Share

Razzara's Chronicle: Phantasm Realm
Razzara's Chronicle: Phantasm Realm
Author: Valarian

Ch. 1 The Starting Line

Suara pedang terdengar riuh saling berbenturan di tepi tebing barat daya hutan Ulsa. Lima orang yang bertarung saling menebaskan bilah pedangnya, berjuang melawan maut dengan gusarnya.

Salah satunya tampak seorang pria muda bernama Razzara, yang terlihat bekerja keras menahan hujaman-hujaman pedang dan membalas sesekali dengan tegas ke lawan-lawannya.

Tersirat jelas raut wajahnya dipenuhi oleh amarah, dengan sorot mata yang penuh dendam, ingin segera menghabisi lawannya. Pikirannya kosong, penglihatannya mengunci setiap pergerakan musuh-musuhnya.

“Kau tidak akan bisa lolos setelah membunuh saudaraku Raz!” Teriak salah seorang wanita pada Razzara.

“Hey ayo cepatlah mati! Bantu kami menghemat waktu, kita ini teman dekat bukan? Hahaha!” Olok salah satu pria kurus lainnya, menambahkan kalimat dari teman wanitanya.

Mereka seperti berlomba-lomba ingin mengambil kepala Razzara.

Namun Razzara tidak membalas satupun ocehan lawannya. Dia hanya menebaskan pedangnya dan sesekali mengeluarkan sihirnya. Pertahanannya cukup kuat, hingga bisa memberikan perlawanan kepada mereka seorang diri.

"<Diswordia>!!" Razzara merapalkan sihir dari pedang hitamnya.

Seketika muncul pedang dari ruang kosong berjumlah tujuh buah,  dan melesat ke arah musuhnya. Dari beberapa bilah pedang hanya dua sampai tiga pedang saja yang memberikan luka fatal.

“Ugh, kau ini memang tangguh! Ini sangat mengganggu, kau harusnya mati sejak dulu, <Reaper Schyte>!" Balas pria lainnya yang terluka oleh sihir <Diswordia>

"Aku memang tidak menyukaimu sejak pertama kali kau bergabung! Cepatlah mati!! <Inferno>!” Keluh pria kurus sebelumnya, sambil mengayunkan pedang sihirnya dengan menyedihkan.

Razzara dapat menghindari serangan mereka dengan lincah. Semua serangan tidak ada satupun yang berhasil didaratkan di tubuhnya. sesekali Razzara menghentikan lawannya dengan mengadukan pedang mereka.

Sudah sekian waktu berlalu, tidak terhitung berapa banyak Razzara menggerakkan bilah pedangnya, namun pertarungan tidak kunjung menemui akhir. Pertarungan yang cukup sengit antara Razzara dengan keempat musuhnya.

Pertarungan yang cukup imbang hingga akhirnya mereka tanpa sadar sudah bergerak ke tepi tebing. Masing-masing dari mereka tahu ini adalah pertarungan hidup atau mati, tidak ada jalan mundur lagi bagi mereka dari pertikaian ini. 

Mereka terhenti sejenak untuk mengatur nafas.

“Hah … hah …. hah … Serius dia sangat kuat. Aku tidak tahu dia sekuat ini.” Ucap salah satu musuh pada temannya dengan terengah-engah mengatur nafasnya.

“Aku tahu dia salah satu supernova, tapi ini memang diluar perkiraan”

“Hey! Serius, kau menyerah saja Raz! Biarkan kami membunuhmu sesuai perintah kapten!”

“Ya, biarkan kami membunuhmu, kemudian selanjutnya giliran kekasihmu!”

Razzara tidak sedikitpun terprovokasi, pikirannya sudah dipenuhi amarah dan balas dendam. Semua perkataan musuh tidak akan sampai pada emosinya.

Namun Razzara harus mengatur stamina dan mananya terlebih dahulu sebelum menyerang kembali. Dia tahu daya tahannya melemah seiring waktu. Apalagi dia terjebak di ujung tebing yang membuat pergerakannya semakin terbatas.

Saat momen buntu ini munculah seorang Beastman dari dalam hutan yang berjalan menyusul mereka dengan santainya. Tubuhnya besar dengan perawakan manusia singa. Dengan wajah tersenyum, tangan kirinya menyeret seorang gadis Elf berambut pirang.

Ejekan dan provokasi memang tidak membuat Razzara marah, tapi melihat Elf yang dicintainya diperlakukan tidak manusiawi itulah yang menyulut emosinya. 

Semakin murka lah Razzara melihat perlakuan beastman pada gadis Elf tersebut. Pikirannya semakin gila tersulut amarah hingga membutakan akalnya.

“Bajingan Kau!!!” Amuk Razzara dengan kerasnya.

Secara refleks dia berlari menuju Beastman itu. Dia menyerang secara frontal didepannya, pergerakannya sangat tidak karuan, tidak teratur, dan cenderung ceroboh. 

Menyerang secara membabi buta di hadapan Beastman. Kiri, kanan, kiri, kanan dia mengayunkan pedangnya dengan pola yang sama secara cepat dan kasar. Tentunya beastman tersebut dengan mudah membaca setiap serangannya. 

Bahkan dari segi kekuatan ras, Beastman sangat diunggulkan dalam pertarungan fisik juga jarak dekat. Hanya dengan satu tangan saja beastman tersebut dapat mengimbangi semua serangan dari Razzara.

“Kau Bodoh! Kau kehilangan ketenanganmu Raz!” Ejek Beastman.

