Share

Bab 7

Penulis: WN. Nirwan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-29 13:00:06

Setelah pingsan saat memulung, Risma terpaksa beristirahat selama satu hari untuk memulihkan diri. Hanya Ratu yang menemani karena tetangga kos Risma tetap berjalan untuk memulung.

Keesokan harinya, saat Risma sudah sehat, ia kembali memulung bersama tetangganya yang baik hati. Ratu bersikeras menemaninya, khawatir jika Risma mendadak sakit lagi.

Rute yang mereka lalui untuk memulung, berbeda setiap harinya. Namun yang pasti, mereka akan melalui daerah-daerah yang ramai karena biasanya lebih mudah memperoleh sampah yang masih bisa dijual.

“Bunda, kita akan lewat di depan warung Om Raka lagi, ya?” kata Ratu saat melihat bahwa gerobak yang mereka bawa tengah berada di jalan dekat warung makan milik Raka berada.

“Iya, memangnya kenapa?” jawab Risma.

“Siapa tahu, Om Raka mau mentraktir makan ayam lagi. Makanannya enak-enak, Bunda,” harap Ratu dengan mata berbinar.

“Hus, tidak boleh minta diberi makan lagi. Kita masih bisa cari makan sendiri,” tegur Risma, mendidik anaknya agar tidak mengharapkan kebaikan orang lain.

Ratu hanya menunduk sedih. Risma jadi kasihan, tapi ia tidak berdaya. Sebagai pemulung, bisa makan tiga kali sehari saja sudah merupakan anugerah yang tak terhingga. Tidak mungkin Risma memberikan Ratu lebih dari itu. Bahkan, untuk biaya Ratu melanjutkan sekolah nanti, Risma belum tahu bagaimana cara mendapatkannya.

“Ratu!”

Ketiga pemulung berbeda usia itu terkejut saat mendengar seseorang memanggil nama Ratu. Mereka mencari-cari, hingga menemukan sosok yang memanggil.

“Ratu! Bu Risma!”

Mereka melihat sosok Raka yang ternyata tengah menghampiri mereka . Di tangan pria itu tergantung dua kantung plastik. Tanpa perlu mengintip isinya, Risma sudah tahu bahwa pemilik warung tersebut tengah membawa makanan. Hanya, untuk siapakah makanan tersebut?

“Eh, Pak Raka. Kami kebetulan lewat,” kata Risma. Sebenarnya ia merasa agak gelisah, bahkan gugup. Raka tidak akan meninggalkan warungnya begitu saja hanya untuk menyapa mereka bertiga.

“Iya. Kemarin saya tungguin, malah nggak lewat,” balas Raka ramah.

Risma tersentak. Raka menunggu mereka bertiga?

“Kemarin saya istirahat dulu, Pak,” jelas Risma pelan.

“Saya lewat jalan lain, Pak,” timpal tetangga kos Risma.

Raka mengangguk. Namun tatapannya tidak tertuju pada tiga orang wanita di depannya. Bola matanya bergerak ke berbagai arah. Dalam pandangan Risma, Raka mungkin sama gugupnya dengan dirinya.

“Ini, ada nasi dan es teh buat bekal,” kata Raka pada akhirnya. Ia menyodorkan kantung-kantung yang dibawanya.

Ratu hendak mengambil kantung-kantung tersebut, namun Risma mencegahnya.

“Kami tidak enak terus-terusan merepotkan Pak Raka,” tolak Risma halus.

“Tidak merepotkan, kok. Malah saya senang kalau pemberian saya bermanfaat. Tolong diterima, Ibu-ibu,” pinta Raka. Nadanya agak memelas, seperti menutup kecewa jika sampai ditolak.

Risma akhirnya membiarkan Ratu mengambil kantung-kantung itu dan mengucapkan beribu terima kasih atas kebaikan Raka.

Setelah itu, rombongan pemulung tersebut kembali melanjutkan perjalanan. Meninggalkan Raka yang hanya memandang sambil mengusap-usap tengkuknya. Risma tahu, Raka hendak mengucapkan beberapa kata lagi. Namun Risma tak membiarkannya.

“Bu,” panggil Risma pada tetangga kosnya, hendak mengatakan sesuatu. Namun ia merasa ragu karena tak ingin dianggap lancang mengatur pilihan orang lain.

“Iya, saya tahu, Bu Risma. Kita tidak usah lewat di jalan ini lagi. Saya juga tidak nyaman menerima kebaikan laki-laki yang baru kita kenal,” balas tetangga kos Risma itu, seperti bisa membaca pikiran Risma.

