Share

Bab.2: Ratu Semalam

"Ibu tahu Dani anak yang hebat. Dani harus sabar menghadapi teman Dani yang seperti itu. Jangan pernah ditanggapi ya sayang, ingat kalau roda kehidupan itu berputar. Sekarang kita sedang berada di bawah, mungkin suatu hari nanti kita akan berada di atas. Jadi, jangan pernah berhenti untuk berdoa dan bersabar ya, sayang!" ujarku seraya mengecup kening anak laki-lakiku.

Dani akhirnya tersenyum dan berhenti menangis. Hatiku merasa lega, melihatnya kembali ceria.

Aku mengulurkan tangan kepada Dani untuk membantunya berdiri. Namun terdengar suara ketukan dari pintu rumahku.

"Assalamualaikum," terdengar orang yang mengucap salam.

Aku segera menghampiri suara salam itu berasal. Sepertinya itu bukan suara Mas Dito, karena suaranya dari seorang perempuan.

Aku segera membuka pintu, dan terkejut melihat sosok yang ada di hadapanku.

"Mbak Dinar, ini ada bingkisan dari ulang tahunnya Kevin. Saya memaklumi Mbak Dinar tidak datang ke acara ulang tahunnya Kevin, pasti karena kerepotan dengan Adiknya Dani!" ucap Mbak Sherli ibunya Kevin seraya tersenyum ramah.

"Iya Mbak Sherli, maaf ya enggak bisa datang. Adiknya Dani lagi rewel, sekarang baru saja tidur!" ujarku berbohong.

"Iya tidak apa-apa Mbak Dinar, saya maklum. Kalau begitu aya pamit ya Mbak, mau beres-beres di rumah!" ucap Mbak Sherli berpamitan kepadaku.

Aku menatap kepergian Mbak Sherli hingga tidak terlihat lagi dari pandangan.

Aku tidak menyangka, Orang kaya seperti Mbak Sherli rela mendatangi rumahku hanya untuk memberikan bingkisan kepada Dani. Padahal jelas-jelas Dani tidak datang ke acaranya. Mbak Sherli adalah contoh orang kaya yang baik dan rendah hati. Berbeda sekali dengan orang yang berlagak sok kaya, tetapi bersikap sombong dan tidak memiliki rasa empati sama sekali.

Dengan bingkisan di tangan, ingin rasanya berteriak meluapkan rasa bahagiaku. Dani pasti sangat senang dengan bingkisan yang aku bawa. Hari ini Tuhan mengabulkan doa Dani.

"Dani...,coba lihat Ibu bawa apa ini?" panggilku pada Dani, seraya mengangkat bingkisan di tanganku tinggi-tinggi.

"Itu bingkisan dari Kevin ya, Bu? bentuknya sama dengan yang teman-teman Dani bawa tadi" ujar Dani, dia melonjak kegirangan.

Dani tidak sabar dan langsung merebut bingkisan dari tanganku. Aku tertawa melihat tingkah lucu anakku. Dani mengeluarkan isi dari bingkisan itu. Lagi-lagi dia melonjak kegirangan melihat isi bingkisan di dalamnya.

Selain ada snack dan minuman yang jarang Dani rasakan, ada paket nasi yang berisikan ayam tepung crispy kesukaan Dani yang di letakkan dalam sebuah wadah kotak makan plastik dengan merek yang sangat terkenal.

Ada juga paket nasi tumpeng mini yang terlihat menggugah selera. Bingkisan yang diberikan Mbak Sherli berjumlah dua buah, itu artinya Dani mendapatkan doble isian bingkisan.

Alhamdulillah...,aku bersyukur dengan rezeqi yang Tuhan beri untuk Dani hari ini. Dalam hati aku berdoa, semoga Tuhan membalas kemurahan hati keluarga Mbak Sherli dengan berlipat ganda.

...

Aku berdiri di depan cermin, mematut diri dan menyunggingkan senyuman melihat pantulan diri yang begitu sempurna. Riasan tipis di wajah tetap tidak menutupi kecantikan yang sudah aku miliki sejak lahir.

Kecantikanku semakin bertambah dengan pakaian indah yang dikenakan, sangat cocok melekat di tubuhku yang ramping. Tak lupa perhiasan yang menghiasi telinga, leher, dan tangan yang berkilauan, membuat kecantikanku semakin paripurna.

"Nyonya, makanannya sudah siap!" panggil asisten rumah tanggaku di depan pintu kamarku yang sengaja kubiarkan terbuka.

"Oke, bik!" jawabku singkat.

Ooh...,betapa bahagianya hidupku. Harta yang berlimpah, membuat hidupku berkecukupan. Semua yang aku inginkan bisa dengan mudah didapatkan. Tinggal di istana megah, dengan puluhan asisten yang siap membantuku. Tugasku hanya menikmati hidup yang damai dengan segala kemudahan yang aku punya.

