"Mbak Dinar, itu si Dani memangnya enggak di undang ke acara ulang tahunnya Kevin?" tanya Mbak Wiwit tetanggaku.
Ditangan kanannya terlihat sebuah kado berukuran cukup besar. Sementara tangan kirinya menuntun Raka, anak laki-lakinya yang memakai kemeja serta celana jeans panjang.Baru saja aku akan menjawab pertanyaan Mbak Wiwit, Mbak Tina yang berada di belakangnya mendahului."Enggak di undang atau memang enggak punya duit buat beli kadonya?" cibir Mbak Tina."Iya bener. Jangankan beli kado, buat makan aja susah hahaha," sambung Mbak Beti yang berada di sebelah Mbak Tina menertawakanku.Mereka bertiga begitu kompak kalau urusan menjulidi orang lain. Aku yang tadinya akan menjawab, jadi berubah fikiran. Aku melayangkan sebuah senyuman kepada mereka bertiga. Biar mereka puas sekalian. Pantas saja mereka bertiga mendapat julukan Trio Barokah di kampungku, karena hidupnya hanya mengurusi hidup orang lain. Aku merasa tidak ada gunanya meladeni mereka, karena hanya akan menguras emosi dan menambah dosa.Julukan Trio Barokah di sematkan karena perkataan mereka yang selalu tidak bisa menghargai orang lain dan juga membuat sakit hati siapapun yang menjadi bahan gunjingan dan kejulidan mereka.Aku sudah terbiasa menjadi bahan julidan mereka, karena kebetulan letak rumah berdekatan dengan kontrakan tempat tinggal mereka. Jadi Aku tidak menanggapi sikap mereka kali ini.Aku berlalu masuk ke dalam rumah, menghampiri Dani yang sedang menemani adiknya Dina yang baru berusia satu setengah tahun bermain mobil-mobilan.Biasanya pada jam segini, Dani bermain di depan rumah bersama teman-temannya. Akan tetapi hari ini aku sengaja melarang Dani untuk bermain diluar rumah. Alasanku melarang nya bermain di luar rumah agar dia tidak melihat teman-temannya berangkat memenuhi undangan acara ulang tahun Kevin, temannya.Sepertinya Dani lupa kalau acara ulang tahun Kevin jatuh pada hari ini. Padahal sebelumnya, dia begitu antusias ingin datang ke acara itu. Dia sampai membongkar lemari pakaian, mencari pakaian yang cocok untuk dia gunakan nanti. Dani sedikit kecewa, karena tidak mendapati pakaian yang menurutnya bagus. Dani bilang, kata teman-temannya harus memakai pakaian bagus untuk datang ke acara ulang tahun Kevin nanti.Memang sudah beberapa tahun terakhir, kami tidak pernah membeli pakaian baru. Jangankan membeli pakaian, untuk makan sehari-hari saja sudah sulit."Kakak lagi main apa sama Adik?" tanyaku berbasa-basi seraya duduk bergabung menemani mereka yang sedang bermain."Ini Kakak lagi ajakin Adik main mobilan" jawab Dani, anak laki-lakiku yang berusia hampir menginjak enam tahun."Mobilannya bagus, ya!" timpalku seraya tersenyum kepada kedua anakku.Mereka tampak bahagia walaupun hanya bermain mobilan balap yang sudah tidak memiliki roda. Hanya itu satu-satunya mainan yang Dani miliki. Mainan yang di bawa Mas Dito sepulangnya mengojek. Dia menemukannya dekat pangkalan ojek di tempatnya menunggu penumpang. Walaupun sudah tidak memiliki roda, tetapi kondisi badan mobil masih nampak bagus.Sementara Dita, dia belum mempunyai mainan satu pun. Seharusnya anak perempuan seusianya sudah bisa bermain boneka. Tetapi