Share

Ch. 7 Reunion

Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.

“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”

“Senang bisa bertemu  Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.

Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.

“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”

“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”

“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.

Mereka melihat seseorang yang keluar dari arah ruangan di belakang. Wajah yang tidak asing bagi Raz.

“Vera! Syukurlah kau selamat,” teriak Raz terkejut.

Vera dengan wajah bahagia berlari memeluk Raz. 

“Senang sekali bisa melihatmu Raz. Dimana yang lainnya?”

“Justru itu juga yang ingin aku tanyakan padamu. Kau sendirian disini? Aku terbangun sendiri entah dimana,”

“Tidak aku juga sendiri, untungnya aku diselamatkan oleh Lord rex saat itu,”

“Ya saat itu kami sedang mengeksplorasi sebuah pulau. Kami melihat Vera sedang terjebak di kerumunan Goblin,” jelas Rex

“Aku ingin berterima kasih karena telah menyelamatkan temanku. Dia salah satu temanku yang terteleportasi,” jawab Raz

“Sebenarnya ada berapa temanmu yang dipindahkan ke dunia ini?”

“Kami semua berlima, tapi sepertinya kami semua terpisah,”

“Hmmm begitu, akan kami bantu sebisa mungkin untuk menemukan sisanya. Ini sudah malam, kalian istirahatlah dahulu, besok kita akan melanjutkan ekspedisinya,”

“Terima kasih Lord Rex, jika ada yang bisa kami bantu tolong katakanlah,” ucap Raz sambil tersenyum

Lord Rex hanya tersenyum kecil. Kemudian Raz dan Vera meninggalkan tenda di ikuti oleh Elena.

“Kapten Elena tolong tunggu sebentar. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka sangat unik, dan masalah perpindahan antar dunia ini baru kita dengar. Sebaiknya kau jaga mereka berdua di pasukanmu, setelah kita keluar dari dungeon bawa mereka menemui Lord Aranmor,”

“Baik Lord Rex aku mengerti.”

Elena pun meninggalkan tenda. Raz dan Vera sedang menunggu Elena diluar.

“Kalian berdua sekarang akan berada di pasukanku, kau tidak akan menjadi tahanan lagi, sekarang kalian bagian dari kami, seorang prajurit pelatihan. Jaga diri kalian. Ikuti Jujube dan beristirahatlah, besok kita akan sibuk,”

“Baik Kapten!” Ucap Raz dan Vera

Raz dan Vera berpisah dengan Elena. Mereka mulai mencari Jujube. Dalam perjalanan mereka sedikit mengobrol

“Vera bagaimana keadaanmu?”

“Aku baik-baik saja, Sesaat aku berpindah ke sini Aku hampir diserang oleh kelompok monster hijau yang mereka sebut Goblin. Tanganku sedikit terluka karena cakaran goblin, tapi luka tersebut sudah ditangani oleh prajurit Lord Rex. Bagaimana kau bisa bertemu dengan Kapten Elena? Dia cantik sekali ya,”

“Ya, gila bukan? Dia benar-benar cantik, sepertinya umur kita dan dia juga tidak terlalu jauh. Dia sangat kuat dalam pertarungan, apalagi dia bisa memakai sihir, Eh apa kau tahu di dunia ini ada sihir?”

“Iya, aku tahu, di tim Lord Rex banyak pemakai sihir, mereka tangguh dan kuat,”

“Jadi secara garis besar kau sudah tahu kita dimana kita sekarang kan?”

“Ya, sulit dipercaya bukan? Aku merasa ini mimpi,”

Jujube yang melihat Raz dan Vera dari kejauhan memanggil mereka

“Raz! Disini kawan!”

Raz dan Vera menghampiri Jujube.

“Jujube perkenalkan ini teman satu duniaku, dia Vera,”

“Salam kenal, Aku Vera,“

“Wow jadi ternyata benar, bukan hanya ada satu, tapi ada dua,”

“Sebenarnya aku pernah mengatakan lima,”

“Hahaha iya benar, jadi dimana yang lainnya?”

“Mereka masih belum ditemukan, semoga mereka baik-baik saja,”

“Baiklah kawan, akan ku beritahu jika ada informasi mengenai teman-temanmu, Sekarang kalian istirahatlah, prajurit lain sudah ada disana, tenda kalian yang sebelah sana,”

Jujube menunjukan letak perkemahan tim Elena.

“Jujube, aku mau minta bantuanmu, apa bisa kau mengajarkan kami cara bertarung? Dasarnya juga tidak apa-apa, yang penting kami bisa bertahan disini,” pinta Raz ke Jujube.

