup beruntung, Lingga masih berpura-pura seperti di depan keluarganya, sebab Naya tak mau ibunya khawatir.

Terlebih menikah dengan Lingga adalah keinginannya, maka Dia yang akan menanggungnya sendiri, walaupun berdarah-darah.

"Nak Lingga, tinggal di rumah Ibu dulu barang satu minggu ya? Ibu ingin merasakan tinggal bersama kalian sebelum kalian pindah ke rumah kalian, Nak!" pinta Bu Btari setelah menyelesaikan sarapan mereka.

"Iya, Bu! Lingga dan Naya akan tinggal satu minggu di rumah Ibu!" jawab Lingga lembut membuat Bu Btari sangat senang.

Begitu juga dengan Naya.

Mereka semua pulang ke rumah Naya setelah Lingga membayar denda untuk kerusakan kamar, akibat perbuatan Naya.

Setibanya di kamar, Lingga langsung merebahkan tubuhnya di kasur Naya yang relatif kecil, 160x200, dengan kedua dia tekuk di belakang kepalanya.

Naya hanya diam, memilih untuk membersihkan baju kotor dari hotel kemarin.

Naya sebisa mungkin menjauh dari laki-laki itu!

Setelah itu membantu Ibunya di dapur menyiapkan makan siang, juga beberes sisa-sisa pernikahan kemarin, untungnya banyak pekerjaan yang membuatnya bisa menjauh dari Lingga.

Satu kamar dengan Lingga terasa sangat aneh sekarang!

Namun Naya tetap meladeni semua kebutuhan suaminya, mengambilkan makan, camilan, urusan ganti dll.

Hingga malam hari, Naya masih sibuk membantu Ibu membuka amplop, berisi uang hadiah pernikahan dari tetangga seperti pada umumnya.

"Sana kamu ke kamar, Nak! Kasihan suamimu!" titah Bu Btari.

"Tidak apa-apa, Bu! Mas Lingga paling jug—"

"Tidak baik begitu, Nak! Sana kamu temani!" potong Bu Btari tak mau mendengar alasan Naya lagi.

Dan Naya menurut, memasuki kamarnya yang terasa asing dan dingin, aneh!

Naya masuk, dengan pemandangan Lingga hanya menggunakan celana panjang, dan tubuh atasnya terbuka menonjolkan semua barusan roti sobek dengan posisi yang sama, yaitu rebahan dengan kedua tangan di tekuk di belakang kepalanya.

'Apa maunya? Aku tidak akan pernah tergoda, Mas! Setelah malam kemarin, bahkan aku mengharamkan tubuhku untuk kau sentuh! Aku bahkan tidak tertarik sama sekali!' batinnya sambil berjalan menuju almari.

Naya mengambil sebuah selimut tebal, dia gelar di lantai bagian bawah ranjang, kemudian di berbaring di bawah.

Sontak, mata Lingga membuka kemudian menyeringai, "Karena tidur disini, aku tidak bisa menyentuh kekasihku! Bagaimana ini? Apa aku undang kemari saja, ya!" gumamnya.

Naya yang baru saja meletakkan kepalanya kemudian mengangkat kembali, "Kenapa repot-repot, tinggal keluar dan cek in lagi, Suamiku! Silahkan! Pintu di sebelah sana!" ucapnya.

"Sayangnya aku sangat lelah, biarkan dia yang kemari saja! Mungkin kau ingin melihat permainan kami!" ucap Lingga kemudian memiringkan tubuhnya melihat Naya yang membulatkan matanya.

"Menjijikan! Jangan menodai kamarku dengan aktifitas gilamu, itu, Raja Iblis!" kesal Naya.

"Lantas, siapa yang bisa kusentuh malam ini?" jawabnya lagi sambil tersenyum dengan satu sudut bibitnya, "Mungkin, wanita murahan sepertimu yang tak laku!" lanjutnya sambil menatap seluruh tubuh Naya dari atas ke bawah.

Sontak Naya tertawa, "Ahahaha ... Suamiku lucu sekali! Bukankah baru tadi pagi mengatakan tidak sudi dengan tubuh murahanku ini!"

"Terpaksa! Sekali-kali harus mencicipi yang kotor supaya aku semakin menikmati sentuhan kekasihku!" ucapnya pedas.

Sangat pedas, membuat hati Naya mulai panas, 'Teruslah menghina dan merendahkan aku, Mas! Teruslah menyakiti aku! Jangan salahkan jika kau akan ikut sakit!' batin Naya.