apa mau dikata, Allah belum memberikan Kami rezeqi yang lebih untuk membelikannya mainan.Beberapa kali kulihat Dita menguap, menandakan dia sudah mulai mengantuk. Aku lalu menggendongnya dan berjalan menuju kamar."Dani, kamu tidak boleh main keluar rumah dulu, ya. Tunggu sebentar lagi Ayahmu pulang. Ibu mau menidurkan Adikmu dulu" pesanku pada Dani.Dani hanya menganggukkan kepalanya karena dia sedang fokus bermain mobilan.Aku melangkah memasuki kamar dan meletakkan Dita di tempat tidur, kemudian menyusul berbaring di sampingnya."Embu...nenen...nenen" ucap Dita dengan nada cadelnya. Dia menarik-narik ujung daster yang aku kenakan.Aku segera memberinya asi sambil mengusap lembut punggungnya. Sampai akhirnya dia tertidur tetapi mulutnya masih menghisap asi. Perutku mulai berbunyi, menandakan minta di isi. Sejak pagi perutku belum terisi makanan sama sekali. Karena hari ini aku tidak kebagian sarapan nasi goreng yang dibuat dari nasi sisa kemarin. Sarapan hari ini hanya cukup untuk anak-anak dan juga suamiku.Aku meremas perut yang berbunyi, berharap rasa lapar segera berkurang. Perlahan kedua mata terasa berat, sepertinya aku mulai mengantuk. Akhirnya aku pun tertidur dalam keadaan lapar.Aku terbangun dari tidur, ketika mendengar suara orang menangis. Aku menajamkan pendengaran, untuk memastikan siapa gerangan yang menangis. Aku mengucek mata yang terasa masih lengket dan segera beranjak dari tempat tidurku menuju arah suara tangisan berasal.Nampak Dani sedang berjongkok dan menangis tersedu di pojokan rumahku. Aku segera menghampirinya dengan perasaan khawatir."Dani sayang, Kamu kenapa, Nak?" tanyaku seraya mengusap punggungnya dengan lembut.Dani menggelengkan kepalanya, bahunya bergerak-gerak karena menahan isak tangis."Tidak mungkin Kamu menangis kalau tidak ada sebabnya. Ayo cerita sama Ibu, Nak?" Aku tetap berusaha mencari tahu alasannya menangis.Dani Anak laki-lakiku yang kuat. Dia jarang sekali menangis, jika tidak ada hal yang membuatnya sakit hati."Kenapa Dani tidak datang ke acara ulang tahunnya Kevin, Bu? Apa karena Dani miskin, makanya Dani gak bisa beli kado buat Kevin?" Dani mengungkapkan alasannya menangis.Aku terkejut mendengar ungkapan hati Dani. Darimana dia tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahun Kevin? Sepertinya tadi ketika aku tertidur, dia pergi keluar rumah dan bertemu temannya yang baru pulang dari rumah Kevin."Memang hari ini Kevin ulang tahun, ya? kok Ibu bisa lupa ya? lain kali kalau ada yang ulang tahun, Dani ingetin Ibu, ya. Maklum, Ibu udah tua dan mulai pikun hehehe!" ucapku berbohong, bermaksud untuk menghibur Dani yang sedang bersedih.Aku merasa gagal menjadi orang tua. Karena tidak bisa membahagiakan anak-anakku. Penghasilan Mas Dito sebagai tukang ojek pangkalan yang tidak seberapa, membuat keluargaku sering kekurangan hanya untuk makan setiap harinya. Bahkan Dani yang seharusnya sudah masuk Taman Kanak-kanak pun terpaksa aku ajari mandiri di rumah karena tidak adanya biaya."Dani selalu berdoa supaya Ayah dapat rezeqi yang banyak, tetapi kenapa Allah tidak mengabulkan doa Dani, Bu? Dani ingin seperti teman-teman yang lain. Bisa