Share

Bab 6

Akhirnya masalah mereka terselesaikan. Imelda masih melacak keberadaan gerombolan penjahat itu di seluruh negeri namun sayangnya Imelda tidak menemukan mereka.

Keberadaan mereka hilang seperti di telan bumi. Lilac merasa ada keanehan dari peristiwa itu lalu berkata kepada Imelda, "Berhati-hatilah!" 

***

Di pusat kota metropolitan.

Pria itu menjadi pusat perhatian, wajah tampan nan rupawannya membius siapa saja yang memandanginya.

Ia bagaikan gambar pangeran yang keluar dari lukisan. 

"Masya Allah! Tampan banget!" ucap Susi saat seorang pria melewatinya.

"Kak! Kak! Mau jadi jodoh aku?" kata seorang wanita yang terkesima akan ketampanan Harsyat.

Dakam hati pria itu "OMG! Aku di lamar!" Lalu ia berkata "Terima kasih. Tapi nggak bisa, maaf ya," kata Harsyat berusaha keluar dari kerumunan wanita-wanita yang menghalanginya.

Seorang pria berkulit sawo matang, bermata tajam, bibir tipis dan berbadan tegap tinggi semampai melewati sekumpulan wanita.

Mereka terkagum-kagum melihat pria itu. "Cih! Dimana sih itu anak?" tanya Harsyat dalam hati sambil mengutak-atik ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Tut ... tut ... Hallo!" 

"Eh loe dimana sih? Gue udah nyampe nih!" kata Harsyat sambil menyandarkan badannya di dinding.

"Otw!" jawabnya singkat.

Pria tampan itu bernama Harsyat, saat diperhatikan oleh wanita-wanita itu dia tersenyum ramah dan mereka salah tingkah dengan senyumannya.

"Ah! Senyumannya pasti buat gue!" kata Lani.

"Percaya diri amat loe, nggak! Itu untuk gue!" 

"Ih! Apa'an sih kalian jangan bikin malu deh!" kata Susi yang mulai ilfeel dengan tingkah mereka.

"Enak banget itu dinding," kata Lani.

Wujudnya seperti pria tampan yang keluar dari lukisan, semua mata tertuju pada Harsyat.

"Hmm! Stay cool," gumamnya dalam hati.

Tak lama setelah itu "Ada apa'an sih? Menjinjitkan kakinya karena banyak orang yang menghalangi jalannya.

"Hush! Loe bikin heboh lagi ya?! Ckckckck!" Menghampiri Hasyat yang tengah menunggunya sambil bersandar di dinding sebuah toko sepatu.

"Lama banget sih! Biasalah," kata Harsyat sambil senyum kepada gadis-gadis yang menjadikannya pusat perhatian.

Layaknya seperti selebritis K-pop ia melayani setiap orang yang ingin berfoto dengan dirinya dan sesekali mengambil kado dari gadis-gadis itu.

Tiba-tiba Evhan berubah menjadi bodyguard dadakan Harsyat untuk menghalangi gelombang manusia yang berwujud wanita yang ingin berfoto dengan Harsyat.

Mereka kemudian pergi di sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka bertemu.

Ketika sampai di cafe itu semua satpan membantu Evhan menghalau orang-orang. "Ini artis ya?" tanya seorang satpam.

"Artis dadakan, Pak. Maklum teman saya ini terlalu ganteng sehingga banyak wanita yang tergila-gila sama dia," kata Evhan ceplas-ceplos.

"Hahahaha," tawa Satpam.

Duduk di sebuah tempat duduk di cafe.

"Hmm!"

"Hmmm!"

"Kenapa sih loe suka banget menghela napas. Kayak susah banget hidup loe?" Sinis Harsyat. "Jangan kayak gitu, gue nggak suka!" ucap Harsyat.

"Gue bingung sama tempat kerja gue. Loe nggak akan bayangin betapa ribetnya tempat kerja itu, Bro," kata Evhan yang mengeluh.

"Emang kenapa? Perasaan kemarin-kemarin loe bahagia sampai pamer ke gue kalau loe di terima kerja di salah satu perusahaan paling berpengaruh di Negara New Zeland,"

Evhan merasa dia kesusahan bila ingin konsultasi dengan pimpinannya dan pimpinannya sangat misterius selalu di wakili oleh beberapa orang yang merupakan asisten pribadinya, sampai terbersit di hatinya untuk resigh dari pekerjaannya itu.

"Resigh aja deh?!" Kata Evhan tiba-tiba.

Harsyat yang tengah makan kemudian berhenti dengan memasang wajah kesal lalu berkata "Kamu ya?! Udah syukur-syukur ada kerjaan mau seenaknya aja resigh. Baru beberapa bulan loe disitu, kamu bisa dibilang beruntung karena nggak lama setelah lulus loe udah dapat kerjaan yang menurut orang sangat wah dan jauh banget," 

Evhan seperti di sambar angin topan bercampur batu api yang menyambar wajahnya saat mendengar ucapan Harsyat.

"Iya, tetapi saya rasa bosan dan kesal, Bro," 

"Sebenarnya loe kerja disana karena apa? Karena ingin mandiri dan pengen banyak pengalamankan?" ucap Harsyat memastikan keinginan sahabatnya itu.

"Iya,"

"Kamu konsisten aja. Semua yang terjadi nggak selalu sesuai dengan harapan kita Evhan. Nikmati setiap prosesnya dan maafkan segala hal. Loe bukan anak kecil lagi,"

"Iya," kata Evhan.

