Share

7. Ulat Bulu

Author: Roro Halus
last update Last Updated: 2025-01-21 23:45:07

Naya semakin tertawa terbahak-bahak, 'Ibu yang baik? Jangankan punya anak, suamiku bahkan jijik menyetuhku, Bu!' batin Naya.

"Kamu ini, di nasehati Ibu malah tertawa, Nak!" jawab Bu Btari.

"Ibu sih, aku jadi berasa menantu Ibu, bukan anak Ibu, tau!" canda Naya, "Naya tau, Bu! Makasih sudah peduli dengan Naya, ya Bu! Tapi ini pilihan, Naya! Mas Lingga juga gak apa-apa, kok!" terang Naya.

Naya sangat tau, Ibunya peduli dengannya, hanya beliau tidak tau apa yang terjadi di pernikahannya yang sebenarnya.

Ibunya tak ingin Naya menjadi bahan gunjingan.

Yah, beginilah resiko tinggal di desa!

Bu Btari kamudian mengangguk, "Bahagia selalu ya, Nak!"

"Naya berangkat ya, Bu!"

Bu Btari mengangguk dan mengantar Naya sampai depan, melihat anaknya pergi dengan taxi itu.

Naya memasuki rumah Lingga dengan kontainer box berisi barang-barangnya disambut oleh Lingga yang duduk di teras dengan si ulat bulu.

'Bagaimana betah aku di rumah, rumah ini penuh ulat bulu! Dia tidak pulang bahkan setelah menunt4skan kegatalannya! Bisa gila aku!' batin Naya berlalu begitu saja.

"Lihatlah, Istri durhakaku, Sayang! Pergi tidak izin dan pulang semaunya! Bahkan mengabaikan suaminya!" sindir Lingga saat Naya berlalu di sebelahnya.

Naya terus berlalu dan tidak menghiraukan ocehan aneh raja Iblis yang mulai playing victim itu.

Siapa yang durhaka, disini?

"Kan ... Udah durhaka, tuli juga!" sindir Lingga lagi.

Panas sekali telinga Naya, namun dia cukup sadar untuk tidak terpancing ucapan suaminya di depan j4lang gatal itu.

Naya akan menunjukkan dimana posisinya.

"Oh, Suamiku ada disini!" ucap Naya meletakkan kontainer box dan berbalik ke arah suaminya yang tengah duduk di kursi teras, Naya kemudian duduk di pangkuan suaminya, "Kau pasti sudah merindukan istrimu ini, Bukan?" lanjutnya dengan ekspresi yang lembut dan imut dengan jari tangan yang menyentuh bibir Lingga.

Membuat Lingga hanya bisa diam dan menelan salivanya dengan berat. Melihat itu, Naya mengalungkan tangannya di leher sang suami, "Hmm?" lirihnya.

Membuat Lingga semakin menahan nafas karena hembusan nafas Naya membuatnya lupa, Naya semakin meringsek dan mengecup sekilas bibir Lingga, "Sayangnya aku istrimu, bukan wanita murahan! Aku suka laki-laki yang bersih!" ucapnya sambil berdiri dan berlalu begitu saja kembali ke kamar.

Lirih terdengar rengekan ulat bulu, karena suamiku yang terlihat menginginkan aku! Naya menyeringai dan masuk ke dalam kamar.

"Jika dia maupun dengankupun, aku tidak sudi memberikannya! Cukup saat malam pertama aku coba memberikan yang terbaik, namun penghinaan yang ku terima! Maka malam itu tidak akan pernah terjadi lagi!" gumamnya meletakkan kontainer box di walk in closed paling ujung.

Tidak! Bukan Naya menata di almari, namun meletakkan begitu saja di pojokan, Naya cukup tau diri untuk tidak merusak tatanan kamar suaminya.

Atau, raja Iblis itu akan punya alasan untuk marah dan mengumpatinya dengan kata-kata tajamnya, atau bahkan melakukan kekerasan.

Namun, setelah meletakkan itu, pintu kamar terbuka dan Naya berjalan keluar walk in closed melewati suaminya menuju kamar mandi.