sekolah, bisa jajan dan bisa makan setiap hari. Apa Allah enghak sayang sama kita ya, Bu?" teriak Dani. Dia menghambur ke pelukanku.Air mataku yang sejak tadi kutahan, akhirnya luruh juga. Aku bukannya tidak bersyukur dengan keadaan keluargaku saat ini. Tetapi Aku paling tidak tahan melihat anakku bersedih. Hatiku terasa tersayat-sayat sembilu. Aku rela menahan lapar setiap hari, asalkan mereka jangan sampai merasakannya. Setiap Ibu di belahan dunia manapun pasti menginginkan kebahagiaan untuk anaknya. Bahkan nyawa sekalipun akan di berikan untuk anak tercintanya."Dani enggak boleh ngomong seperti itu ya, sayang. Itu tandanya Allah sedang menguji kesabaran kita. Sampai sejauh mana Kita bisa sabar menerima ujian-Nya, Insya Allah kita akan di naikkan derajat-Nya kalau bisa melewati semua ujian-Nya!" Aku masih berusaha menghibur Dani.Dani tidak pernah bersikap seperti ini, biasanya dia selalu menerima dengan ikhlas keadaan kami."Benar, Bu? Allah akan mengangkat derajat kita? Dani sudah bosan diejek terus sama teman-teman, mereka bilang Dani miskin karena enggak bisa sekolah. Sekarang, Dani juga gak bisa beli kado buat Kevin!" ujar Dani meluapkan semua kekesalan yang ada di hatinya.Aku hanya bisa mengusap dada dan beristigfar dalam hati. Jadi itu alasannya Dani bersikap tidak biasanya. Dia sudah berada di puncak kesabarannya, karena sering di ejek dan dibuli oleh teman-temannya.Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?***"Ibu tahu Dani anak yang hebat. Dani harus sabar menghadapi teman Dani yang seperti itu. Jangan pernah ditanggapi ya sayang, ingat kalau roda kehidupan itu berputar. Sekarang kita sedang berada di bawah, mungkin suatu hari nanti kita akan berada di atas. Jadi, jangan pernah berhenti untuk berdoa dan bersabar ya, sayang!" ujarku seraya mengecup kening anak laki-lakiku.Dani akhirnya tersenyum dan berhenti menangis. Hatiku merasa lega, melihatnya kembali ceria.Aku mengulurkan tangan kepada Dani untuk membantunya berdiri. Namun terdengar suara ketukan dari pintu rumahku."Assalamualaikum," terdengar orang yang mengucap salam.Aku segera menghampiri suara salam itu berasal. Sepertinya itu bukan suara Mas Dito, karena suaranya dari seorang perempuan.Aku segera membuka pintu, dan terkejut melihat sosok yang ada di hadapanku."Mbak Dinar, ini ada bingkisan dari ulang tahunnya Kevin. Saya memaklumi Mbak Dinar tidak datang ke acara ulang tahunnya Kevin, pasti karena kerepotan dengan Adiknya
Mas Dito menghentikkan suapan terakhirnya. Sepertinya dia baru menyadari kalau nasi goreng yang terhidang hanya untuk 3 orang saja. Mas Dito pasti tahu kalau Aku sedang berbohong. Terlihat raut penyesalan diwajahnya."Ayo lekas habisin sarapannya Dani. Habis itu, bantu Ibu untuk menjaga Dita ya. Ibu mau mencuci pakaian dan beres-beres rumah!" berucap pada Dani, mengalihkan pembicaraan yang membahas Aku tidak ikut sarapan bersama mereka. "Baik, Bu!" sahut Dani patuh.Dani segera menghabiskan sarapannya dan membantu membawakan piring kotor ke dapur. Aku bersyukur memiliki anak laki-laki yang pengertian seperti Dani. Di usianya yang mendekati enam tahun, dia jarang mengeluh dengan kondisi kami yang serba kekurangan. Dia selalu makan dengan lahap setiap masakanku. Dia juga anak yang rajin membantuku. Aku menuju kamar mandi untuk merendam pakaian terlebih dahulu sebelum mencucinya menggunakan tangan. Saat berada di pintu kamar mandi, Mas Dito meraih pergelangan tangan dan menatap wajahk
