Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.
“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”
Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.
“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara menari seperti itu juga?”
Putri dari kerajaan kecil Camerine ikut berkomentar, menyahuti pujian dari Putri Violegrent pada Darissa. Darissa merona tersipu atas pujian dari mereka berdua, segera saja ia letakan tangan kanannya itu pada tulang selangka, ditundukkannya pula sedikit pucuk kepala birunya untuk menyampaikan rasa terima kasih atas sanjungan mereka.
“Dengan segala hormat, Your Royal Highness The Princess of Violegrent, Your Highness The Princess of Camerine. Saya akan sangat berbahagia jikalau Saya yang tidak ada apa-apanya ini bisa membantu bunga berharga seperti kalian berdua.”
“Oh my! Saya juga mau, Miss Eiren!”
“Saya juga! Saya juga!”
Darissa dengan penuh kesopanan menyahuti setiap permintaan kelima gadis-gadis muda itu, terkecuali Aira yang terdiam di seberang sana menatap tajam Darissa dengan menggemeletukkan giginya geram.
Aira merasa kesal akan perhatian setiap orang-orang yang ada di sana hanya tertuju kepada Darissa seorang, mengabaikan keberadaan dirinya seakan-akan dia adalah makhluk halus yang tak terlihat oleh mata telanjang.
“Putri Violegrent, tolong lihatlah itu! Lihatlah dengan saksama, caranya Miss Eiren meminum tehnya saja jauh lebih elegan daripada kita semua!”
Seria Anemone, Putri Duke Anemone yang berasal dari kerajaan Camerine itu menunjuk Darissa, membuat semua mata tertuju memperhatikan Darissa kembali karena ucapannya yang terdengar bergetar tak percaya.
“Tidak diragukan lagi dari Miss Eiren, gerakan kecil dari jari jemarinya yang lentik itu saja sudah sangat menawan! Itu hanya baru memegang cangkir tehnya saja, apalagi jika sedang meminumnya! Bagaimana bisa Anda melakukan hal serumit itu dengan sangat mudah?”
“Miss Eiren, tolong ajari kami bagaimana caranya Anda meminum teh dengan cara yang secantik itu, ya!”
Darissa mengerutkan keningnya heran, bukankah cara meminum tehnya para gadis-gadis itu juga sudah sangat bagus dan sesuai dengan tata cara minum teh yang baik dan benar?
Lantas, kenapa sekarang meminta tips padanya yang sepertinya tak akan ada gunanya sama sekali karena caranya meminum teh tidak ada bedanya dengan cara yang digunakan oleh orang lain? Akan tetapi, bukan Darissa namanya jika dia mengabaikan permintaan seseorang yang diajukan kepadanya, terutama jika kastanya jauh lebih tinggi darinya.
Dengan senyuman hangat yang mengembang, dan suara halus yang mengalun lembut menginstruksikan cara meminum teh ala gayanya. Sontak saja, para gadis-gadis muda itu semakin serius memperhatikannya.
“Pertama-tama, jika Anda ingin meminum teh, maka pilihlah rasa teh favorit Anda. Seperti yang bisa membuat Anda rileks ataupun menjadi segar bugar setelah meminumnya.”
“Ah, seperti teh chamomile yang bisa membuat tubuh kita santai? Atau teh bunga krisan kering yang menyehatkan tubuh?”
“Iya, Anda tepat sekali Miss Forsythia. Contohnya Saya yang selalu meminum teh hitam, Saya bisa menikmatinya dengan santai itu karena Saya memang menyukainya, kita tidak perlu terburu-buru saat tengah meminum minuman favorit kita, 'kan?”
Kelima gadis itu mengangguk paham, saking menariknya penjelasan Darissa. Gadis-gadis muda lain yang duduk di meja terpisah dari mereka, secara diam-diam ikut mendengarkan instruksi dari Darissa juga.
“Setelah itu, apa langkah selanjutnya?”
“Ambillah tatakan cangkir teh oleh tangan kiri Anda dengan mengatur posisi siku Anda yang harus menempel di dekat lambung. Luruskanlah lengan Anda yang memegang tatakan untuk lurus ke depan, mulai dari siku sampai menyentuh pergelangan tangan kiri supaya sejajar dengan pusar.”
Beberapa yang memperhatikan setiap gerak-gerik Darissa pun mulai ikut memperagakannya.
“Selipkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan Anda ke dalam cuping cangkir, jadikan jari manis dan kelingking supaya menjadi penumpu beban beratnya dengan meletakkannya di bawah cuping cangkir tadi dengan cara dilipat. Lalu, jangan lupakan peran dari ibu jari Anda juga. Sentuhan terakhirnya hanyalah, geser sedikit ibu jari Anda agar ujung jarinya menyentuh ujung bibir cangkir.”
“Wow, baru cara memegang cangkirnya saja sudah sangat anggun!” ulas Putri Camerine.
“Mengagumkan sekali, lihatlah diri Anda sendiri juga Putri Camerine! Anda melakukannya dengan sangat baik.”
“Ah menurut Saya, Andalah yang paling cepat mempelajarinya dalam waktu singkat, Putri Violegrent.”
“Akhem! My deepest apologize, Princess Violegrent, Princess Camerine. Bisakah Saya kembali melanjutkan tata cara Saya dalam meminum teh ini?”
“O-oh iya! Maafkan kami berdua karena sudah menyela.”
Darissa memandang lembut kedua Putri itu yang merasa bersalah karena telah menyela penjelasannya terkait sesuatu yang diminta oleh mereka sendiri, penjelasan tentang cara meminum teh. Darissa kembali melanjutkan demonstrasinya dengan gerakan singkat, padat, dan dapat dipahami dengan mudah oleh orang-orang yang memperhatikannya dengan serius itu.
“Angkatlah tangan kanan Anda sampai tinggi ujung sikut Anda sebatas dengan bagian bawah dada, usahakan supaya jangan terlalu renggang dari samping badan ya. Pergelangan tangan kanannya coba sedikit ditekuk, lalu hantarkanlah cangkir teh itu sampai menyentuh bagian belahan bibir, hirup ringan aroma tehnya terlebih dahulu sebelum meminumnya, kemudian minumlah teh sedikit demi sedikit.”
“Sprutt ... sprutt ....”
“Jauhkan cangkir teh supaya menjauh dari wajah, kita bisa melihat ke dalam cangkir kalau sisa teh tinggal sepertiganya saja. Di tengah-tengah pesta minum teh begini, ada sebagian orang yang akan mengajak Anda berbincang-bincang bukan? Kita gunakan itu sebagai penjeda sejenak, setelah dirasa selesai membincangkan sesuatu, hisaplah kembali teh Anda sampai tersisa setengahnya.”
Darissa meletakkan cangkir teh yang berisikan setengah cangkir teh hitam hangat itu kembali ke atas tatakan yang dipegang tangan kirinya sedari tadi, cangkir yang kini beralaskan tatakan, ia simpan di atas meja. Kedua tangannya yang sudah kosong tak membawa apa-apa, dia kumpulkan di atas pahanya dengan posisi telapak tangan kanannya yang menindih punggung tangan kiri.
“Jika memang Anda sekalian merasa akan membicarakan sesuatu dengan waktu yang lama, sedangkan tangan Anda yang memegangi tatakan mulai terasa pegal, maka simpanlah cangkir beserta alas tataknya ke atas meja. Apabila Anda merasa mendapatkan dahaga kembali, ambillah tehnya lagi dan minumlah dengan cara yang sama seperti cara awal.”
“Woah, luar biasa! Ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat sekali, Miss Eiren!” ungkap Nona muda putri Count Forsythia dari kerajaan Aethelred itu dengan penuh kekaguman.
“Anda sangat bermurah hati sekali terhadap kami semua dengan membagikan pengetahuan yang sangat berguna! Bahkan sampai repot-repot mengajarkannya secara langsung!” Nona Seria juga ikut menyuarakan pujiannya.
“Kalian semua tepat sekali! Ah, irinya. Saya harap, Saya bisa seperti Miss Eiren.” sahut Putri Camerine.
“Miss Eiren ini sudah sepantasnya dipanggil dengan sebutan 'Young Lady', ah tidak! Mungkin saja sudah bisa di sebut 'Lady' jika dinilai dari sifat Anda yang sangat dewasa.” pikir Putri Violegrent dengan wajahnya yang mengerut serius.
Darissa terkekeh kecil dan kembali mengucapkan rasa terima kasihnya atas pujian dari mereka semua.
“Ini bukanlah masalah yang besar, bukankah saling menolong dan berbagi pengetahuan itu adalah suatu hal dasar yang diajarkan oleh orangtua kita sedari dini?”
