Share

Bab 5. Si Baik Hati

Penulis: WN. Nirwan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 18:43:31

Saat Risma membuka mata, wajah pertama yang dilihatnya adalah wajah Ratu. Mata gadis kecil itu sembab karena menangisi ibunya yang mendadak tak sadarkan diri.

“Bunda!” panggil Ratu sambil memeluk ibunya. Anak itu masih menangis. Dia pasti sangat ketakutan saat Risma masih pingsan.

Wajah berikutnya yang Risma lihat adalah tetangga kosnya. Apakah dia tidak lanjut bekerja dan menunggui Risma hingga sadar?

“Bu Risma istirahat dulu. Kalau sudah enakan, kita pulang saja.”

Risma hanya mengangguk sambil balas memeluk Ratu. Sesungguhnya, dia sendiri masih terguncang. Perasaannya seperti orang yang baru bangun tidur, bingung karena tidak tahu apa yang terjadi saat ia masih kehilangan kesadaran.

Kemudian, saat ingatan dan penglihatannya menjadi lebih jernih, Risma mulai menyadari keadaan di sekitarnya. Ia mengedarkan pandangan, melihat bahwa saat ini ia tengah berada di sebuah kamar, namun bukan kamarnya sendiri.

Setumpuk pakaian yang tergantung di balik pintu, jendela yang tidak dibuka sehingga udara terasa pengap, kasur tipis dengan sprei yang entah kapan kali terakhir diganti, kipas angin dengan baling-baling berdebu yang berputar perlahan dan bau tembakau yang cukup tajam. Itulah yang Risma lihat dan rasakan. Di manakah gerangan dirinya?

“Kita di kamar Om Raka, Bunda. Om Raka yang membawa Bunda untuk istirahat di sini,” jelas Ratu yang tampaknya mengetahui kebingungan Risma.

Risma merasa sangat malu usai mendengar penjelasan anaknya. Bisa-bisanya dia menilai keadaan seseorang yang telah menolongnya. Apakah ini teguran dari Allah agar ia tidak menilai orang lain dari penampilannya? Apakah bertahun-tahun hidup serba berkecukupan, telah membuat Risma menjadi sombong hingga Allah menegurnya sekeras ini?

“Ah, sudah bangun ibunya. Silakan, minum dulu.”

Suara seorang pria membuat tiga orang wanita di kamar, menoleh. Risma melihat seorang pria yang tampaknya seusia dengannya, tengah membawa teh hangat dan gorengan.

“Nanti kalau mau pulang, makan dulu. Saya sudah siapkan di meja di pojokan,” lanjut pria tersebut.

“Maaf sudah merepotkan, Pak Raka,” sahut tetangga kos Risma.

“Tidak apa-apa, Bu. Saya lega, ibunya ternyata tidak apa-apa.”

Risma menatap pria tersebut sambil tersenyum canggung. Oh, ini yang namanya Raka, pria yang menolongnya saat pingsan.

“Te-terima kasih…” ucap Risma pelan, nyaris seperti berbisik.

Pria bernama Raka tersebut mengangguk dan membalas, “saya tinggal dulu ke warung, ya. Permisi.”

Setelah Raka meninggalkan mereka, Risma bertanya pada anaknya.

“Jadi, sekarang kita di warungnya Pak Raka?”

“Iya, Bunda. Kalau Bunda lapar, ayo kita makan. Ratu juga sudah lapar,’ jawab Ratu sambil mengajak makan begitu saja. Dasar anak-anak.

“Tidak usah, kayaknya. Kita pulang saja, ya. Nanti makan di rumah. Jangan merepotkan Pak Raka lagi,” tolak Risma.

Rupanya, tetangga kos Risma juga menyetujui keinginan Risma. Sehingga hanya Ratu yang kecewa, tidak bisa makan di warung saat itu juga.

Saat beranjak meninggalkan kamar menuju ke warung di bagian depan, ketiga wanita itu melihat sebuah meja di salah satu sudut ruangan. Di atasnya terhidang makanan yang dijual di warung milik Raka. Ternyata benar, Raka sudah menyediakan makanan bagi mereka bertiga.

Raka yang baru saja melayani seorang pembeli, menghampiri mereka bertiga dengan ramah.

“Makan dulu, Bu, sebelum pulang,” kata Raka sambil menarik kursi-kursi untuk ketiga tamunya itu.

Risma saling memandang dengan tetangga kosnya. Mereka segan untuk merepotkan lebih jauh. Namun, akan sangat tidak sopan jika menolak undangan dari orang yang sudah sangat baik pada mereka.