“Tentu, Besok Pagi bagaimana?”

“Ya itu lebih baik, kalau begitu kami pergi dulu, terima kasih Jujube.”

Raz dan Vera pergi meninggalkan Jujube, mereka masuk ke tenda dan beristirahat.

Keesokan paginya Vera yang terbangun melihat tempat tidur Raz sudah kosong. Vera pergi keluar tenda, ternyata Raz sudah mulai berlatih pedang sendiri.

“Hey Raz, Bangun jam berapa kau?”

“Oh hey Vera! Entahlah, mungkin sebelum fajar, aku tidak bisa tidur, jadi aku berlatih menggunakan pedang dari tadi,”

“Hey kalian sudah bangun lebih awal kawan!” teriak Jujube yang baru keluar dari tendanya.

“Sepertinya kalian sudah siap, ayo kita mulai berlatih,”

Jujube mengambil sebuah kotak yang berisi bermacam jenis senjata dan menghampiri mereka.

“Sebelum kalian belajar cara bertarung, kalian cobalah tiap senjata ini, beritahu aku mana yang lebih cocok untuk kalian,”

Raz dan Vera mulai mencoba mengayunkan senjata demi senjata. Setelah beberapa lama akhirnya Raz menemukan senjata yang paling cocok bagi dia.

Raz memakai sebuah pedang bermata dua dengan bilah tipis, sedangkan Vera masih merasa kurang cocok dengan semua senjata yang ada disana.

“Yap sepertinya pedang memang yang paling cocok untuk ku, bagaimana denganmu Vera?”

“Entahlah, aku sudah mencoba semuanya, senjata-senjata ini sangat berat bagiku,”

“Kalau seperti itu masalahnya kemungkinan kau bukan tipe petarung jarak dekat,” potong Jujube pada Vera.

Jujube pergi ke belakang tenda lalu kembali lagi dengan membawa sebuah busur dan anak panah.

“Cobalah ini,” seraya menyerahkan busur pada Vera

Vera mengambil busur itu, dia mencoba menembakan anak panah pada sebuah pohon.

Pssst .... Sleeeb

Suara anak panah mendarat di batang pohon.

“Seperti dugaanku, kau berbakat sebagai petarung jarak jauh. Baiklah simpan busur itu untukmu, kita akan mulai berlatih.”

Raz dan Vera mulai berlatih bersama Jujube. Sampai waktu siang hari, Elena dan Gaeus menghampiri perkemahan prajurit.

“Perhatian semuanya, berkumpul untuk pengaturan ekspedisi!” Teriak Gaeus

Para pasukan berbaris untuk mendapatkan informasi dari Elena. Raz dan Vera menghentikan latihan mereka dan memasuki barisan.

“Baiklah, setelah kami melakukan rapat, tim kita akan melakukan ekspedisi terpisah dari tim Lord Rex. Tim Lord Rex akan melanjutkan penyerbuan ke sarang Monster burung Roc di belakang gunung. Dan kita akan bergerak ke arah sebaliknya. Kita mendapatkan informasi ada sekumpulan Goblin dan Goblin Shaman di area sana—” teriak Elena, kemudian dia menoleh ke arah Ras.

“—Raz dan Vera, persiapkan diri kalian. Kita mendapatkan Informasi bahwa disana ada seseorang yang ditahan berpakaian sama seperti kalian,”

Wajah Raz dan Vera menunjukan ekspresi senang sekaligus khawatir.

“Baiklah, Bubar. Persiapkan semuanya dengan baik.”

Mereka langsung bersiap melakukan penyerbuan ke sarang goblin. Tak lama mereka pun berangkat. 

Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka tiba di area Pedesaan goblin.

Nampak diujung sisi pulau ada sebuah desa dengan tenda-tenda jerami, dikelilingi oleh pagar tinggi terbuat dari batang pohon dan dijaga 6 Troll di gerbang depan.

Troll mirip dengan goblin, namun ukuran mereka lebih besar dan lebih bodoh dibanding dengan goblin. Tapi yang jadi masalah adalah kekuatan troll yang bisa meremukkan dengan mudah tulang orang dewasa.

Di tengah pemukiman goblin, terlihat ada sebuah altar dan kursi singgasana. Disana duduk seekor Goblin Shaman dengan dijaga dua troll. Goblin Shaman ini sangat berbahaya, selain dia memiliki otak yang pintar, dia juga menguasai ilmu sihir.