Hati Aira semakin memanas melihat Darissa yang tertawa riang dengan tangannya yang ia kepalkan di balik taplak meja, dia pun berpikir keras mencoba mencari cara licik untuk mempermalukan Darissa di depan umum, terutama di hadapan sekelompok gadis-gadis bangsawan dengan gengsi tinggi semacam mereka. Sebuah trik remeh yang bisa saja berdampak besar terhadap rencananya untuk mempermalukan Darissa, akhirnya muncul juga di benaknya.
“Oh ya ampun! Miss Eiren, sepertinya cangkir teh milik Anda sudah lama kosong. Bolehkah Anda mengizinkan Saya untuk menuangkan teh kesukaan Anda sebagai perwujudan rasa terima kasih? Karena Anda telah memberi kami sebuah pelajaran yang sangat berharga.”
“My goodness, Anda sangat baik sekali, Miss Qianzy!”
Rencananya sangatlah sederhana, Aira sangat yakin jika Darissa mungkin saja akan langsung menolaknya secara mentah-mentah. Jika itu terjadi, maka dia akan langsung berpura-pura menangis dengan hati yang terluka sehingga membuat Darissa dianggap orang tak sopan dan tak punya hati. Yang paling penting dari semua rencananya adalah, membuat reputasi sosialita Darissa yang setinggi langit itu jatuh menghempas tanah dengan keras.
Sementara itu, di sisi lain. Darissa yang mendapatkan tawaran mendadak dari orang yang tak terduga, merapatkan bibirnya dalam diam sambil menatap cangkir kosong miliknya dan Aira secara bergantian. Keraguan yang sangat mendalam muncul memenuhi bongkahan bola mata emasnya. Tentu saja dia tak akan percaya semudah itu, bangsawan pada umumnya tidak menuangkan teh untuk diri sendiri ataupun orang lain, karena itu adalah tugas para pelayan yang melayani mereka.
“Ah, jika Anda memang ingin melakukannya, maka silahkan saja.”
Darissa menyorongkan cangkirnya ke depan, membuat gadis berambut hijau lumut itu menekuk wajahnya sebal. Aira pikir, Darissa akan menolak tawarannya tanpa pikir panjang. Tapi tenang saja, dia sudah memiliki rencana cadangan lainnya yang sudah dia siapkan jikalau rencana pertama mengalami kegagalan seperti sekarang.
Pesta minum teh, adalah aktivitas rutin yang akan lebih sering dilakukan oleh gadis-gadis muda dari kalangan bangsawan setelah upacara kedewasaan mereka, yakni sesudah debutante di selenggarakan. Umumnya, pesta teh itu di adakan diantara waktu pagi, atau mungkin di waktu petang sesuai dengan keinginan si tuan rumah.
Lalu, apa yang akan terjadi jika salah satu pengunjung pesta teh pergi meninggalkan perjamuan yang belum selesai? Bukankah itu adalah kelakuan yang tidak terpuji? Ya, itu benar. Beranjak dari kursi sebelum si tuan rumah melakukannya saja sudah dianggap tidak sopan, apalagi jika meninggalkan pestanya.
Mari kita anggap ini adalah pesta teh resmi, dengan Putri Violegrent sebagai tuan rumahnya selaku pemilik kasta tertinggi di antara semua murid akademi. Aira membuat rencana bagus supaya Darissa pergi meninggalkan pesta teh ini, selain nantinya pusat perhatian orang-orang akan kembali tertuju padanya, Darissa akan mendapatkan kepopularitasannya yang bertengger kokoh di atas langit, menukik tajam terjun dengan bebas sampai menembus tanah membawa torehan rasa malu yang teramat sangat.
Itu adalah ide yang sangat bagus! rencana briliannya terbungkus sempurna dibalik senyuman polosnya yang dibuat-buat.
“Ini di--- oh ya ampun!”
PRAKKK!
Aira sengaja menjatuhkan sepoci teh hitam panas, di mana benda yang terbuat dari bahan keramik itu pecah berkeping-keping membuat airnya yang panas tumpah kemana-mana, tepat di hadapan Darissa.
Semuanya menjerit akibat terkejut, terutama Putri Violegrent yang sangat syok saat mendapati Darissa dengan tenangnya merentangkan kedua lengan putihnya untuk melindungi Putri itu, dari bahaya yang bisa saja melukainya.
“Mi-miss Eiren!”
Wajah oval Putri Violegrent memucat sempurna seakan-akan semua darahnya habis tersedot, mata kelamnya bergetar hebat ketika melihat tangan kiri gadis yang melindunginya itu, mulai mengalirkan darah yang terpancar dari tancapan pecahan poci yang menodai kulit putih mulus seputih porselen.