Pada akhirnya, Ratu yang bersorak karena bisa makan dengan lauk lengkap lagi. Selama dua minggu ini, ia hanya makan sayur atau telur dadar. Itu pun satu telur harus cukup dibagi dengan ibunya untuk makan pagi, siang dan malam.

“Alhamdulillaah!” seru Ratu sambil mengambil tempat di depan meja. Matanya berbinar melihat lauk ayam dan ikan yang menjadi makanan mewah setelah ia meninggalkan rumah ayahnya.

Risma menegur putrinya agar menjaga sikap, namun Raka hanya tersenyum.

“Tidak apa-apa, Bu,” kata Raka. “Saya senang, bisa menjamu walaupun sederhana.”

Sambil menahan malu, Risma memakan suguhan dari Raka. Sesekali ia menengok Raka yang kembali melayani konsumen yang mendatangi warungnya. Dalam hati berdoa, semoga orang baik hati itu dilimpahi rezeki dan kesehatan oleh Allah.

***

“Abang? Abang, ditunggu Bapak dan Ibu. Sudah siap, katanya,” kata Rika sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Ronny sudah berada di dalam kamar mandi sejak tadi, namun belum keluar juga. Alasannya sakit perut hingga bolak-balik buang air besar. Padahal, sebelumnya ia terlihat baik-baik saja.

“Sebenarnya Abang makan apa, sih? Kok mendadak sakit perut begini? Siapa yang menyetir mobil kalau Abang sakit begini? Apa minta tolong supir kita, Pak Rusdi saja?” tanya Rika.

Pintu kamar mandi akhirnya terbuka dari dalam. Ronny menyembulkan kepalanya. Ia menempelkan telunjuk di depan bibir, isyarat meminta agar Rika diam.

“Bapak dan Ibu mau mencari Risma dan Ratu. Jadi Abang pura-pura sakit saja, supaya tidak disuruh mengantar,” jelas Ronny kesal.

“Astaga. Maaf, aku tidak tahu,” balas Rika. “Ya sudah, aku harus bagaimana biar Bapak dan Ibu tidak jadi berangkat?”

Ronny berpikir sejenak, lalu berkata, “kau alihkan saja perhatian Bapak dan Ibu. Biar aku yang beraksi. Aku akan keluar melalui pintu belakang.”

Meskipun kurang paham, Rika mengangguk saja. Ia bergegas keluar kamar untuk menemui kedua mertuanya yang sedang menunggu di ruang depan.

“Maaf, Pak, Bu. Abang masih buang air besar. Sudah empat kali. Tidak tahu dia makan apa, sampai sakit perut seperti itu,” ujar Rika sambil mendudukkan diri di depan kedua mertuanya.

“Astaga. Apa kita tunda saja dulu, Pak? Kasihan anak kita,” sergah Rukmini pada suaminya.

“Sekarang, keadaan Ronny bagaimana? Sudah diberi obat?” tanya Rahmat pada Rika.

“Sudah. Tinggal menunggu obatnya bekerja, Pak.”

Rahmat menoleh pada Rukmini, “kalau Ronny sudah baikan, kita bisa berangkat. Biar Rika yang menemani di sini. Nanti kita minta tolong Pak Rusdi saja untuk menyetir ke sana.”

Rika tersentak. Gawat. Bisa ketahuan nanti, bahwa Risma diusir, bukan pergi dengan keinginan sendiri. Meskipun Ronny sudah mengancam para pekerja di rumahnya agar tutup mulut perihal pengusiran Risma, bisa saja diam-diam Rusdi memberitahukan kejadian sebenarnya saat menyetir ke rumah peninggalan orang tua Risma.

“Rika, tolong panggilkan Pak Rusdi. Bilang, kami mau berangkat ke rumah lama Bu Risma,” suruh Rukmini.

Dengan ragu, Rika berjalan ke belakang rumah, mencari supir yang sudah bekerja untuk keluarga selama sepuluh tahun tersebut. Sedangkan Rahmat dan Rukmini sendiri sudah menuju garasi untuk menunggu di sana.

Namun, belum sempat Rika menemui Rusdi, Rika dikejutkan oleh teriakan kemarahan Rahmat yang berasal dari garasi.