Mereka mengendap-ngendap di antara pepohonan hutan dan semak-semak di atas bukit, mengawasi keadaan sekitar.

“Ssst, ini kurang baik. Musuh kita benar-benar siaga. Troll itu termasuk monster tingkatan medium setara  field bos. Akan sulit jika berhadapan langsung dengan mereka, apalagi dibantu goblin shaman yang menyerang dari belakang mereka,” kata Elena dengan suara pelan.

Razzara melihat kondisi sekitar dan memperhatikan lokasi pemukiman goblin dengan seksama. Dia melihat suatu kotak kerangkeng di belakang altar. Kemungkinan itu tempat dimana tahanan disimpan.

“Kapten, mungkin jika kita menyerang secara frontal kita akan sangat dirugikan. Bisa Kapten jelaskan keahlian dari individu pasukan kita?” tanya Razzarra.

“Kekuatan kita kebanyakan adalah petarung jarak dekat. Yang bisa menggunakan sihir hanya aku dan kakek Gaeus, itu pun kakek Gaeus hanya bisa menggunakan sihir penguatan tubuh. Aku punya sihir cahaya, bisa saja aku membakar mereka, tapi ‘mana’ ku pasti tidak akan cukup melawan mereka semua,”

“Mana? Apa itu kapasitas penggunaan sihir?” tanya Raz

“Iya seperti itu,”

“Bagaimana dengan kemampuan berpanah?”

“Perkiraan hanya lima orang yang handal menggunakan panah”

Raz kembali melihat lokasi penyerangan.

“Baiklah, aku punya ide. Sementara kita akan mundur dulu sambil aku katakan rencananya,” ucap Raz

Mereka kembali kedalam hutan untuk menyusun rencana.

“Di sepanjang jalan tadi aku melihat batuan besar dari longsoran gunung. Kita akan mengumpulkan batu besar itu dan pohon kayu untuk digunakan menyerang pemukiman,”

“Bagaimana caranya?” tanya Gaeus

“Kita bagi tiga pasukan. Pasukan kita sekarang ada sembilan belas orang, ditambah Aku dan Vera jadi dua puluh satu. Lima orang akan memancing troll agar meninggalkan gerbang. Lima orang pemanah ditambah Vera akan memutus jalur lokasi troll tersebut dan Shaman dengan membakar pemukiman dengan panah api,”

“Dengan ini kita memisahkan Shaman dan Troll bukan? Bagaimana dengan para goblin kecil?” tanya Vera

“Betul, Setidaknya kita diuntungkan, karena pasukan kita tidak mempunyai penyihir jarak jauh untuk melawan shaman dan troll sekaligus. Untuk goblin mereka bukan ancaman serius,” jawab Gaeus

“Baiklah selanjutnya lima orang terpisah akan ditempatkan disisi lain, lokasi kita yang diatas bukit sangat diuntungkan saat ini, jadi kita buat alat pengungkit untuk melempar batunya, usahakan cari batuan yang bulat, jadi batu tersebut bisa terlempar dan menggelinding ke arah pagar kayu pemukiman. Aku butuh bantuan kakek Gaeus untuk menjungkit batunya menggunakan sihir penguatan,” lanjut Raz

“Tidak masalah, serahkan padaku,”

“Setelah pagar hancur, aku dan empat orang ini akan masuk untuk melawan Shaman Goblin, Jadi di tim ini harus ada Kapten untuk melawannya dan aku yang akan mencari temanku,”

“Lalu bagaimana dengan sisa prajurit lainnya?” tanya Gaeus

“Lima lainnya akan menyergap troll yang terpancing sebelumnya, dibantu dengan tim pemanah, kuharap kalian bisa mengatasinya dan menyusul kami. Jika tidak bisa, buat saja mereka sibuk,”

“Baiklah tim penyerang ada Aku, Raz, Kakek Gaeus, Jujube, dan Asmo. Tim pemancing akan dipimpin oleh Oboro, Kau ahli menggunakan skill

. tim penyergap dan pemanah akan aku serahkan pada Monku,” tambah Elena

“Jika keadaan tidak sesuai harapan atau setelah kita mendapatkan tahanan, Kapten mungkin bisa membakar pemukiman untuk membuat jalan kabur bagi kita. Saat ada tanda itu kuharap kalian juga mengerti dan langsung kabur sejauh mungkin,” ucap Raz.

“Baiklah ayo kita jalankan rencana ini”. Ucap Elena dengan yakin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status