"Wah, bagaimana kalau lain waktu saja, nanti wanita murahan ini akan memanggil laki-laki bayarannya dan kamu dengan kekasihmu? Indah bukan?" ucap Naya sambil menggigit telunjuknya sendiri secara sensual, "Wah, atau dengan asistenmu saja! Aku yakin gajinya cukup banyak untuk bisa membayar tubuhku!"

Naya benar-benar tak bisa di tantang, sesuai tekadnya dia akan menciptakan neraka itu dengan senang hati, membiarkan dirinya dan Lingga terluka.

Yah, Naya sangat tau jika saat ini mereka tengah saling menyakiti satu sama lain, terlihat dari rahang Lingga yang mengeras mendengar ucapannya.

'Jika seperti ini kau terlihat cemburu, tapi kau jahat dan tak sudi menyentuhku kan! Ada apa denganmu sebenarnya, Mas?' batin Naya.

"Nay!" geram Lingga.

"Aku hanya menuruti ucapanmu, jalang sepertiku hanya cocok untuk laki-laki menjijikkan yang dibay—"

Cup!

Emmhhtt!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   91. Happy Ending

    Naya mencoba mengabaikan perasaan anehnya, dan mengangguk, "Baiklah, kita berikan kejutan untuk semuanya hari ini, mereka pasti seneng kamu sudah bisa jalan, Mas!" Lingga tersenyum, "Berkat obat paling mujarabmu, Sayang!" "Ishhh! Ke rumah Ibu sekarang!" potong Naya saat mengetahui suaminya mulai menunjukkan tanda-tanda berbeda. Badannya saja masih seperti remuk redam akibat ulah suaminya itu, "Dasar banteng liar!" "War, banteng liar akan menyerudukmu, Sayang!" canda Lingga semakin menjadi-jadi membuat Naya akhirnya terkekeh. Dan setelah itu, Lingga melajukan mobilnya sendiri, pertama kalinya menyetir setelah selama ini Naya yang menyetir membuat Lingga merasa kembali menjadi laki-laki seutuhnya. Cukup lama, mobil Lingga akhirnya terparkir sempurna di depan rumah Bu Btari, di sambut oleh Bu Btari yang menggendong Naima, Nendra dan Bia yang tengah menggendong Kayla. "Itu, Mama dan Papa datang!" Terdengar suara lirih Bia sambil menggoyangkan tangan Nendra, membuat Lingga tersenyum

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   90. Penyatuan Hati

    Naya terkekeh mendengar godaan Lingga, kemudian mendorong kursi roda suaminya menuju kamar, "Bukan kamu yang menyeret ku, Mas, tapi aku yang meyeretmu!" Lingga tertawa mendengarnya, "Baiklah, aku pasrah padamu, Sayang!"Tawa keduanya memenuhi rumah yang dulu dingin di awal pernikahan itu, menghangatkan dan mengukir kembali asa yang pernah lebur. Seolah ingin mengganti semua rasa sakit menjadi kebahagiaan saja. Naya membersihkan suaminya, menggantikan dengan pakaian tidur, kemudian berganti dirinya yang mandi cukup lama untuk sekedar me time. Setelah seharian lelah mengurus kedua anaknya dan suaminya, berendam air hangat cukup merilekskan tubuhnya, mumpung kedua anaknya diangkut oleh sang ibu. Sedangkan Lingga sudah duduk di balkon dengan dua gelas hot chocolate buatan mbok rum lengkap dengan cookies home made. Menunggu istrinya yang sudah ijin untuk berendam lebih lama, Lingga sendiri sengaja memberikan waktu karena istrinya pasti sangat lelah seharian. Cukup lama, sekitar satu

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   89. Aku seret sekarang

    Lingga seakan memiliki harapannya lagi, merasa dirinya harus sembuh untuk kedua anaknya dan juga Naya. Naya benar-benar menyulut semangat Lingga, dan Naya kembali memeluk suaminya penuh dengan haru, melihat suaminya memiliki semangat hidup membuatnya sangat bahagia. 'Bahkan jika kamu tak bisa jalan sekalipun selamanya, aku akan tetap bangga memilikimu, Mas!' batinnya. Bersamaan dengan itu, Bu Btari masuk kembali ke dalam kamar menggendong bayi mungil itu sambil menggandeng tangan kecil cucu pertamanya yang baru tiba, "Peluklah Papamu, kau pasti rindu kan?" titahnya. Membuat Naya dan Lingga terpaku melihat putranya sudah berlinang air mata menatap sang ayah. Sontak Lingga merentangkan tangannya, dengan mata penuh kerinduan melihat putranya yang terlihat jauh lebih besar, dengan gaya pakaian yang berbeda dan juga rambut yang berwarna pirang. Sedikit banyak, Lingga tau yang putranya rasakan, membuat Lingga tak bisa menahan matanya yang sudah basah, "Kemarilah jagoan, Ayah rindu!"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   88. mengetuk pintu seluruh dokter