"Hey, mau kemana kau, istri durhaka!" kesal Lingga.

Naya berhenti dan menoleh, "Istri durhaka? Maka akan seperti perkataanmu, Mas! Jangan salahkan aku jika aku durhaka beneran padamu!" sinisnya kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.

Dengan bath up besar yang membuat Naya ingin sedikit merilekskan pikirannya.

Namun, saat tengah menikmati berendam, Lingga menyusul dan masuk ke dalam bath up yang sama dengan Naya berendam, membuat Naya menyeringai.

"Kekasihmu, rupanya sudah turun performa ya! Hingga mendekati wanita murahan sepertiku?" sindir Naya.

Sejujurnya Naya sangat takut, karena sisi tubuhnya bergesekan dengan tubuh Lingga yang polos, sehingga Naya mencoba menggores harga diri suaminya lagi agar tidak berani macam-macam dengannya.

Entah kenapa, sekarang Naya tidak ikhlas disentuh oleh Lingga, dia tak sudi di sentuh, tak sudi menerima warisan penyakit dari aktivitas suaminya dengan wanita lain.

"Sekali lagi kau menghina kekasihku seperti tadi, aku yakinkan padamu, kau akan menderita, Naya!" ancamnya.

"Oh, okey!" jawab Naya sambil berdiri, tak peduli suaminya melihatnya, mengambil Badrobe dan memakainya perlahan, "Silahkan, nikmati kesenangamu dengan dia, Mas! Aku juga tidak peduli!" lanjutnya meninggalkan kamar mandi.

"Oh, Iya!" Naya berhenti sebelum membuka pintu kamar mandi, "Seperti halnya kau yang tidak memperdulikan aku setelah menikah, maka jangan pedulikan urusanku kedepannya, Mas! Kita tidak ada hak untuk saling melarang! Aku akan melakukan semua hal yang aku inginkan! Aku akan durhaka padamu, sebanyak yang aku mau! Dan kau juga bebas, menciptakan sepanas apa neraka kita!" ucapnya tegas kemudian keluar dari kamar mandi.

Menyisakan Lingga yang hanya tercengang, dan sesaat kemudian menyeringai, "Sh1iit, dia sangat berani, membuat milikku hidup lagi!" gumamnya terpengaruh dengan tubuh Naya, "Menarik sekali! Ternyata menikahimu cukup menantang adrenalin, Nay!"

Sedangkan, Naya langsung bergegas ganti pakaian dan turun ke bawah, tak ingin berlama-lama dalam ruangan bersama si Raja Ibli5 itu.

"Mbok Nem, Naya boleh masak tidak?" tanya Naya saat melihat Mbok Nem sibuk di dapur.

"Ibu sudah lapar? Biar Mbok masakkan untuk, Ibu dan Tuan!" jawab Mbok Nem.

"Tidak ... Tidak! Mbok Nem bantuin Naya saja, Naya mau masak sendiri!" pintanya.

Mbok Nem menatap Naya sekejap kemudian mengangguk, setidaknya Mbok Nem menghargai keinginan majikan barunya untuk menyiapkan hidangan suaminya, begitulah isi pikiran Mbok Nem.

Seperti wanita Jawa lainnya, yang akan tunduk dan patuh pada suaminya, walaupun suaminya bejat.

Sedangkan Naya sendiri, dia hanya kurang terbiasa dilayani oleh pembantu.

Naya kemudian dengan cekatan memasak makanan kesukaanya, terong telur rebus balado, goreng ayam, tempe, tahu dan lalapan timun.

Aneh? Memang begitulah kesukaan Naya, makanan rumahan yang sangat sederhana, namun bisa menghabiskan nasi satu rice cooker.

"Masak apa, Mbok?" tanya Lingga yang baru saja turun.

"Bu Naya yang memasak, Tuan!" jawab Mbok Nem.

Lingga hanya melirik Naya sekilas dan duduk di meja makan, bersamaan dengan Naya yang dibantu Mbok Nem memindahkan makanan ke meja makan.

"Terong?" gumam Lingga.

"Kalau tidak mau, tidak usah makan!" ketus Naya, "Minta masakin sama kekasihmu, Sana!"

