Share

Bab 5

"Tunggulah kita akan segera bertemu!" kata pria itu sambil mengawasi Lilac menggunakan teropong jarak jauh.

***

Di Kediaman Lilac Ardyantara.

Mahmud semakin gelisah karena admin perusahaan itu mendesaknya setiap hari.

"Jadi gimana Pak?" Bunyi pesan dari admin itu yang masuk di whatsppnya.

Lalu Mahmud berkata, "Bagaimana mungkin saya bisa bayar fee sedangkan saya berharap profit itu untuk bayar fee, bayar utang dan bagi hasil dua puluh persen." Mahmud lalu memencet tanda enter yang berarti kirim chat ke kontak yang dia tujuh.

Namun ucapannya tidak diperdulikan oleh admin itu.

Dia menekuk wajahnya ketika membaca isi chat dari perusahaan itu. Ia semakin kecewa saat keluarganya mengatainya tidak berguna dan beban keluarga karena tidak bisa membantu mereka menyelesaikan masalah.

Mahmud memandangi ponsel yang ada digenggamannya kemudian ia memandangi langit dan berbisik "Ya Tuhan semoga ada solusi untuk masalah yang kuhadapi ini,"

Saat itu keluarganya ditimpa musibah yang mengakibatkan kerugian secara materi sehingga membuat mereka kesusahan dalam mengatasi masalah itu. 

Mendengar itu ia menjadi tahu seberapa tulusnya orang-orang sekitarnya terhadap dirinya. 

"Oh.. saya beban ya! Baiklah!" Gumamnya.

Saat mendengar itu Mahmud menjauhkan ponselnya dari telinganya, dia tidak ingin lagi mendengar hinaan dan umpatan dari salah satu anggota keluarganya.

Dia hanya ingin menyelamatkan hatinya yang telah hancur berkeping-keping agar tidak semakin hancur dan berubah menjadi debu.

"Hallo! Hallo! Woi! Masih hidup kah?" Kata seorang wanita yang biasanya bersikap lembut kepadanya berubah menjadi kasar dan tidak sopan.

Sekitar lima menit percakapan melalui telepon itu diputuskan oleh wanita itu. Mahmud menghela napas panjang.

"Hmmm!" seperti ada bongkahan di dadanya sehingga membuat dirinya sulit bernapas.

Hatinya sakit bila mengingat kembali ucapan orang-orang terdekatnya itu. Dia berusaha untuk menerima dan ikhlas dengan ucapan yang dilontarkan oleh mereka.

Dia duduk termenung dengan wajah sedih di salah satu kursi taman, Mahmud sejak dua hari terakhir tidak tidur karena memikirkan profit dan utangnya.

Pekerjaannya pun tidak maksimal dan ia sempat di tegur oleh Alexa bagian kepegawaian karena tidak fokus.

"Pak Mahmud tolong ya kalau kerja itu yang fokus. Pekerjaan anda itu penting dan sangat berpengaruh dengan mood Nona. Bila melihat hasil karya anda yang kurang maksimal saya yang akan kena teguran. Tolong ya Pak Mahmud!" Ucap Alexa di ruang kerjanya.

Tidak lama setelah Mahmud keluar dari ruang kerja Alexa, Imelda datang dengan membawa sekotak biskuit kesukaan Alexa.

"Eh! Loe kenapa tadi?" tanya Imelda sambil makan biskuit berhadapan dengan Alexa.

"Nggak kok, biasa ada pegawai yang nggak maksimal kerjanya." Fokus makan.

"Siapa? Loe jangan galak-galak!"

"Namanya Pak Mahmud. Sebenarnya beliau itu sangat cekatan dan bagus kerjanya. Entah mengapa dia akhir-akhir ini kinerjanya nggak sesuai. Jadi gue panggil dia dan negur dia di ruangan,"

"Kamu udah tahu kenapa dia bisa kayak gitu?"

"Mungkin masalah internalnya dia. Dan juga gue nggak berani tanya sama dia karena nggak enak. Terkecuali kalau dia curhat beda lagi ceritanya." Alexa makan biskuit sambil joget-joget.

"Ih! Loe biasa aja kali." Ilfeel Imelda melihat tingkah Alexa. "Ok deh. Gue pamit ya,"

"Iya. Salamku untuk Nona ya?!" 

Imelda tersenyum mengisyaratkan bahwa ia akan memberitahukan pesan Alexa itu kepada Lilac sebelum menutup pintu ruang kerja Alexa.

Pukul 08.00 pagi.

Lilac sambil menyantap sarapan pagi ia dari balik jendela ruang makan memperhatikannya. 

"Hm! Kenapa Bapak itu? Sepertinya dia punya masalah," gumamnya sambil mengunyak roti bakar.

Hari ini Lilac sarapan roti bakar isi telur dan daging di temani susu almond. Ketika Lilac makan dan berbicara pada dirinya sendiri tiba-tiba Imelda berkata : 

"Saya ingin melaporkan sesuatu yang pernah Nona perintahkan ke saya tempo hari. Saya sudah mendapatkan informasi tentang investasi bodong itu Nona," 

"Oh iya, gimana? Gimana?" kata Lilac gembira dan bersemangat untuk mendengar laporan dari Imelda sampai-sampai ia menghentikan sementara aktivitas makannya.