Uap panas mengepul dari gaun yang menutupi paha Darissa akibat terkena tertumpahi air teh, setelah memastikan kondisi sekitarnya, Darissa pun menghela nafas lega. Dia bersyukur kalau hanya dia saja yang terkena dampak paling besar, akan sangat mengkhawatirkan jikalau gadis-gadis lain di dekatnya juga ikut terluka akibat kesalahan fatal yang dibuat oleh Aira.
“Oh tidak! Ma-maafkan Saya! Saya tidak sengaja melakukannya, tangan Saya tergelincir dan kejadiannya begitu cepat. A-apa Anda baik-baik saja, Miss Eiren?”
Dengan gelagapan, Aira membungkukkan badannya berkali-kali untuk meminta maaf kepada Darissa. Darissa menatap tajam Aira dengan menggemeletukkan giginya kuat-kuat dalam upaya menahan amarah yang ia salurkan menjadi tonjolan urat-urat yang tertutup di balik poninya.
Disembunyikanlah tangannya yang berlumuran darah itu ke bawah kolong meja agar orang lain yang takut dengan darah tak melihatnya, diabaikannya Aira itu karena dia lebih memilih menolehkan kepalanya ke arah Putri Violegrent.
“Apa Anda baik-baik saja? Your Royal Highness? Tidak terkena pecahan keramik atau tumpahan air panas, 'kan?” tanya Darissa khawatir untuk memastikan Putri Kekaisaran agung itu baik-baik saja.
“Saya baik-baik saja karena Anda melindungi Saya, Miss Eiren. Oh bagaimana ini, tangan Anda terluka akibat tertancap pecahan itu demi melindungi Saya. Tubuh bagian bawah Anda juga yang paling banyak terkena tumpahan air panas gara-gara tidak mengelak dengan cepat, kenapa Anda tidak menghindar saja dan malah melindungi Saya?”
“Saya tidak apa-apa, Your Royal Highness. Keselamatan Anda adalah hal yang lebih utama.”
Buliran bening yang mengembun membuat manik kelam Sang Putri Violegrent itu mengkilap saat terkena sinar matahari yang hangat. Ketika melihat Darissa yang kini menundukkan kepalanya menahan rasa sakit akibat mencabut serpihan keramik secara diam-diam, membuatnya dilanda rasa marah yang memuncak.
Dia merasa kecewa terhadap diri sendiri karena telah mengakibatkan seseorang terluka, terluka di jalan untuk menyelamatkannya dari dalam bahaya. padahal Darissa bisa saja mengabaikannya, toh dia tak punya alasan untuk diselamatkan oleh orang lain karena dia berasal dari negara yang berbeda.
“Sa-saya minta maaf Miss Eiren! Saya benar-benar meminta maaf!”
Ah, tunggu sebentar. Sepertinya ada sesuatu yang menarik dari kepolosan gadis bermata ivory itu, Putri Violegrent pun menatap Aira dengan kilatan kemarahan yang terpancar dari matanya.
BRAKK!Suara meja rias yang digebrak, memenuhi ruangan tempat Aira menempati kamar tidur yang ia huni hanya untuk diri sendiri di tingkatan kelas 3-1 ini.Semakin ke sini, ia dibuat semakin kesal.Alih-alih dunia dan aturan di dalamnya mengikuti kehendaknya sebagai “tokoh utama” dalam semesta yang dipercayainya sebagai novel “Tame my possessive Fiancé” ini, gadis berambut hijau lumut itu malah semakin menjauh.“Grkk! Sialan!”Jangankan keinginannya semua tokoh laki-laki di dunia novel ini menyukainya.Satu saja yang sekiranya dapat ia goda, sungguh benar-benar tidak tersisa.“Semua ini, pasti gara-gara Eiren!”Awalnya, Aira tak dapat memungkiri itu.Dia tahu alasan mengapa putri bungsu Marquess Eiren yang masih bersekolah di akademi ini sama sepertinya, mendekati Pangeran Kerajaan Aethelred, Lancient, dengan lebih terang-terangan dan bukan karena memang sekadar teman dekat.Melainkan, dia seolah-olah ingat kehidupan masa lalu juga, dan mengambil langkah penuh kehati-hatian untuk antis
