-Lima tahun kemudian.“Mas, hari ini bisa jemput Rey gak?” tanyaku pada Mas Azka melalui telepon. “Iya Ra bisa,” jawab Mas Azka yang membuatku sedikit lega. “Apaan Mas? Hari ini kan kamu janji nemenin aku belanja bulanan.” Terdengar suara Keisha yang menyanggah obrolan kami. “Kan kita bisa jemput Reyhan bentar Kei, sebelum belanja," jawab Azka. “Aku males ribet ya Mas, entar dia ngerepotin loh,” ucap Keisha terdengar kesal. “Kalau kamu memang nggak bisa, ya sudah nggak usah Mas, nanti aku minta tolong sama Ayu atau Kak Lastri saja, aku tutup ya teleponnya. Assalamualaikum,” ucapku sembari menutup telepon tanpa menunggu jawaban salamnya. Selalu seperti ini. Semenjak aku berpisah dari Mas Azka tepat lima tahun yang lalu, Mas Azka selalu kesulitan memberi waktu untuk Reyhan karena ada-ada saja permintaan Keisha di saat Reyhan ingin bersama dengan Abinya. Hari ini pun sebenarnya aku sedikit ragu untuk meminta tolong padanya, hanya saja permintaan Reyhan tadi malam membuatku terenyu
“Sebaiknya kamu segera ceraikan Keisha dan perbaiki hubunganmu dengan Ayra, Ka,” ucap Lastri pada Adik angkatnya yang kini berada di rumah Ayu dan Sandi, selain Lastri ada Ajeng juga dan kini mereka berlima sedang duduk bersama. Hening... “Kamu kenapa Ka? Bukankah semuanya sudah jelas? Selama ini kamu hanya dijebak oleh Keisha dan kamu tak harus bertanggung jawab lagi atas dirinya,” sahut Sandi, ia melihat gelagat tak baik dari sahabatnya itu. “Keisha keguguran Ndi, dan itu semua karena kesalahanku,” ucap Azka sedih. “Apapun yang terjadi padanya bukanlah kesalahanmu Ka, sekarang kamu harus memperbaiki hubunganmu dengan Ayra karena kamu akan sangat menyesal jika sampai kehilangannya,” ucap Lastri. “Aku nggak tahu Kak, aku bingung. Aku nggak mau kehilangan Ayra tapi aku juga nggak bisa ninggalin Keisha begitu saja, terlebih saat ini ia sedang terpuruk karena kehilangan bayinya dan semua itu terjadi karena kesalahan,” jawav Azka, ia tertunduk bingung dengan apa yang ia rasakan. PLA
“Harus berapa lama lagi aku memainkan drama ini Ndi? Kamu nggak tahu kan kalau setiap harinya aku bikin Ayra nangis? Kamu nggak tahu kan kalau tiap harinya aku menatap mata Ayra yang penuh kecewa? Aku nggak tahan lagi!” ucapku pada Sandi yang saat ini sedang duduk di depan jendela, menatap kosong ke arah keramaian di luar sana. “Lalu apakah kamu sudah bisa membuktikan semuanya Ka? Kamu yang memutuskan semua ini kan? Kamu beralasan kalau kamu takut media menyebarkan berita yang akan membuat keluarga Ayra tahu dan akan membuat rumah tanggamu menjadi hancur?” Sandi menyudutkanku dengan pertanyaannya, aku tak tahu harus berkata apa lagi, aku hanya mengusap kasar wajahku berkali-kali karena sangat kesal dengan apa yang terjadi saat ini. “Lalu apa yang harus ku lakukan saat ini Ndi?” tanyaku lagi pada Sandi yang masih belum mengalihkan pandangannya. “Kamu hanya perlu meyakinkan Keisha bahwa kamu memang benar-benar mencintainya sehingga dengan mudah kamu akan membuatnya mengakui segalanya
Di sebuah ruangan yang gelap terlihat seorang lelaki yang tubuhnya semakin mengurus, dia adalah Dani yang masih terus-terusan dikurung dan disiksa oleh Sandi dan anak buahnya. “Katakan sekarang juga, akuilah bahwa anak dalam kandungan Keisha itu adalah anakmu,” ucap Sandi, ia hampir putus asa mengorek informasi dari lelaki yang tetap pada pendiriannya untuk melindungi Keisha yang dicintainya.“Walaupun aku harus mati di sini aku tak akan pernah mengatakan apapun,” jawab Dani, ia hanya semakin meremehkan Sandi. “Oke kalau itu maumu, maka aku akan segera memberitahu segalanya pada Ibumu,” ancam Sandi. Setelah sekian lamanya akhirnya ia menemukan informasi tentang lelaki yang berada di depannya saat ini, Dani memang lelaki yang mampu menyembunyikan identitasnya dengan sangat baik sehingga Sandi dan anak buahnya memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa mengetahui latar belakangnya.“Apa kita harus video call sekarang juga? Bukankah Ibumu menderita penyakit jantung? Bagaimana jika ia
“Assalamualaikum,” ucap seorang wanita sambil mengetuk pintu rumah Ayra.“Waalaikumussalam,” sahut Ayra sembari berjalan melangkahkan kaki untuk membukakan pintu. “Ibu,” ucap Ayra senang, ia mencium tangan Ajeng dan memeluknya. “Apa kabar sayang?” tanya Ajeng dengan lembut, hubungan mereka memang sudah sangat membaik. Ajeng dan Lastri tinggal di rumah Ayu atas permintaan putrinya itu. “Alhamdulillah baik Bu, Ibu sama siapa? sendirian?” tanya Ayra, ia menggandeng tangan Ajeng memasuki rumah. “Tadi diantar Sandi, tapi dia langsung berangkat katanya ada urusan penting,” jawab Ajeng sembari memberikan toples berisi masakannya. “Makasih Tan,” ucap Keisha, ia merebut bingkisan di tangan Ajeng dan berlalu menuju dapur. “Dasar tak sopan!” hardik Ajeng, namun Keisha memilih untuk mengabaikan dan mulai membuka toples-toples yang di bawakan oleh mertuanya itu. Hoek.. Hoek.. Keisha merasa mual setelah melihat opor ayam olahan Ajeng, ia bahkan melemparkan toples itu hingga semua makanan be
“Mas, aku mau buah anggur yang hijau,” rengek Keisha pada Azka yang baru saja pulang kerja, hal itu membuat Ayra merasa sangat jengah. “Nggak usah diladenin lah Mas, kamu mandi dulu terus makan dan istirahat ya,” ucap Ayra pada suaminya yang terlihat sangat lelah. “Aku maunya sekarang Mas, anak kita maunya sekarang!” ucap Keisha dengan nada yang meninggi. Sudah tiga bulan semenjak pernikahan itu berlangsung, awalnya Keisha dan Ayra tinggal terpisah hanya saja karena Ayra yang menghabiskan waktu lebih lama bersama Azka dibandingkan dengan Keisha akhirnya wanita licik itu membujuk Azka agar ia bisa tinggal serumah bersama mereka. Keisha beralasan bahwa dia takut jika terjadi sesuatu yang buruk dengan kandungannya jika ia sering sendirian di rumah. Setelah perdebatan yang sangat panjang akhirnya Ayra pun menurutinya. “Ra, buburku tolong bawain ke kamar ya. Perutku agak keram,” ucap Keisha dengan sedikit memerintah pada Ayra. “Kamu punya kaki kan? Lagian bukannya yang sakit perutmu?