Tetapi melihat hal itu Imelda merasa kurang senang lalu ia berkata, "Bagaimana kalau Nona makan dulu habiskan makanannya dan nanti di ruang kerja baru saya laporkan ke Nona," 

Imelda bagai orang tua sekaligus kakak untuk Lilac, kasih sayang Imelda terhadap Lilac sangat besar sampai ia tidak rela bila terjadi sesuatu pada Lilac walaupun hanya tergores silet sekalipun.

Kadang Imelda bersikap posesif dan overprotektif terhadap Lilac. Sama seperti Samuel, ia pun bersikap seperti itu kepada Lilac.

"Oh iya Imelda, hari apa Samuel Pulang? katanya dia mau bawaian aku ole-ole," ucap Lilac sambil merapikan piring makannya.

Kemudian para pelayan yang bekerja dengannya mulai merapikan ruang makan. Sebelum Lilac meninggalkan ruang makan ia sempat berbicara kepada mereka.

"Kalian jangan buang makanan itu ya. Itu masih bagus. Saya nggak pegang pake tangan. Kalian habiskan ya karena cuman satu sendok saja saya cicipi. Ok?!" kata Lilac.

"Baik Nona," 

Lilac lalu pergi sambil tersenyum kepaďa mereka. Betapa senangnya mereka saat Lilac memberikan makanannya kepada mereka.

"Kalau orang lain mungkin tidak akan seperti itu. Paling mereka hanya diam dan menyuruh kita untuk membuang makan ini," ucap Pelayan A.

"Walaupun begitu pasti kita akan diam-diam makan makanan ini. Hihihi," kata Pelayan D.

"Eh! Kenapa itu Pak Mahmud? Nggak biasanya murung?" tanya Pelayan B

"Hm! Loe suka banget ngomong diluar konteks," ledek Pelayan C

"Gue kan unik," ucap Pelayan B.

Pelayan lain hanya tertawa lalu Pelayan D berkata "Dengar-dengar dia lagi ada masalah sampai dia di panggil sama Bu Alexa,"

"Mudah-mudahan ada solusi untuk masalahnya. Kasihan banget Pak Mahmud," harap Pelayan A.

Secara serentak mereka mengamini doa rekan mereka. 

Di ruang kerja Lilac.

Imelda menyerahkan satu makalah tentang investasi bodong. Lilac membaca secara seksama kata per kata sampai lembar terakhir laporan Imelda. 

"Hm!" Menopang dagunya. "Tolong panggil Pak Mahmud menghadap saya dan beberapa orang yang ikut investasi ini!" ucap Lilac.

Dalam hati Lilac merasa sedih, miris dan bingung. Ia bertanya-tanya mengapa bisa mereka melakukan itu sedangkan gaji dan kesejahteraan mereka sudah jamin menurutnya.

Selang beberapa menit Imelda datang bersama Mahmud dan dua orang lainnya. Ke tiganya hanya tertunduk malu sekaligus sedih dengan nasib mereka.

Kemudian Lilac menyuruh mereka untuk duduk, dia lalu berkata. "Kok bisa kalian lakukan ini? Padahal gaji dan tunjangan kalian sangat luar biasa,"

"Sa--saya ingin membayar utang orang tua saya Bu. Saya tidak tahu kalau gaji saya telah habis di awal bulan," kata Mahmud.

"Hm! Bapak punya utang di luar?" Tanya Lilac.

"I-iya." Menganggukkan kepala.

"Saya kira bila saya join utang saya dan utang keluarga saya bisa saya bayar tetapi ternyata saya ditipu, saya menyesal," ucapnya.

"Kalian bertiga kenapa nggak cari tahu dulu tentang ini? Kenapa nggak bilang ke bagian keuangan agar kalian bisa dibantu?" tanya Lilac.

Ke tiga pria itu hanya diam membisu.

"Panggil Pak Mikel untuk datang ke sini!" perintah Lilac ke Imelda.

Kemudian dengan sigap Imelda menelpon Mikel untuk datang ke ruang kerja Lilac.

Mikel adalah Ketua Divisi Keuangan sekaligus Bendahara yang bertugas di bagian keuangan perusahaan Lilac serta merupakan salah satu dari lima tangan kanan Lilac.

Saat Mikel datang dan duduk bersama Lilac dan ke tiga pegawai itu, Lilac memerintahkan dirinya untuk memberikan sejumlah uang kepada mereka.

"Tolong kamu pinjamin mereka uang ya?! Dan untuk Bapak-bapak tolong jangan berhubungan lagi dengan orang-orang itu mulai sekarang karena saya akan pantau kalian bertiga. Mengerti!" ucap Lilac.

Akhirnya masalah mereka terselesaikan. Imelda masih melacak keberadaan gerbong investasi bodong itu di seluruh negeri ...

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status