“Dengan ini aku mengesahkan, Pangeran Fennel sebagai kepala keluarga Eglantine yang sah.”Saat ini, Fennel tengah menekuk satu lututnya dengan sigap, menghadap kakak tirinya, Zelvin Re Aethelred dengan patuh, dan mendengarkan dengan saksama akan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulutnya sebagai seorang raja.“Sambutlah rekan kebangsawanan kita, … His Grace, the Grand Duke of Eglantine.”Lalu, begitu mendengar penyambutan itu, Fennel pun lekas membangkitkan dirinya.Tak lama kemudian, ia memberikan salam kehormatan penuh kepada matahari Kerajaan Aethelred tersebut, seterusnya berbalik memberi salam kepada seluruh bangsawan lain.Termasuk di antaranya ….“Semoga keselamatan dan kebahagiaan, senantiasa memberkati Anda selalu, ….”… Alesya yang mengulas senyum bangga sembari sedikit menurunkan silangan lulutnya yang ditekuk, sebab tak bisa memberikan salam kehormatan ala biasanya akibat gaunnya terlalu ketat nan mencetak lekuk tubuh.“… Grand Duke.”Menyadari salam dari Alesya itu, F
GLODAK~! GLODAK~!Suara gemuruh dari roda kereta kuda yang berpacu dengan kecepatan sedang, membelah hiruk pikuk keramaian kota.Terdapatlah di dalamnya, putri sulung Marquess Eiren yang duduk sambil meremas rok gaunnya secara erat, dengan wajah bersemu begitu merah.Netra kuning keemasan seindah emas dihujani madu matang itu bergulir sejenak ke arah suatu benda pipih di sampingnya.Yakni, sebuah lukisan yang ia dapatkan sebelum memutuskan untuk pulang bersama sang pelayan pribadi.“….”Yakni, sebuah lukisan yang memuat gambaran suatu adegan, yang berhasil membuat wajahnya memerah lagi dan lagi setiap kali mengingat kejadian manis itu.Yaitu, adegan saat Grand Duke muda Eglantine mengecup ujung rambutnya yang setengah dikepang.“Bagaimana? Anda menyukainya, kan?” Tanya Poppy, pelayan pribadi Alesya di seberang tempat duduk, memasang ekspresi wajah yang jahil.“H-Huh?! A-apanya?” Tentunya, atas pertanyaan yang tiba-tiba lagi terdengar ambigu itu, telah membuat Alesya gelagapan tidak m
“Akan terasa tidak nyaman jika rambut Anda menjuntai selagi asyik memakan camilan, bukan? Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda mengikatnya untuk sementara waktu.” Alesya kira apa, ternyata ini toh yang dimaksudkan untuk dipakai olehnya tadi? “Apa Anda ingin memanggil pelayan pribadi tadi, dan membiarkannya membantu memakaikan ini?” SRAKK~! Fennel membuka dan mengeluarkan isi dari kantung kain itu. Terdapat banyak manik-manik kecil berbentuk bunga krisan, satu sisir kecil, dan juga pita berwarna kuning cerah supaya serasi dengan warna gaun yang saat ini tengah dikenakan oleh Alesya. “Poppy ya? Dia pergi ke suatu tempat dan akan kembali lumayan lama, jadi … Saya pikir ….” Alesya menggantung kalimatnya sejenak, tuk menundukkan wajahnya yang terasa mulai bersemu kembali. Dia juga menempatkan kedua telapak tangannya di bawah meja, untuk meremas rok gaun demi menyalurkan rasa gugup tak menentu. Dengan suara yang samar lagi terdengar seperti melirih, gadis itu pun lanjut berkat
“….”Untuk beberapa waktu, Fennel mengerjapkan matanya beberapa kali selagi menahan nafasnya akibat merasa kaget.Sejujurnya, pemuda itu merasa bingung.Bukankah seharusnya Alesya merasa senang? Lantas, mengapa dia malah meresponsnya dengan meninggikan suara, serta menodongkan kepalan tangan kanan di depan mukanya sekarang???“Poppy?”“Ya? Saya mendengarkan.”Akhirnya, Fennel bisa bernafas lega kembali sewaktu Alesya menarik kepalan tangan dari depan muka, dan membalikkan badannya tuk menghadap lurus sang pelayan pribadi bernama Poppy.“Aku akan berada dalam pengawasan Tuan muda Eglantine, jadi … aku harap kau mengerti."Pelayan berambut merah ati dam bermata hijau apel muda itu menyunggingkan senyuman tipis.Dengan menundukkan kepala dan merundukkan sedikit badan, Poppy menekuk kakinya sedikit selagi mengangkat masing-masing sisi rok, tanda bahwa ia langsung menuruti titahan tanpa perlu mendengarkan penjelasan secara menyeluruh.“Selamat bersenang-senang, Milady.”Mendapati respons
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp