Share

Bab 2

Author: Xayad Virah
last update Last Updated: 2021-09-25 00:24:37

"tapi sepertinya mereka tidak akan datang karena cara mereka menjawab dan memandangiku sangat berbeda. Mereka sepertinya tidak ingin datang dan tidak ingin mengakui Nona Lilac sebagai Pimpinan Perusahaan kita," ucap Samuel lesuh. 

"Oh begitu, hmm! Tapi tandatangan mereka sudah kamu dapatkan?" Memeriksa berkas yang lainnya.

"Iya," kata Samuel.

"Nggak apa-apa. Kembali saja dulu ke sini. Itu urusan nanti," jawab Imelda.

Pukul 9 pagi.

Suara burung di pagi hari seperti biasa memberikan harapan baru kepada Lilac. Dari jendela kamarnya ia memandangi burung-burung menari. Nampak burung-burung itu ada yang sedang mandi di satu wadah yang di dalamnya terdapat air. 

Biasanya wadah itu digunakan oleh para pelayannya untuk menyiram bunga. "kenapa pelayan yang biasanya menyiram bunga nggak aku lihat ya?" tanyanya dalam hati.

"eh! Baru aku sebut. Panjang umur," gumamnya lagi sambil tersenyum.

Lilac memerhatikan pelayan itu yang berjalan menuju tempat wadah si burung yang sedang mandi. "syukur burung itu udah terbang. Kasihan banget lagi enak-enakan mandi malah diganggu."

Ila yang sedari tadi memerhatikannya pun bertanya "nona ada apa?" tanyanya.

"nggak kok." Tersenyum ke arah sumber suara.

"nona sarapan dulu!" kata Ila Pembantu yang bertugas hari ini.

"terima kasih. Oh iya sepertinya saya baru melihat kamu?!" Lilac memperhatikan pembantu baru itu sambil melahap bubur ayam yang disuguhkan untuk dirinya.

"iya, Nona. Saya pekerja baru yang di rekrut oleh Bu Imelda," jawab Ila sambil tersenyum percaya diri.

"oh begitu ya. Semoga betah ya kerja sama saya," kata Lilac dengan tatapan sayu.

Lilac telah bersiap untuk menemui dokter yang di panggil oleh Imelda. 

"Kenapa aku malas banget ya? Rasanya pengen tiduran aja." Memandangi kasurnya yang empuk.

"Nona, Dokternya udah ada di ruang tengah, ayo Nona!" ajak Imelda sembari membuka pintu kamar Lilac.

Dengan malasnya Lilac menuju ke ruang tengah. Ketika memasuki ruang tengah, Ia kaget dengan sosok yang akan memeriksa tubuhnya.

"mas Rasyid? Betulkan Mas Rasyid?" ucap Lilac memastikan apa yang ada di depan matanya.

Rasyid adalah kakak senior satu organisasinya saat masih kuliah di Semarang. Lilac sangat bersyukur bisa mengenalnya. Saat masa-masa kuliah dulu beliau sering membantu Lilac.

"ya Tuhan! Hei! Udah lama banget nggak ketemu ya Lilac. Terakhir kita ketemuan itu tahun 2013," kata Rasyid sambil senyum manis.

Beberapa sepersekian detik Rasyid melihat lekat-lakat gadis cantik anan imut yang ada di depannya.

"iya, gimana kabarnya?" tanya Lilac penasaran sambil tersenyum.

Ia memperhatikan pria bertubuh tegap itu dengan seksama. 

"gue baik kok. Ayo! aku periksa kamu!" Rasyid menyuruh Lilac untuk duduk di depannya.

"Degh..degh..degh." detak jantung Lilac berdegup kencang. "aduh! Tolong dong jantung dikondisikan!" pintanya dalam hati. Lilac terlihat gugup bila berhadapan dengan Rasyid.

"kok aku kayak gini sih? Nggak boleh gugup, nggak boleh takut!"

Wajahnya mulai memucat, bibirnya pucat pasih dan keringatnya mulai mengalir keluar dari pori-porinya.

"jangan takut! Aku nggak suntik kok Lilac," ucap dr Rasyid sambil tersenyum.

Setelah beberapa menit, dr Rasyid memberitahukan kepada Imelda bahwa Lilac mengalami depresi karena shock atas peristiwa yang Lilac alami.

"terus apa obatnya?" Tanya Imelda.

"nanti saya resepkan ya, Imelda, Kamu datang besok pagi!" 

Kemudian dr Rasyid memandangi Lilac dengan tatapan sedih. Lilac tersenyum kemudian berkata:

"kenapa Dok melihat saya seperti itu?" tanya Lilac.

"nggak kok, oh iya besok aku mau ajakin kamu makan, kamu mau nggak?"

"Boleh. Jam berapa?"

"Ba'da Isya ya," 

"Ok,"

Kemudian dr Rasyid pamit pulang. Tidak lupa ia membelai kepala Lilac dan berkata. "Lilac, kamu yang kuat! Tetap semangat dan banyak kok yang sayang sama kamu,"

Lilac hanya tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu.

Lilac dan dr Rasyid telah bersahabat sejak duduk di bangku kuliah. Namun pertengahan tahun 2013 penyakitnya kambuh sehingga aktifitasnya terganggu.

Di tempat lain.

Gedung itu tidak terurus nampak banyak tanaman merambat menguasai bangunan tua itu. Sudah lima belas tahun tidak ada aktivitas di sana semenjak sepeninggalan pemilik gedung itu.

Bangunan itu berdiri di atas bukit dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun, saat pagi hari nampak asri dan sejuk tetapi ketika  malam menjelang suasana menjadi sunyi senyap hanya ada suara jangkrik dan tangisan anjing liar.

Pemilik gedung tua meninggal dunia karena sakit sehingga diwariskan kepada anaknya.

Namun, tidak difungsikan secara maksimal. Sekarang gedung itu terkenal angker, banyak penampakan makhluk astral lalu-lalang di sekitar gedung itu.

Tetapi bagi Imelda gedung itu adalah tempat yang tepat untuk menghabisi seonggok daging beserta jiwa yang bersemayam dalam raga yang telah ia siapkan.

Semenjak kehadiran Imelda gedung itu menjadi tambah mencekam. Ia menggunakan gedung itu untuk menyiksa orang-orang yang diculik.

"Aagrh!" Suara jeritan bersahut-sahutan.

"Jawab! Kenapa kamu bisa berada...!" Bentak seorang pria yang menjadi algojo di salah satu ruang penyiksaan yang telah Imelda siapkan.

"Aagrhh! Ampun! Ampun Pak!" suara jeritannya memenuhi ruangan itu.

Bau darah, nanah dan bau busuk dari mayat para korban menyatu dan menyengat masuk ke rongga hidung.

Imelda dengan tatapan intimidasi melewati tumpukan mayat-mayat bercampur manusia yang hidup itu dengan santai.

Selain itu bagi orang-orang yang ia culik. Mereka merasakan kengerian yang sangat mengerikan bila Imelda berada di gedung itu.

"kau sudah mendapatkan bukti?" tanya Imelda kepada anak buahnya.

"belum Bu,"

"Berikan pelayanan ekstra untuk dia!" perintah Imelda sambil menunjuk pria bersimba darah yang bergelantungan di dinding.

"Siap, Bu!" 

Kemudian algojo itu mulai memukuli pria yang di duga adalah dalang pembunuh Tuan dan Nyonya besar yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Lilac.

***

Ila sedang membersihkan perabot di ruangan tamu, lalu Lilac berkata:

"Ila, dimana Imelda? kok dari tadi saya tidak melihat dia?"

"Ia sedang mengambil obat Nona,"

"Oh gitu. Tolong kasih tahu dia beliin saya somay ya?!" Menaiki tangga menuju lantai dua.

Ila memerhatikan Lilac menaiki tangga ke lantai dua dengan tatapan kosong. Ia lalu berkata "Bu, anda tadi di cari sama Nona Lilac.

"Saya ... 

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rantai Hasrat   Bab 32

    Lalu ia memesan taxi menuju bandara.Supir itu tersenyum lalu bertanya "mau kemana Pak?" Mengarahkan ke dua matanya di kaca spion agar melihat Rasyid yang duduk di belakang.Alangkah kagetnya Rasyid mendapati ternyata yang menjadi sjpir adalah pria yang ia buntuti semalam. Ia berusaha menelan salivanay, rasanya tenggorokannya seperti tercekik bersamaan detak jantungnya yang semakin kencang.Dalam benak Rasyid "situasi macam apa ini? Eh gue lupa dia bukan manusia. Gue harus tenang. Ingat kata Imelda," "Hmmm, harus tenang." katanya dalam hati lalu Rasyid berkata "ke bandara ya Pak," Sebastian tersenyum lalu menancap gas menuju bandara. Selama beberapa menit ia memperhatikan Rasyid yang sibuk dengan handphonenya.Sambil melihat pantulan bayangan Rasyid yang duduk di bangku belakang Sebastian berkata "bagaimana harinya Tuan?" "Hari saya seperti biasa cukup baik," jawabnya singkat. "Aku harus sesingkat mungkin menjawab pertanyaan dia," ucapnya dalam hati sambil melihat pemandnagan dari

  • Rantai Hasrat   Bab 31

    "Sepertinya aku harus mengatakan yang sebenarnya pada dia,'lirihnya saat melihat sahabatku itu yang tak lain adalah Elmira Nur Fatimah.'Aku tidak ingin kehilangan sahabat sebaik dirinya. Yang menerimaku dengan tulus dan menganggapku sebagai saudaranya. Pada diriku yang orang asing ini," gumamku saat lekat-lekat kupandangi wajahnya. Lalu ia menuju ke arahku mubgkin dia bertanya-tanya mengapa dari tadi ku melihatnya tanpa henti dan tidak tersenyum"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja" tanyanya. Sudah kuduga kan dia tahu kalau aku tak baik-baik saja sekarang. Aku pun menggelengkan kepala sambil tersenyum manis semanis madu. Agar dia tidak curiga dan membuatnya khawatir akan dirikuElmira adalah gadis cerdas yang dan gadis ceria yang selalu berada disampibgku di saat tersulit apalagi aku sendirian di negara orang dan tak memiliki sanak saudara.***Di tempat lain.

  • Rantai Hasrat   Bab 30

    "Siapa?" gumamnya. Kemudian pintu gedung utama tempat pesta terbuka lebar. Cahaya terang dan musik berhamburan ke telinga harsyat kemudian ia masuk dan di sambut tepuk tangan dari para undangan yang hadir.Semua mata memandangi Harsyat yang mulai turun dari tangga menuju aula. Kemudian Ayahnya bergabung lalu sebagian orang ikut berkerumun mereka. Seperti madu yang jatuh di lantai semut-semut mulai memakan madu itu, atau seperti bunga yang dihinggapi oleh kumbang dan lebah. Seperti itulah ayah dan anak itu mereka sama tampan dan memiliki segudang prestasi yang membanggakan tetapi tidak untuk Ibu Harsyat yang tidak ikut serta dalam acara yang di adakan oleh mantan suaminya. Setelah banyaknya cobaan dan derita yang di alami hingga menimbulkan korban Ibunya Harsyat akhirnya bisa keluar dalam belenggu permainan kotor Hirsyam. Namun Hirsyam tidak ingin melepaskan putranya begitu saja, ia melakukan berbagai cara agar putranya mau bersamanya.

  • Rantai Hasrat   Bab 29

    Jefri adalah salah satu penjaga yang akan siap turun ke medan pertempuran bila Lilac memerintahkan mereka untuk berperang layaknya seperti zaman kerajaan. *** "hallo, Tuanku! Target telah meninggalkan New Zeland," kata Sebastin. Hirsyam tersenyum mendengar laporan dari anak buahnya yaitu Sebastin sambil menikmati pemandangan lampu-lampu dan gedung-gedung pencakar langit. "Tuan, sudah saatnya?" kata seorang asisten Hirsyam. Hirsyam mengenakan setelan jas formal berwarna hitam dan mengenakan jam tangan roxi bertabur berlian. Ia sangat tampan dengan pakaian itu dan semua tamu undangan menjadikannya sebagai pusat perhatian mereka. "Tuan dan Nyonya sekalian silahkan silahkan menikmati makan malamnya," kata Hirsyam. Kemudian ia berbisik ke telinga Sebastin "dimana anak itu?" "dia sedang di rumah Rumah Sakit Tuan," jawabnya.

  • Rantai Hasrat   Bab 28

    "nggak, nanti gue telpon lagi, karena ada yang urgent banget ini," kata pria itu.***Kediaman Lilac.Pukul lima pagi Lilac sudah sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam koper. Dan para pelayannya sibuk memasukkan pakaian yang akan di kenakan Lilac di negara itu."hiks!" Air mata dari seorang pelayan jatuh ke pipinya ia tidak kuasa menahan tangis.Melihat pelayannya sedih karena ditinggal Lilac , ia lalu memberikan pelukan kasih kepadanya "aku juga Nona!" yang lainnya pun ikut memeluk mereka berdua.Imelda tersenyum melihat mereka, saat itu para pelayan baru pertama kali melihat Imelda tersenyum.Senyumnya mengingatkan mereka pada satu sosok yang sangat mereka hormati dan sayangi yaitu mendiang Ibunda Lilac.Senyumnya sama persis dengan mendiang Ibunda Lilac karena Imelda adalah saudaranya dari hasil kloning.Saat itu kakek

  • Rantai Hasrat   Bab 27

    Mengambil ponsel yang sedang di charge lalu menelpon seorang kenalannya. Terdengar suara pria yang menjawab telepon itu."Hallo! Hei gimana kabar?"***Imelda sedang mengerjakan tugas dari Lilac begitupun pegawai yang lainnya. Kesibukan di hari senin sampai rabu membuat Lilac bosan di ruang kerjanya.Ia lalu berpikir untuk melanjutkan kuliahnya tapi bukan arsitek tetapi hukum di sebuah negara yang jauh dari rumahnya.Ia lalu mempersiapkan segalanya termasuk pendelegasian tugas-tugas kepada bawahannya. Ia lalu mulai menulis.Beberapa menit kemudian ia selesai "akhirnya! Tinggal beritahu yang lainnya," kemudian merapikan semua peralatan menulisnya. 'Sebentar malam aku umumin ke semua,'"Imelda tolong semua pegawai hadir di ruang aula kita akan makan bersama!" kata Lilac.Semua bawahan pertanya-tanya sama sikap Nona mereka "kenapa Nona memanggil kita s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status