Tapi segala ucapannya sudah tidak bisa dia dengar, dia hanya bisa mengayunkan pedangnya dengan penuh amarah.

Tidak ada keunggulan yang dapat dipertahankan oleh Razzara di duel ini. Stamina dan mananya sudah hampir habis melawan empat orang sebelumnya, kini dia harus menghabiskan sisa kekuatannya menyerang Beastman tersebut.

Beastman tersebut mendengus kecewa akan pertarungannya dengan Razzara.

“Cukup!” Beastman tersebut menepis Razzara hingga terdorong ke belakang. 

Kemudian dia mengeluarkan sihir penguatan tubuh untuk menambah kekuatan dan pertahanan fisiknya. Dia melaju menyusul Razzara sambil mengangkat tinggi-tinggi kapaknya.

“Mati kau Raz!” Teriak Beastman sambil mengayunkan kapaknya ke Razzara.

Dengan cepat Razzara menahan serangan kapak nya dengan pedangnya. Kekuatan yang luar biasa dikeluarkan oleh Beastman itu hingga pijakan kaki Razzara terjerumus kedalam.

“Hoo… Ternyata kau cukup kuat juga!” Puji Beastman diikuti seringai di wajahnya

Tidak ada satupun dari  mereka yang mengalah dalam adu kekuatan ini. Beastman tersebut terus menambah kekuatan untuk menekan pria tersebut. 

Hingga satu momen yang tidak disadari oleh Razzara, keempat orang yang dia lawan sebelumnya sudah melakukan pergerakan menghampiri Razzara dan berhasil menusukkan pedang-pedangnya ke tubuhnya di saat pertarungannya dengan beastman.

Razzara terkejut akan ketidak sadarannya akan hal kecil tersebut. Amarah sudah menutup semua indera dan pikirannya. Yang dia rasakan sekarang hanyalah dinginnya pedang menembus tubuhnya. 

Kesadarannya sedikit demi sedikit mulai kembali, diiringi setiap milimeter bilah pedang melewati tubuhnya. Kesalahan fatal yang membuat langkah balas dendamnya terhenti. Dia terjatuh ke tanah dengan menumpu kedua lututnya. 

Bilah besi masih menempel di punggung dan perutnya. mulutnya mulai mengeluarkan darah, pikirannya kosong saat itu, tubuhnya lemas bersimbah darah, tatapannya kosong penuh penyesalan menghadap ke depan, tak banyak lagi yang bisa dia perbuat saat ini.

Beastman itu menarik kapaknya, mengangkat tubuh gadis Elf di tangan kirinya ke hadapan Razzara, hingga kedua mata mereka saling bertemu.

“Tataplah matanya untuk terakhir kalinya! Sayang sekali kekasihmu harus menanggung nyawa karena dirimu yang lemah!” Olok Beastman pada Razzara.

Mereka semua tertawa mengejek Razzara yang sekarat. Melihat dengan tatapan puas akan hasil kerja mereka.

“Ya akhirnya kau mati juga! Harusnya kau menyerah saja dan menyerahkan nyawamu kepada kami dari tadi!” Teriak pria kurus dengan puas.

“Cukup! Sekarang saatnya acara utama! Aku selalu menginginkan pedangmu ini! sekarang ini akan menjadi milikku” Ucap Beastman.

Dia mengambil pedang di tangan Razzara untuk dia pergunakan. Lengannya mengambil ancang-ancang dengan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, berniat untuk  menghujamkannya pada Elf itu.

"Maaf… Aku Mencintaimu Raz ..." Lirih gadis Elf itu dengan wajah senyum penuh sesal.

Air matanya tak sempat terjatuh. Bilah tajam pedang hitam sudah mendarat lebih dahulu di tubuh gadis Elf dan melukainya hingga menemui ajalnya. Tubuhnya yang tidak bernyawa di lempar jauh-jauh oleh Beastman ke arah lain.

Razzara terpaksa harus menyaksikan hal yang mengerikan tersebut. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Hanya rasa marah, dendam dan sedih dirasakannya saat ini. Pikirannya terus mengutuk Beastman dan para anak buahnya.

Beastman tersebut mulai mengayunkan kembali pedangnya, mengambil ancang-ancang untuk menusukkannya tepat di perut Razzara.

Sleeeb!

Beastman menusuk dalam-dalam pedangnya menembus punggung dan  kemudian dia membisikan sesuatu padanya.

“Andai kau tidak berusaha mencari 'kebenaran' Raz, mungkin kau akan berumur panjang”

Dia menarik pedangnya dan melangkah mundur. 

“Ayo kita mundur! Wakil kapten sudah mendapatkan Orb-nya!” Perintah Beastman pada empat orang lainnya.

Mereka perlahan meninggalkan Razzara menghadapi kematiannya. Sebuah ironi pada pria sekarat yang berada di antara hidup dan mati, dia hanya bisa melihat kepergian para pembunuh kekasihnya.

Matanya yang mulai sayu diambang kematian, hatinya yang hancur bercampur sedih, marah, takut, dan dendam. Kekosongan di matanya menerawang jauh ke dalam pikirannya, seolah mewakili ratapan akan takdirnya. 

"Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa yang salah dari rencana ku?" Tanyanya dalam hati.

Hingga terlintas satu fragmen memori di ingatannya. Dia mengingat saat kilas balik kehidupannya di masa lalu, yang membawanya ke awal mula dimulainya perjalanan dia dan teman-temannya di dunia sihir ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status