Aku berjalan meninggalkan kamar istana yang berlapiskan emas, menuju ruang makan istana yang megah. Di atas meja makan sudah tersedia puluhan makanan lezat yang sudah tertata dengan rapi. Air liurku hampir menetes karena mencium aroma masakan yang begitu menggugah selera.

Ada ayam panggang, gurame asam manis, iga bakar, udang saos padang, sop daging, bakwan udang dan masih banyak pilihan menu lainnya yang membuat Aku bingung untuk menentukan pilihan. Aku segera menarik kursi, tak sabar ingin segera melahap semua makanan lezat dihadapan ini.

Tetapi saat akan menjatuhkan bobot tubuh dikursi, tiba-tiba ada yang menarikku dari belakang. Aku terjengkang kebelakang.

"Gubraaag..., addduuuuh!" aku terjatuh dari ranjang tempat tidurku.

Sial!! Apakah tadi aku hanya bermimpi? aku menyesal kenapa terbangun disaat belum mencicipi makanan yang lezat itu. Aku berharap terus bermimpi agar tidak menemui kenyataan yang sebenarnya. Mimpi yang terasa begitu nyata. Mimpi yang diidamkan semua wanita di dunia, menjadi ratu walaupun hanya satu malam.

Dengan malas aku beranjak dari lantai kamar yang hanya terbuat dari adukan semen kasar. Berbeda dengan kamar istanaku di alam mimpi yang berlapiskan emas. Kurasakan nyeri di bagian bokong, tetapi tidak kuhiraukan karena tugas negara sudah menanti. Karena mimpiku semalam, aku jadi terlambat bangun. Aku bergegas melangkah menuju dapur, bersiap membuatkan sarapan untuk suami dan anak-anak.

Ya..., sarapan untuk suami dan kedua anakku saja. Semalam aku lihat nasi sisa yang ada di bakul yang terbuat dari anyaman bambu tempatku biasa menyimpan nasi hanya cukup untuk dua porsi saja. Satu porsi untuk Mas Dito dan satu porsinya lagi untuk Dani dan Dita.

Aku mulai mengiris bawang merah dan bawang putih yang tersisa masing-masing hanya satu siung saja. Aku bersyukur karena masih ada bawang yang tersisa. Karena biasanya lebih sering tidak ada bawang yang tersisa, jadi menggoreng nasi tanpa bawang.

Wajan yang tergantung di paku sudah Aku taruh diatas kompor. Hatiku berdebar mencari minyak jelantah untuk menggoreng nasi yang biasanya diletakkan di mangkok tempat menampung minyak sisa. Lagi-lagi aku bersyukur, karena masih ada sisa minyak jelantah yang cukup untuk menumis bawang.

Aku mulai menumis bawang sampai tercium bau harum, baru setelahnya memasukkan nasi dari bakul. Aku mencari penyedap instan yang tersisa, tetapi ternyata tidak ada. Akhirnya aku hanya menggunakan garam sebagai penyedap nasi goreng hari ini. Lebih tepatnya Nasi goreng KW. Karena yang namanya nasi goreng seharusnya minimal ada telur dan kecap sebagai pelengkapnya.

"Heemm...,harum sekali masakan Istriku" puji Mas Dito yang baru keluar dari kamar mandi.

Aku hanya menyunggingkan senyum, membalas pujiannya. Suamiku yang satu ini paling bisa membuat tersanjung dengan pujiannya. Lagi-lagi aku harus bersyukur, meskipun kehidupan kami serba kekurangan, tetapi tidak kekurangan cinta dan kasih sayang dari Mas Dito.

Dua piring nasi goreng sudah siap, aku membawanya ke tengah ruangan yang beralaskan karpet plastik. Jangan harap diruang tamuku terdapat kursi tamu berbahan jati atau sofa minimalis, karena itu hanya ada dalam mimpiku semalam saja.

"Mas, ayo sarapan. Biar semangat ngojeknya!" ajakku, seraya memberikan sendok ke atas piring nasi goreng dan menyodorkan ke tangannya.

"Iya..., makan yang banyak Yah, biar dapat rezeqi yang banyak!" celetuk Dani.

Aku tersenyum mendengar celetukan Dani, begitu pun Mas Dito.

"Emang kalau punya uang banyak, Dani mau beli apa?" tanyaku seraya menyuapi nasi goreng ke mulut Dita.

"Dani mau beli coklat bentuk telur yang ada hadiah mainannya kayak punya Adi, Bu!" Ujar Dani dengan polosnya.

Mungkin yang dimaksud Dani adalah cokelat Kind*r *oy yang banyak dijual dan dipajang di rak paling depan dekat kasir Mini Market dekat.

"Iya, doakan Ayah pulang bawa uang banyak ya!" timpal Mas Dito kepada Dani.

"Ibu kok enggak ikut makan?" tanya Dani kepadaku.

Aku terkejut mendapat pertanyaan mendadak dari Dani.

"I-ibu lagi puasa sunah, Dani!" jawabku gugup seraya tersenyum terpaksa.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status