Risma tersenyum dan berucap, “terima kasih, Bu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 35

    "Kenapa sih, Mas Raka? Takut pandangan miring orang-orang?" goda Risma."Iya. Kok kesannya aku ini menikahimu karena harta. Aku tidak enak hati. Termasuk pada 'mereka'," sungut Raka."'Mereka'? Duh, suamiku ini baik banget orangnya. Perasaan orang jahat juga dipikirkan segala. Jadi makin cinta, deh," kata Risma lalu mencium pipi Raka.Wajah Raka bersemu. Ia berdiri usai menyelesaikan sarapannya."Aku pamit, mau ke warung," kata Raka sambil menyambar kunci motornya."Aku temani saja. Bantu-bantu. Bosan di rumah," sahut Risma, ikut berdiri.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 34

    Sudah dua hari berlalu setelah Risma dan Ratu berhasil ditemukan. Kepulangan mereka ke rumah Rahmat dan Rukmini, membawa kebahagiaan bagi pasangan suami istri yang sudah tua tersebut, sekaligus menguak berbagai hal yang mengejutkan.Pada awalnya Rahmat dan Rukmini berusaha membujuk agar Risma tidak bercerai dengan Ronny. Sebaliknya, mereka menginginkan agar Rika-lah yang keluar dari rumah itu."Tapi Pak, Bu, saya tidak bisa lagi menerima Bang Ronny sebagai suami saya. Cinta dan harapan padanya sudah tidak ada lagi," jelas Risma saat mereka berkumpul di ruang tengah.Ronny dan Rika sendiri masih ditahan di kantor polisi atas laporan percobaan penculikan atas Ratu. Rahmat dan Rukmini sengaja membiarkan mereka di sana agar da

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 33

    Rusdi menatap istrinya. Ratih mengangguk sebagai balasannya. Rusdi kembali menatap majikannya.Maka, meluncurlah pengakuan Rusdi mengenai apa yang terjadi. Rahmat duduk mendengarkan sambil sesekali menghela napas.Usai mendengar penjelasan Rusdi, Rahmat memberi perintah."Beri tahu Ibu tentang ini. Bilang juga, kalau mau ikut, kita berangkat mencari Ratu dan Mbak Risma sekarang," perintahnya pada Ratih."Baik, Pak Rahmat," balas Ratih. Ia lalu mencari Rukmini yang sedang memasak di dapur.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 32

    Ratu tidak tahu, sudah berapa lama ia menunggu di dalam kamar kos-kosan. Bunda menyuruhnya menunggu hingga Bunda bisa menjemputnya. Tapi, ini sudah terlalu lama.Ratu mondar-mandir di dalam kamar, menunggu dengan gelisah. Ia tidak tahu, berapa lama sudah berlalu sejak ia berhasil lari dari kejaran Tante Rika dan meminta tolong pada para penghuni kos lainnya. Ratu tak punya jam, arloji atau ponsel agar dapat mengetahui waktu.Sudah terlalu lama. Juga terlalu sepi. Ke mana orang-orang? Apakah mereka berhasil menolong Bunda?Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu. Ratu terkesiap, tidak berani bersuara. Apakah itu Bunda? Atau justru Ayah dan Tante Rika?

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 31

    Plak! Plak!Risma terhuyung karena tamparan itu. Ronny merangkul pinggangnya, lalu menarik istri tuanya itu untuk dibawa ke mobil."Kejar Ratu. Abang tunggu di mobil," perintahnya pada Rika yang penampilannya kini acak-acakan."I-iya, Bang," balas Rika sambil meringis menahan sakit, lalu mengejar Ratu yang sudah menghilang di balik sebuah belokan jalan.Sambil berlari, Ronny menggendong Risma yang masih pusing. Saat istri pertamanya itu mulai pulih, ia kembali melawan hingga ia dan Ronny jatuh bersama-sama menimpa jalanan.Risma segera bangkit dan berlari menuju ke ko

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 30

    Ronny dan Rika terus membuntuti dua orang yang mereka yakini sebagai Risma dan Ratu tersebut. Saat kedua orang itu berbelok menuju ke jalanan yang lebih kecil, tidak ramai dan agak gelap, Ronny memarkir mobilnya."Kita jalan kaki saja. Sorot lampu mobil akan bikin kita ketahuan," kata Ronny.Pasangan suami istri itu pun turun untuk melanjutkan perburuannya. Sayup-sayup, mereka bisa mendengar suara-suara yang sudah sebulan ini tidak mereka dengar."Bunda jangan marah ke Om Raka lagi. Kasihan Om Raka.""Bunda tidak marah, Nak.""Terus, siapa dong yang marah?"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status