    "Mas!" lirih Naya masih terus mengusap wajah suaminya, "Aku menanti delapan bulan untuk bisa berbincang dengamu, aku habiskan hari-hari dengan rasa bersalah! Dengan penyesalan! Jika bisa aku ingin menukar dunia ini dengan bangunmu kembali bukan untuk perceraian!" lirih Naya dengan lelehan air mata. Hatinya tak sanggup mendengar ucapan rendah diri itu dari suaminya, segala penyesalan, semua sakit suaminya, Naya lebih dari sakit. "Naya yakin Mas akan cepat sembuh, bisa jalan lagi! Hanya butuh waktu, Mas ... Mas juga belum menepati janji akan ke Barcelona dengan Nendra! Seperti keinginan Nendra, mari bangun rumah tangga kita lagi, jangan menceraikan Naya, Mas!" pinta Naya. Persetan dengan harga diri, nyatanya kehilangan Lingga begitu menghantam hatinya, begitu memporak-porandakan hidupnya, memporak-porandakan hati putranya juga. Jika permohonan Lingga delapan tahun lalu Naya tolak, kini permohonannya, akan Naya pastikan tidak akan tertolak. Namun, bukannya menjawab, Lingga justru ke

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   87. Kau tak akan bahagia

    Perkikan Bu Btari membuat Naya menoleh pada suaminya, "Mashhhh!" teriaknya terkejut saat matanya beradu dengan mata sang suami. Oek! Oek! Oek! Nafas Naya tersengal, bersamaan dengan air mata yang banjir melihat suaminya membuka mata, Bu Btari berlari menekan tombol emergency, bersama dengan dokter Merlin menggendong bayi kecil itu dan menutup tubuh bagian bawah Naya. "Mas!" lirih Naya meresapi mata itu, hingga dokter datang dan segera memeriksa Lingga, karena semua alat yang menempel di tubuhnya berbunyi. "Maaf, Bu! Ibu harus segera mendapat penanganan dan bayi ibu di ruang bersalain, biar saya periksa, Bapak!" ijin dokter itu. Dokter Merlin mengangguk, Naya pun mengangguk dan mendorong bangkar Naya menuju ruang bersalin, meninggalkan Lingga yang masih membisu. "Bu, temani Mas Lingga! Naya tidak apa-apa! Setelah dokter selesai memeriksa baru Ibu boleh datang pada Naya!" pinta Naya lemah. "Iya, Nak!" jawab Bu Btari mencium putrinya sekilas, "Kamu hebat!" "Pastikan suamiku tidak

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   86. Melahirkan

    "Naya tak punya uang, jadi hanya dibantu tetangga!" ucapnya. "Kenapa kamu harus pergi, atau kalau tak ingin ditemukan oleh Lingga, kamu masih punya ibu, Nak! Kamu masih bisa meminta uang pada Ibu!" Naya menggeleng, "Naya merasa bersalah meninggalkan ibu dan Mas By, tapi saat itu Naya terpukul dengan kehamilan Naya! Saat itu hujan sangat deras, Naya sudah kesakitan sejak pagi namun tak tahun harus kemana, Naya memilih terus menahannya di dalam kontrakan, hingga tetangga Naya datang, dan melihat Naya!" ceritanya, "Dia punya anak tiga, jadi berbekal pengalaman, Mbak Can membantu Naya melahirkan Nendra! Sakit sekali, Bu!" ceritanya sambil melirik tangan Lingga yang bergerak. "Nak, kali ini kamu tidak akan sendirian! Ibu akan menemani kamu, suaminya akan menemani kamu! Tidak apa jika ingin melahirkan di ruangan ini! Kalau sampai suamimu tak kunjung bangun, nanti ibu sendiri yang akan carikan suami baru, yang bisa menemanimu!" ucap Bu Btari. Membuat Lingga meneteskan air mata, "Tidak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status