Share

Rantai Hasrat
Rantai Hasrat
Penulis: Xayad Virah

Bab 1

Hujan lebat menemani Lilac dan keluarganya dalam perjalanan pulang ke Kota Taipi. Jalan yang berkelok-kelok, licin dan setiap hari kecelakaan terjadi di tempat itu membuat Lilac khawatir.

Mencairkan suasana yang mulai mengkhawatirkan Ayah Lilac Bima Aryadikta berkata:

"ayo kita nyanyi!" ucap Bima Aryadikta  sambil mengendarai mobil menuju Taipi.

"Lihat kebunku penuh dengan bunga, ada yang merah .... " Lilac bernyanyi bersama Ibu dan Ayahnya selama perjalanan.

Tiba-tiba kegembiraan yang mereka rasakan itu tidak bertahan lama.

"BRAK" suara mobil di tabrak dari arah berlawanan.

Kondisi berubah menjadi ketakutan dan kesedihan. 

Orang-orang di dalam mobil terguncang, berteriak histeris dan Bima berusaha untuk mengendalikan keadaan. Berusaha untuk menyelamatkan istri dan anaknya.

Mobil yang menabrak mereka melarikan diri menuju kota Pure. "clear Tuanku!" kata Pelaku.

"bagus!" Tersenyum bahagia karena tujuannya berhasil.

Mobil yang membawa Lilac beserta keluarganya terguling-guling lebih dari delapan meter, hancur dan menabrak sebuah pohon besar pembatas jalan. Ayahnya berusaha mengendalikan mobil yang membawa mereka bertiga.

Di dalam mobil "I--Ibu..! Ayah! Ahh!" Histeris ketakutan.

"lilac! Lilac! Bertahan Nak! Pegangan!" kata Ibunya yang duduk di depan.

Gumpalan asap menutupi mobil itu. Nyaris saja mobil itu masuk ke dalam jurang.

Walaupun tidak masuk ke dalam jurang, kondisi Bima dan istrinya sangat mengenaskan. 

Sebuah kayu entah dari mana langsung menembus dada istrinya, mengoyak tulang rusuk yang menjadi pelindung organ yang ada di dadanya dan darah tumpah membasahi pakaiannya.

Sedangkan Bima terbentur sangat keras hingga kepalanya pecah. 

"Umm, aku akan selalu bersamamu," tersenyum menahan sakit.

Tengkorak kepala terbelah sehingga otaknya keluar bersama darah segar. Layaknya seperti bunga yang kelopaknya mulai bermekaran di pagi hari.

"huh! Sudah waktunya ya?" Gumam Bima berusaha melirik istrinya di samping kirinya. 

"Istriku! Terima kasih selalu ada bersamaku!" Mata yang berkaca-kaca memegangi tangan istrinya sampai akhirnya mereka bersama menutup mata.

Saat masih tersadar banyak orang yang berusaha menyelamatkan mereka bertiga.

"tol-long! Anakku!" kata Ibunya Lilac yang berusaha berbicara sebelum denyut jantungnya berhenti.

Kondisi kedua orang tua Lilac sangat mengenaskan. 

"to-tolong selamatkan anakku!" kata Ibunya terbata-bata kepada polisi. Ia tidak bisa bergerak 

"Selamatkan saja anakku! Ugukh!" Darah keluar dari mulut dan hidungnya. Tak lama Ibunya Liĺac meninggal menyusul suaminya.

"Kita tidak punya waktu yang banyak. Anak ini akan mati kalau kita tidak segera bertindak! Cepat keluarkan anak korban dari mobil ini." Berusaha membuka paksa pintu mobil.

Mereka berusaha untuk menyelamatkan Lilac karena mobil itu akan meledak.

Saat Lilac membuka matanya ia sudah digendong oleh seorang polisi, ia tersadar dan kaget melihat Ibu dan Ayahnya dengan kondisi yang mengenaskan.

"Ibu! Ayah!" Lilac teriak sekencang-kencangnya. Air matanya membasahi pipinya.

"BOOM!"

Ledakan besar menggema. Gumpalan asap hitam bersamaan keluar dengan ledakan keras itu. Ayah dan Ibunya di lahap si jago merah. Hangus dan hanya menyisakan kerangka mobil yang mereka gunakan.

"Jangan biarkan ada saksi mata yang hidup!" Perintah seorang pria dengan suara berat.

Si Pelaku memperhatikan Lilac dari kejauhan. "kau akan jadi bonekaku yang sangat berguna nantinya," gumam pelaku itu.

Ia pergi meninggalkan tempat kejadian perkara. Menghilang dan tetap memantau kehidupan Lilac dari kejauhan.

"Kau akan menjadi kartu Asku yang sangat berguna nanti." Tersenyum dengan tatapan penuh dendam kepada seorang pria yang menjadi dalang terbunuhnya Bima dan istrinya.

***

Lilac setiap malam bermimpi tentang kejadian naas yang menimpa dirinya dan kedua orang tuanya.

"Ahh! Tidak!" Suaranya memecah kesunyian malam sehingga pelayan setia yang bertugas menjaganya sigap menolong.

Mengambil segelas air putih yang telah ia siapkan untuk Lilac. "Ayo minum Nona agar anda kembali baik." Membantunya bangun dari tempat tidur.

"Terima ka-kasih." Terbata-bata.

Keringatnya seperti butiran jagung yang keluar dari pori-porinya. Jiwa Lilac masih terguncang.

"nona, saya akam mendatangkan dokter ke sini jam 10 pagi agar Nona bisa tidur nyenyak," kata Imelda sang asisten. Ia khawatir dengan kondisi kesehatan atasannya.

Lilac hanya menganggukkan kepala setelah itu merebahkan badannya ke tempat tidur.

Ia merasa masih sangat lelah. Kepalanya pusing dan badannya pun terasa panas.

"imelda, sepertinya aku akan sakit deh!" Memegangi kepalanya. "coba cek deh Imelda!?" ucap Lilac manja kepada asistennya.

"Iya, panas, Nona. Bagaimana kalau Nona makan malam dulu." Menyodorkan semangkuk bubur ayam kesukaannya.

"ok tapi suapin ya?" pintanya.

Imelda lalu menyuapi Lilac, "nona merasa enggak enak badan karena dari tadi pagi Nona enggak makan,"

"Umm!" Air mata Lilac mengalir tanpa henti.

"Nona harus kuat. Imelda akan selalu ada di sisi Nona." Membelai rambut hitam nan lurus Lilac.

Lilac tersenyum, ''terima kasih,"

Memeluk dengan erat wanita yang ia anggap seperti keluarganya sendiri.

"hallo! Bagaimana kabar Nona Lilac?" tanya Samuel.

"kondisinya kembali menurut tetapi sudah agak mendingan," jawab Imelda.

Samuel merasa risih dan tidak bersemangat untuk melanjutkan pekerjaannya.

"kenapa kamu diam? Apa yang terjadi?" Bagaimana dengan tugas terakhir yang Tuan dan Nyonya besar pesan ke kamu?" tanya Imelda.

Samauel merasa takut dan khawatir bila Imelda tidak menerima hasil pertemuannya dengan petinggi perusahaan di sana.

"Hei! Hallo! Jaringankah?" Imelda lalu mematikan sambungan teleponnya dengan Samuel.

Kemudian Imelda menelpon kembali Samuel.

"Jadi gini, Imelda, saya sudah mendapatkan tandatangan mereka semua dan katanya mereka akan berusaha datang ke sini,"

"terus?"

"tapi ... 

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status