"Ya udah. Loe makan gih! Loe lapar kali makannya loe reseh," kata Harsyat.

"Lusa gue balik ke sana. Kebetulan dah hampir habis juga masa liburanku, nanti loe jalan-jalan ya ke New Zeland."

Menyendok nasi goreng dan sedikit remahan daging ayam goreng dan sayur kol dan memasukkannya ke mulut.

"Sip deh. Kalau gue agak longgar di sini," jawab Harsyat. "Mau gue antar?"

"Nggak usah repot-repot. Orang tua gue yang mau antarin gue bro. Tenang aja!" Kata Harsyat.

Evhan sangat menyukai arsitektur tempat kerjanya karena dia ibarat berada di sebuah kediaman para bangsawan jaman dulu.

Istana itu luasnya sampai 12 hektar kantornya berada di sisi barat dan bagian timur adalah ruang kerja atasannya yang misterius.

Setiap gedung punya nama dan sejarahnya,  sisi barat tempat Evhan adalah Rosemarry, Pak Jefri di istana Jasmine, kemudian bagian kepegawaian adalah istana Challetto de labora tempat kerja Bu Allexa, bagian utama istana bernama Patrisyla Hill, dan terakhir tempat bosnya yang berada di sisi timur bernama istana Elizhavat.

Untuk bangunan yang digunakan sebagai kantornya itu bernama istana Rosemarry. Pada tahun 1478 Istana Rosemarry merupakan rumah para pangeran dari ratu sekaligus pemaisuri di masa lalu.

Selama bekerja ia belum pernah bertemu dengan bosnya itu. Yang kabarnya adalah pemiliki kediaman mewah itu.

Para pelayan sangat patuh dan profesional ketika bekerja. Mereka sangat menjaga identitas bosnya untuk orang baru seperti Evhan.

"Siapa ya nama Bos gua?"

"Bu Imelda dan Pak Samuel," kata pelayan.

"Nggak maksudku yang sesungguhnya. Selama ini kan mereka yang selalu mewakili dia."

Para pelayan seketika diam tanpa kata mereka melanjutkan pekerjaannya tanpa memberitahukan jawabanya kepada Evhan dan membuatnya semakin penasaran.

"Bapak akan tahu kalau sudah waktunya," kata Allexa yang mendengar perbincangan Evhan bersama para pelayan.

Setiap gedung punya nama dan sejarahnya,  sisi barat tempat Evhan adalah Rosemarry, Pak Jefri di istana Jasmine, kemudian bagian kepegawaian adalah istana Challetto de labora tempat kerja Bu Allexa, bagian utama istana bernama Patrisyla Hill, dan terakhir tempat bosnya yang berada di sisi timur bernama istana Elizhavat.

Untuk bangunan yang digunakan sebagai kantornya itu bernama istana Rosemarry. Pada tahun 1478 Istana Rosemarry merupakan rumah para pangeran dari ratu sekaligus pemaisuri di masa lalu.

Istana Jasmine yang sekarang digunakan oleh Pak Jefri dulu adalah tempat kediaman Putra dan Putri  Mahkota.

Istana Challetto de labora dulu digunakan sebagai tempat pertemuan raja dan  untuk menjamu tamu.

Istana Patrisyla Hill dulu merupakan tempat tinggal Raja yang sampai saat ini fotonya masih terpajang di dinding.

Dan yang terakhir istana Elizhavat tempat tinggal Putri Eluzhavat yang di asingkan. Selama 25 tahun ia dikurung karena sebuah penyakit dan tidak diperbolehkan untuk keluar dari kediamannya. 

Selama bekerja ia belum pernah bertemu dengan bosnya yang kabarnya adalah pemiliki kediaman mewah itu.

Para pelayan sangat patuh dan profesional ketika bekerja. Mereka sangat menjaga identitas bosnya untuk orang baru seperti Evhan.

"Siapa ya nama Bos gua?"

"Bu Imelda dan Pak Samuel," kata pelayan.

"Nggak maksudku yang sesungguhnya. Selama ini kan mereka yang selalu mewakili dia."

Apalagi saat meeting selalu menggunakan layar serba hitam dan tidak menampakan wujud sempurna dari seorang manusia dan suaranya pun di samarkan.

Evhan bingung melihat rekan-rekannya yang lain seakan mereka sudah terbiasa dengan apa yang terjadi. 

Para pelayan seketika diam tanpa kata mereka melanjutkan pekerjaannya tanpa memberitahukan jawabanya kepada Evhan dan membuatnya semakin penasaran.

"Bapak akan tahu kalau sudah waktunya," kata Allexa yang mendengar perbincangan Evhan bersama para pelayan.

Tahun 2002 orang tua Lilac tertarik untuk membeli kediaman itu, saat pertama kali ke istana itu kondisinya sangat memprihatinkan.

Lalu sepanjang tahun 2002 mereka merenovasi istana itu dan menjadikannya sebagai rumah dan tempat kerja mereka hingga sekarang.

Terkadang mereka melihat penampakan di istana Elizhavat, seorang wanita beramput panjang mengenakan pakaian serba putih yang duduk di jendela kamar menurut saksi bahwa itu adalah Sang Putri Malang yang di kurung di Istana Elizhavat. 

Ia tidak...

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status