Lingga tersenyum, "Kau sangat cemburu, rupanya!"

"Aku? Cemburu?" tanya Naya menghentikan gerakannya sambil menunjuk dirinya sendiri, "Apa otak Anda mulai geser, Tuan?" sindirnya.

Brak!

Lingga menggebrak meja dengan keras sambil membuang sepiring terong telur balado ke arahnya Naya.

"Aku tidak sudi makan masakanmu yang menjijikkan ini!"

Prang!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   91. Happy Ending

    Naya mencoba mengabaikan perasaan anehnya, dan mengangguk, "Baiklah, kita berikan kejutan untuk semuanya hari ini, mereka pasti seneng kamu sudah bisa jalan, Mas!" Lingga tersenyum, "Berkat obat paling mujarabmu, Sayang!" "Ishhh! Ke rumah Ibu sekarang!" potong Naya saat mengetahui suaminya mulai menunjukkan tanda-tanda berbeda. Badannya saja masih seperti remuk redam akibat ulah suaminya itu, "Dasar banteng liar!" "War, banteng liar akan menyerudukmu, Sayang!" canda Lingga semakin menjadi-jadi membuat Naya akhirnya terkekeh. Dan setelah itu, Lingga melajukan mobilnya sendiri, pertama kalinya menyetir setelah selama ini Naya yang menyetir membuat Lingga merasa kembali menjadi laki-laki seutuhnya. Cukup lama, mobil Lingga akhirnya terparkir sempurna di depan rumah Bu Btari, di sambut oleh Bu Btari yang menggendong Naima, Nendra dan Bia yang tengah menggendong Kayla. "Itu, Mama dan Papa datang!" Terdengar suara lirih Bia sambil menggoyangkan tangan Nendra, membuat Lingga tersenyum

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   90. Penyatuan Hati

    Naya terkekeh mendengar godaan Lingga, kemudian mendorong kursi roda suaminya menuju kamar, "Bukan kamu yang menyeret ku, Mas, tapi aku yang meyeretmu!" Lingga tertawa mendengarnya, "Baiklah, aku pasrah padamu, Sayang!"Tawa keduanya memenuhi rumah yang dulu dingin di awal pernikahan itu, menghangatkan dan mengukir kembali asa yang pernah lebur. Seolah ingin mengganti semua rasa sakit menjadi kebahagiaan saja. Naya membersihkan suaminya, menggantikan dengan pakaian tidur, kemudian berganti dirinya yang mandi cukup lama untuk sekedar me time. Setelah seharian lelah mengurus kedua anaknya dan suaminya, berendam air hangat cukup merilekskan tubuhnya, mumpung kedua anaknya diangkut oleh sang ibu. Sedangkan Lingga sudah duduk di balkon dengan dua gelas hot chocolate buatan mbok rum lengkap dengan cookies home made. Menunggu istrinya yang sudah ijin untuk berendam lebih lama, Lingga sendiri sengaja memberikan waktu karena istrinya pasti sangat lelah seharian. Cukup lama, sekitar satu

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   89. Aku seret sekarang

    Lingga seakan memiliki harapannya lagi, merasa dirinya harus sembuh untuk kedua anaknya dan juga Naya. Naya benar-benar menyulut semangat Lingga, dan Naya kembali memeluk suaminya penuh dengan haru, melihat suaminya memiliki semangat hidup membuatnya sangat bahagia. 'Bahkan jika kamu tak bisa jalan sekalipun selamanya, aku akan tetap bangga memilikimu, Mas!' batinnya. Bersamaan dengan itu, Bu Btari masuk kembali ke dalam kamar menggendong bayi mungil itu sambil menggandeng tangan kecil cucu pertamanya yang baru tiba, "Peluklah Papamu, kau pasti rindu kan?" titahnya. Membuat Naya dan Lingga terpaku melihat putranya sudah berlinang air mata menatap sang ayah. Sontak Lingga merentangkan tangannya, dengan mata penuh kerinduan melihat putranya yang terlihat jauh lebih besar, dengan gaya pakaian yang berbeda dan juga rambut yang berwarna pirang. Sedikit banyak, Lingga tau yang putranya rasakan, membuat Lingga tak bisa menahan matanya yang sudah basah, "Kemarilah jagoan, Ayah rindu!"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   88. mengetuk pintu seluruh dokter