"Wah, malah merepotkan Mbak Ismi. Perkenalkan nama saya Dinar, Ibunya Dani dan Dita" ucapku seraya mengulurkan tangan. Mbak Ismi menyambutnya. "Tidak repot kok, Mbak Dinar. Semua tetangga terdekat di lingkungan sini memang mendapatkan hantaran makanan yang sama. Nanti kalau butuh apapun, jangan sungkan datang kerumah saya ya, Mbak Dinar." timpal Mbak Ismi ramah."Semoga Mbak Ismi betah tinggal di kontrakan Babeh Sabeni, ya" ujarku tersenyum simpul."Amiin. Ya sudah, saya pamit dulu ya Mbak Dinar. Salam untuk keluarga semuanya!" Mbak Ismi berpamitan dan meninggalkan rumahku.Lagi-lagi Aku harus bersyukur dengan rezeqi tak terduga yang Tuhan berikan hari ini melalui wanita cantik bernama Ismi itu.Aku membawa dua kotak makanan besar itu ke dapur dan segera membukanya. Mataku berbinar ketika melihat isi dalam kotak makanan itu. Ada nasi, rendang daging, sambal goreng kentang plus ati ampela, bihun, kerupuk udang, buah serta minuman air mineral dalam gelas. Aku membuka kotak makanan yang
Aku menarik nafas dan membuangnya perlahan. Suamiku sudah berikhtiar dengan cara yang halal mencari rezeqi untuk keluarganya. Berapapun hasilnya, mungkin itulah rezeqi yang Allah titipkan kepada kami."Alhamdulillah...tidak apa-apa, Mas. Masih bisa untuk beli beras satu liter. Semoga besok Allah memberikan rezeqi lebih untuk kita" ucapku membesarkan hati Mas Dito."Maafkan Mas ya, Dinar" lagi-lagi Mas Dito meminta maaf seraya menggenggam tanganku erat."Tidak usah minta maaf, Mas Dito enggak salah kok. Sekarang Mas bersih-bersih, setelah itu baru makan," ujarku seraya mengelus pundak Mas Dito dengan lembut."Memang Kamu sudah masak? dapat uang darimana?" tanya Mas Dito heran."Aku belum masak, Mas. Tadi ada rezeqi nasi kotak dari tetangga baru kita, namanya Mbak Ismi" sahutku."Alhamdulillah. Itu artinya kamu sudah makan, Din?" tanya Mas Dito dengan mata berbinar."Iya, sudah Mas. Ayo buruan bersih-bersih, tubuh Mas Dito bau kecut tuh" ucapku meledek Mas Dito dan tergelak."Biarpun ba
"Apa syaratnya?" tanyaku ragu."Aku mau minta bantuanmu. Tolong pinjamkan data identitasmu buat ajukan pinjaman online, ya?" ucap Ismi dengan wajah memelas.Aku sedikit terkejut mendengar permintaan Ismi. Dia sendiri yang menawarkan akan memberikan skin care secara cuma-cuma, tetapi kenapa harus bersyarat? Lalu syaratnya pun cukup berat menurutku. "Kalau ada syaratnya, aku gak mau. Enggak dikasih skin care cuma-cuma juga gak apa-apa!" tolakku tegas."Sebenarnya ini bukan masalah skin care gratis, tetapi aku memang benar-benar butuh bantuanmu, Din!" ucap Ismi dengan wajah sedih.Kenapa Ismi meminta bantuan padaku untuk mengajukan pinjaman online? setahuku dia orang yang berkecukupan materi, karena suaminya bekerja di pertambangan yang gajinya pasti besar."Enggak salah kamu Ismi, mau minta tolong sama aku? buat apa kamu ajukan pinjaman online? suamimu kan kerja di pertambangan?" tanyaku tanpa berbasa-basi."Itu dia masalahnya, suamiku memberi kabar kalau agak telat mengirim transferan