“SUBHANALLAH!! APA YANG TERJADI DENGAN MOBIL-MOBIL INI?!!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 35

    "Kenapa sih, Mas Raka? Takut pandangan miring orang-orang?" goda Risma."Iya. Kok kesannya aku ini menikahimu karena harta. Aku tidak enak hati. Termasuk pada 'mereka'," sungut Raka."'Mereka'? Duh, suamiku ini baik banget orangnya. Perasaan orang jahat juga dipikirkan segala. Jadi makin cinta, deh," kata Risma lalu mencium pipi Raka.Wajah Raka bersemu. Ia berdiri usai menyelesaikan sarapannya."Aku pamit, mau ke warung," kata Raka sambil menyambar kunci motornya."Aku temani saja. Bantu-bantu. Bosan di rumah," sahut Risma, ikut berdiri.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 34

    Sudah dua hari berlalu setelah Risma dan Ratu berhasil ditemukan. Kepulangan mereka ke rumah Rahmat dan Rukmini, membawa kebahagiaan bagi pasangan suami istri yang sudah tua tersebut, sekaligus menguak berbagai hal yang mengejutkan.Pada awalnya Rahmat dan Rukmini berusaha membujuk agar Risma tidak bercerai dengan Ronny. Sebaliknya, mereka menginginkan agar Rika-lah yang keluar dari rumah itu."Tapi Pak, Bu, saya tidak bisa lagi menerima Bang Ronny sebagai suami saya. Cinta dan harapan padanya sudah tidak ada lagi," jelas Risma saat mereka berkumpul di ruang tengah.Ronny dan Rika sendiri masih ditahan di kantor polisi atas laporan percobaan penculikan atas Ratu. Rahmat dan Rukmini sengaja membiarkan mereka di sana agar da

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 33

    Rusdi menatap istrinya. Ratih mengangguk sebagai balasannya. Rusdi kembali menatap majikannya.Maka, meluncurlah pengakuan Rusdi mengenai apa yang terjadi. Rahmat duduk mendengarkan sambil sesekali menghela napas.Usai mendengar penjelasan Rusdi, Rahmat memberi perintah."Beri tahu Ibu tentang ini. Bilang juga, kalau mau ikut, kita berangkat mencari Ratu dan Mbak Risma sekarang," perintahnya pada Ratih."Baik, Pak Rahmat," balas Ratih. Ia lalu mencari Rukmini yang sedang memasak di dapur.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 32

    Ratu tidak tahu, sudah berapa lama ia menunggu di dalam kamar kos-kosan. Bunda menyuruhnya menunggu hingga Bunda bisa menjemputnya. Tapi, ini sudah terlalu lama.Ratu mondar-mandir di dalam kamar, menunggu dengan gelisah. Ia tidak tahu, berapa lama sudah berlalu sejak ia berhasil lari dari kejaran Tante Rika dan meminta tolong pada para penghuni kos lainnya. Ratu tak punya jam, arloji atau ponsel agar dapat mengetahui waktu.Sudah terlalu lama. Juga terlalu sepi. Ke mana orang-orang? Apakah mereka berhasil menolong Bunda?Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu. Ratu terkesiap, tidak berani bersuara. Apakah itu Bunda? Atau justru Ayah dan Tante Rika?

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 31

    Plak! Plak!Risma terhuyung karena tamparan itu. Ronny merangkul pinggangnya, lalu menarik istri tuanya itu untuk dibawa ke mobil."Kejar Ratu. Abang tunggu di mobil," perintahnya pada Rika yang penampilannya kini acak-acakan."I-iya, Bang," balas Rika sambil meringis menahan sakit, lalu mengejar Ratu yang sudah menghilang di balik sebuah belokan jalan.Sambil berlari, Ronny menggendong Risma yang masih pusing. Saat istri pertamanya itu mulai pulih, ia kembali melawan hingga ia dan Ronny jatuh bersama-sama menimpa jalanan.Risma segera bangkit dan berlari menuju ke ko

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 30

    Ronny dan Rika terus membuntuti dua orang yang mereka yakini sebagai Risma dan Ratu tersebut. Saat kedua orang itu berbelok menuju ke jalanan yang lebih kecil, tidak ramai dan agak gelap, Ronny memarkir mobilnya."Kita jalan kaki saja. Sorot lampu mobil akan bikin kita ketahuan," kata Ronny.Pasangan suami istri itu pun turun untuk melanjutkan perburuannya. Sayup-sayup, mereka bisa mendengar suara-suara yang sudah sebulan ini tidak mereka dengar."Bunda jangan marah ke Om Raka lagi. Kasihan Om Raka.""Bunda tidak marah, Nak.""Terus, siapa dong yang marah?"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status