    "Mas!" lirih Naya masih terus mengusap wajah suaminya, "Aku menanti delapan bulan untuk bisa berbincang dengamu, aku habiskan hari-hari dengan rasa bersalah! Dengan penyesalan! Jika bisa aku ingin menukar dunia ini dengan bangunmu kembali bukan untuk perceraian!" lirih Naya dengan lelehan air mata. Hatinya tak sanggup mendengar ucapan rendah diri itu dari suaminya, segala penyesalan, semua sakit suaminya, Naya lebih dari sakit. "Naya yakin Mas akan cepat sembuh, bisa jalan lagi! Hanya butuh waktu, Mas ... Mas juga belum menepati janji akan ke Barcelona dengan Nendra! Seperti keinginan Nendra, mari bangun rumah tangga kita lagi, jangan menceraikan Naya, Mas!" pinta Naya. Persetan dengan harga diri, nyatanya kehilangan Lingga begitu menghantam hatinya, begitu memporak-porandakan hidupnya, memporak-porandakan hati putranya juga. Jika permohonan Lingga delapan tahun lalu Naya tolak, kini permohonannya, akan Naya pastikan tidak akan tertolak. Namun, bukannya menjawab, Lingga justru ke

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   87. Kau tak akan bahagia

    Perkikan Bu Btari membuat Naya menoleh pada suaminya, "Mashhhh!" teriaknya terkejut saat matanya beradu dengan mata sang suami. Oek! Oek! Oek! Nafas Naya tersengal, bersamaan dengan air mata yang banjir melihat suaminya membuka mata, Bu Btari berlari menekan tombol emergency, bersama dengan dokter Merlin menggendong bayi kecil itu dan menutup tubuh bagian bawah Naya. "Mas!" lirih Naya meresapi mata itu, hingga dokter datang dan segera memeriksa Lingga, karena semua alat yang menempel di tubuhnya berbunyi. "Maaf, Bu! Ibu harus segera mendapat penanganan dan bayi ibu di ruang bersalain, biar saya periksa, Bapak!" ijin dokter itu. Dokter Merlin mengangguk, Naya pun mengangguk dan mendorong bangkar Naya menuju ruang bersalin, meninggalkan Lingga yang masih membisu. "Bu, temani Mas Lingga! Naya tidak apa-apa! Setelah dokter selesai memeriksa baru Ibu boleh datang pada Naya!" pinta Naya lemah. "Iya, Nak!" jawab Bu Btari mencium putrinya sekilas, "Kamu hebat!" "Pastikan suamiku tidak

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   86. Melahirkan

    "Naya tak punya uang, jadi hanya dibantu tetangga!" ucapnya. "Kenapa kamu harus pergi, atau kalau tak ingin ditemukan oleh Lingga, kamu masih punya ibu, Nak! Kamu masih bisa meminta uang pada Ibu!" Naya menggeleng, "Naya merasa bersalah meninggalkan ibu dan Mas By, tapi saat itu Naya terpukul dengan kehamilan Naya! Saat itu hujan sangat deras, Naya sudah kesakitan sejak pagi namun tak tahun harus kemana, Naya memilih terus menahannya di dalam kontrakan, hingga tetangga Naya datang, dan melihat Naya!" ceritanya, "Dia punya anak tiga, jadi berbekal pengalaman, Mbak Can membantu Naya melahirkan Nendra! Sakit sekali, Bu!" ceritanya sambil melirik tangan Lingga yang bergerak. "Nak, kali ini kamu tidak akan sendirian! Ibu akan menemani kamu, suaminya akan menemani kamu! Tidak apa jika ingin melahirkan di ruangan ini! Kalau sampai suamimu tak kunjung bangun, nanti ibu sendiri yang akan carikan suami baru, yang bisa menemanimu!" ucap Bu Btari. Membuat Lingga meneteskan air mata, "Tidak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status