"Alhamdulillah...pengajuannya diacc, kamu memang pembawa keberuntungan, Din!" puji Ismi padaku.Sementara aku masih tidak percaya, pengajuan pinjaman online yang diproses setengah jam yang lalu sudah bisa menghasilkan uang. "Ting" terdengar notif pesan dari ponselku.Aku segera membukanya, ternyata notif pemberitahuan dari sms banking. Ada transferan masuk sebesar satu juta rupiah.Setelah membaca notif yang baru diterima, barulah aku percaya. Ternyata semudah itu mendapatkan pinjaman. Namun entah kenapa bukannya senang, tetapi malah sebaliknya. Mungkin karena pengajuan pinjol menggunakan namaku, bukan nama Ismi."Ismi, kenapa enggak mengajukan pinjaman pakai nama kamu sendiri aja, sih? Malah pakai nama orang lain. Aku takut sekali, karena baru pertama kali berurusan dengan hutang!" cetusku pada Ismi serius."Aku sudah mengajukan pinjaman online sendiri, tetapi uang yang dibutuhkan masih kurang. Tidak mungkin Aku mengajukan dua kali pinjaman pada aplikasi yang sama, makanya minta ban
Ismi membisikkan sesuatu ke telingaku. Mataku terbelalak, tetapi tak bisa menahan diri untuk tidak tergelak."Kamu ada-ada aja Is, pakai ngerjain mereka segala. Aku mah takut dosa!" ucapku, masih saja tergelak."Orang seperti mereka sekali-sekali memang perlu di kasih pelajaran, supaya lebih menghargai orang lain!" timpal Ismi, dia pun sama sepertiku tergelak juga."Cuaca hari ini panas banget ya. Kita beli minuman di warung Mbak Eti, yuk" ajak Ismi padaku."Boleh, kebetulan Dita juga udah tidur nih" sahutku, seraya bangkit dari pembaringanku.Kami melangkah bersama menuju warung Mbak Eti yang berada di lingkungan kontrakan Trio Barokah. Warung sederhana yang hanya berupa meja dengan ukuran sedang dan segala perabotan di atasnya. Warung Mbak Eti selain menjual minuman jus buah asli dan minuman kemasan, dia juga menjual aneka makanan yang diolah secara dadakan. Selain harganya murah, rasa makanannya juga lumayan enak. Tidak heran kalau warungnya selalu ramai oleh pembeli dari berbagai
Namaku Pradito Lukito. Aku adalah anak tunggal di keluargaku. Walaupun anak tunggal, aku sudah terbiasa hidup mandiri dan sederhana, meski kedua orang tuaku adalah pemilik usaha dibidang kuliner yang cukup sukses di Klotaku. Mereka memiliki puluhan anak cabang yang tersebar di beberapa kota. Aset yang mereka miliki meliputi aset tidak bergerak, mulai dari puluhan kontrakan dan kos-kosan yang tersebar di beberapa daerah. Belum lagi aset bergerak, berupa beberapa kendaraan yang terparkir cantik di rumahku.Menjadi anak tunggal yang merupakan impian banyak orang, tetapi tidak menurutku. Aku merasa kesepian di rumah yang ukurannya begitu luas. Kedua orang tuaku sibuk mengurus bisnisnya, sedangkan aku bersama para asisten rumah tangga yang bekerja di rumah.Aku tipe orang yang tidak suka bergaul, oleh sebab itu tidak memiliki banyak teman di tempat kuliah. Kedua orang tua bercita-cita agar aku meneruskan bisnis mereka jika sudah lulus kuliah. Oleh karenanya jurusan yang aku ambil adalah bis