Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Runi pun memutuskan untuk segera pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi dini hari, rasa kantuk dan lelahnya membuat Runi tak mampu menyeimbangi tubuhnya yang berjalan menyusuri jalan.
Runi tak menyadari bahwa Dimas yang sejak tadi menunggunya di persimpangan jalan, saat melihat Runi melintas di hadapannya, Dimas pun berlari menghampiri dan menyapa Runi.
"Dimas, kok Lo masih di sini, si?" tanya Runi yang membuka kedua matanya lebih lebar.
"Ya, Gue sengaja nungguin Lo di sini," sahut Dimas melempar senyum.
"Untuk apa Lo nungguin Gue, eh ini tu udah malam kali, harusnya Lo itu bobok cantik di rumah!" sahut Runi yang melempar senyum kepada Dimas.
"Hahaha, Lo lucu ya, Lo bilang jam segini waktunya bobok cantik di rumah, sementara Lo sendiri baru keluar tu dari tem
Karena merasa bahwa mentari pagi cukup membuat Runi dan Siska merasa ingin keluar untuk berolahraga, mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengganti baju tidur mereka dengan pakaian olahraga. "Sis, ayo kita berangkat. Mumpung masih pagi, nih," ajak Runi yang sudah merasa siap dan menunggu di depan pintu kontrakan. "Iya, tunggu sebentar! Gue lagi ngiket rambut, nih." jawab Siska yang masih berdiri di depan cermin. Runi tak menghiraukan ucapan Siska, ia memilih untuk berjalan lebih dulu karena sudah tidak sabar menikmati pagi yang baru pertama kali ia rasakan. "Coba aja, Gue nggak terjebak di pekerjaan malam seperti ini, mungkin hari-hari Gue masih bisa Gue nikmatin dengan lebih indah dari pada mentari pagi ini." Ungkap Runi dengan gerakan langkah kakinya yang ia ayunkan, tak lama kemudian Siksa pun menyusul Runi yang sudah berjalan lebih dulu
Kedua wanita cantik yang memiliki karismatik tinggi itu, dengan senang hati berjalan kaki menyusuri jalan raya yang dipadati kendaraan yang simpang siur. Siska dan Runi berusaha untuk menjadi manusia baru di tengah padatnya penduduk kota, niat mereka tidak hanya membeli sepatu untuk Siska yang sudah tidak bisa ia pakai.Mereka ingin menghabiskan waktu dengan bersantai menikmati hari mereka di luar kontrakan, karena pada malam hari Runi tidak akan ada waktu, maka Runi memanfaatkan waktu siang harinya untuk menemani Siska yang kesepian."Ni, kita mau beli sepatu di mana, si?" tanya Siska yang mulai lelah dengan langkah kakinya."Udah, Lo ikuti Gue aja. Nggak lama lagu sampai, kok." jawab Runi yang membawa Runi pergi ke tempat yang belum pernah ia tuju.Runi sengaja mengajak Siska jalan-jalan menyusuri kota, meskipun terlihat wajah Siska yang terlihat masam karena harus berjalan kaki sejauh ma
Setelah menikmati harinya dengan jalan-jalan bersama, Siska dan Runi pun memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah, di tengah panasnya sengatan matahari membuat mereka memilih untuk tidur di kamar. Karena hanya siang hari yang bisa membuat Runi tidur, ia pun tak menunggu waktu lama saat merebahkan tubuhnya di atas kasur, Runi terlelap dengan cepat sementara Siska yang tidak bisa tidur secepat itu hanya bisa ke sana ke sini untuk memfokuskan pusat pikirannya. Siska masih sangat penasaran dengan baju-baju yang dibeli oleh sahabatnya itu, begitu seksi dan terbuka, Siska terfokus dengan pekerjaan malam yang Runi lakukan. Karena tak ingin ketinggalan informasi, Siska pun memilih untu tidak tidur. 'Lebih baik Gue nggak usah tidur, karena beberaja jam lagi hari sudah gelap, malam ini Gue harus ikuti Runi.' kata Siska yang memutuskan untuk memilih beberes rumah dan mencucui pakaian yang baru saja ia beli itu. Peralatan seadanya membuat Siska harus terbiasa
Dimas menatap ke arah Siska yang menatapnya marah, ia menyadari bahwa wanita yang ia lihat adalah wanita yang pernah bersama Runi beberapa hari yang lalu."Lo, Lo kan...?" Dimas merasa bahwa ia benar-benar mengenal Siska.Siska yang juga tak merasa asing dengan laki-laki yang ada di hadapannya itu menarik pakaian Dimas hingga jarak anatara bibir Dimas dan bibir Siska sangat dekat.Siska menyadari hal itu dan mendorong tubuh Dimas hingga tubuh Dimas terhempas jatuh."Aduh! Lo kasar banget, si?!" hardik Dimas merasa kesakitan di bagian pinggangnya."Sukurin! Lo sengaja kan cari kesempatan dalam kesempitan, ngaku Lo?" sahut Siska menuduh Dimas dengan prasangkanya.Dimas bangkit dan mendekat ke arah Siska dan menatapnya dengan tajam, Dimas merasa tersinggung dengan perkataan Siska yang menuduhnya."Eh, Lo jangan nuduh dong! Gue tu nggak sengaja nambrak Lo!" sahut Dimas tak terima."Alah, jangan bohong Lo! Laki-laki kayak Lo i
Dimas yang merasa begitu nyaman saat menghabiskan malamnya dengan Siska itu tak melewatinya begitu saja, Dimas berusaha untuk move on dari mantan kekasihnya yang meninggalkan dirinya. "Ternyata Lo asik juga, ya," kata Dimas memuji sikap Siksa. "Asik? Asik gimana maksud Lo?" tanya Siska tersenyum tipis karena merasa bahwa hidupnya lebih bermakna saat bertemu dengan Dimas. "Ya, Lo asik aja gitu di ajak ngobrol. Eh, lain kali kita makan bakso bareng lagi yuk?" tawar Dimas menatap wajah Siska tajam. "Boleh aja, si. Tapi Lo yang tlaktir ya, soalnya Gue nganggur belum ada kerjaan, Gue nggak mungkin minta sama Runi!" jelas Siska melotot ke arah Dimas. "Santai aja, ngasih makan Lo nggak banyak ini, Gue bisa aja nelaktir Lo setiap hari." jawab Dimas dengan nada sedikit sombong. Siska melirik ke arah Dimas, sembari mencubit manis pinggangnya karena mendengar jawaban Dimas yang membuat Siska geli. "Sombong Lo ya, emang Lo udah kerja?" tan
Sampainya di clup malam, Dimas melepaskan helemnya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam clup tersebut. Dimas berharap bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Runi sudah selesai hingga membuatnya sedikit ada waktu untuk berbincang-bincang. Tibanya di dalam ruangan, Dimas pun merasa beruntung karena melihat Runi yang sedang duduk seorang diri menikmati minuman yang ada di tangannya. Dimas pun langusng mendekati Runi. "Hai," sapa Dimas yang langsung duduk di samping Runi. "Eh, Lo lagi. Lo ngapain di sini?" tanya Runi yang menyadari keberadaan Dimas. "Mau anter Lo pulang." jawab Dimas singkat. Mendengar jawaban Dimas membuat Runi tertawa lucu, dan hal itu membuat Dimas menatap penuh tanya. "Kenapa Lo ketawa? Emang ada yang lucu, ya?" tanya Dimas menatap Runi sinis. "Lucu lah,
"Tapi Gue laper, Kia. Lo nggak mau ya nemenin Gue makan?" saut Runi yang salah tingkah dengan semua sikap yang ia sembunyikan. Karena tak ingin memperpanjang, Siska pun kahirnya mengikuti keinginan Runi untuk makan bersama, dan setelah itu Runi pun bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar. Siska masih terdiam, dan membirkan Runi melakukan apapun yang ia ingin lakukan, karena mengingat hatinya juga sedang berusaha untuk menerima apa yang baru saja ia lihat. *** Sore hari saat Siska sedang asik berkumpul dengan gadis-gadis seusianya yang ada di kontakan itu juga, Runi terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore, ia pun segera bangkit untuk mencari Siska. Runi tak berhasil menemukan Siska di dalam kontrakan dan ia pun segera keluar untuk mencari Siska, dan ternyata Siska sedang tertawa bahagaia bersama dengan teman-temannya.
Runi terdiam mendengar pendapat Siska yang tak mendukungnya, jelas saja tidak akan mendapat dukungan jika seorang sahabat memilih jalan itu untuk bertahan hidup. "Maaf Kia, kalau pilihan Gue salah, tapi Gue juga nggak tahu harus gimana karena awalnya Gue dapet kerjaan itu cuma untuk menjadi pelayan, tapi Gue nggak tau kalau akhirnya sebutan pelayan itu menjurus ke sana." jelas Runi yang mencoba untuk meraih kepercayaan Siska. Pembahasan pun ta berhenti cukup di situ, Siska terus mengorek pekerjaan Runi sampai akhirnya ia terjerumus pada jalan yang jelas-jelas itu bukan yang terbaik, hal itu membuat Dimas sampai tertidur di kursi karena tidak mampu menahan kantuk yang menyapa. Siska melihat jam yang ada di ponselnya, dan jam itu sudah menunjukkan pukul tiga pagi, Siska akhirnya memilih untuk menyudahi obrolan itu dan memilih tidur. "Lo tidur di luar ya, Ni. Badan Lo bau parfum om-om!" kata Sis