Konser keliling dunia diakhiri dengan penampilan Pamela di Asia. Akhirnya Pamela, Orland beserta Crist bisa menghela nafas lega dan kembali ke San fransisco. Sementara rombongan kru, penari dan band kembali ke perusahaan Manex Entertaiment. Berkat penanganan tim yang profesional, mereka tidak memiliki kendala yang bearti untuk berkemas dan pergi. Pamela mengangguk puas dan memeluk para timnya yang solid.
"Terima kasih guys, aku mencintai kalian, " ucap Pamela.
Mereka berfoto dan menuju pesawat yang disediakan perusahaan. Setelah melepas mereka terbang landas, Orland melingkarkan tangannya pada pinggang Pamela.
"Pesawat kita menunggumu, Pammy, " ucap Orland.
"Pengalaman bercinta di pesawat menunggumu, " bisiknya untuk meralat ucapannya yang pertama.
Pamela terkikik dan hanya mengikuti langkah Orland. Crist hanya bersiul melihat interaksi keduanya. Itu membuat Pamela melototinya.
Pamela, gadis yang berusia lima belas tahun lebih muda dari usiaku--- datang seperti petir dalam hidupku yang tenang. Membangkitkan gairah primitif yang lama terpendam. Dia menyambar tanpa ia sadari tepat ketika mataku menemukannya di lift. Saat itulah, aku tau jika terjatuh pada perangkap kecil yang ia tebar tadi."Akh... " Mata kami bertatapan. Hijau teduh menyejukkan hatiku dengan cara yang tidak bisa dijelaskan. Bibirnya tipis dan seksi. Tubuhnya terasa berlekuk di tanganku juga hangat. Hanya dengan balutan seragam sekolah, dia terlihat menggiurkan."Maaf, Tuan. " Saat aku menangkapnya terjatuh, detik itu pula dia menangkap minatku.Dia terlihat menyadari sesuatu. Seolah menggodaku adalah kesalahan dan menarik diri. Aku merasa marah saat dia menarik diri setelah berhasil memporak- porandakan emosiku yang sudah lama terkubur. Mencoba mencuci tangan tanpa mau bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.
Pamela sudah dalam kendaliku. Kucing nakal ini ternyata gadis yang pandai menyembunyikan masalah dari teman- temannya. Padahal dia sedang terancam tidur di jalanan. Jika gadis lain yang berada di posisinya, aku yakin dia akan kebingungan setengah mati. Lalu menerima semua negosiasi yang aku tawarkan.Nyatanya, butuh ancaman untuk menaklukannya. Jika dia adalah pembisnis, pasti aku akan menghadapi kesulitan karena harus menjadi saingannya. Dia gigih dan mengatakan penawaran - penawaran konyol dengan penuh keyakinan."Jadi pilihlah Pammy. Berakhir denganku atau pria lain yang nantinya akan dipilih ibumu." Lalu aku mengancam dengan transaksi yang sudah di sepakati Monica."Kau harus mengembalikan uang yang diambil Monica padaku. Jika tidak maka aku akan menelpon polisi untuk memenjarakan ibumu."Matanya yang teduh meredup. Aku tidak perduli selama dia menjadi milikku. Aku hanya ingin dia berada di antara dua kakiku secepatnya.
Perlawanan Pamela begitu keras dan nyata. Dia menghancurkan egoku dengan berdansa dengan pria pendatang baru di dunia musik. Namanya Blom, pirang dan nampak kekanakan. Ciri khas idola remaja masa kini.Jelas aku tidak ingin pria itu mendekati Pamela- ku. Dia milikku sekarang dan selamanya. Dengan penampilan Pamela yang seperti malaikat dia dengan mudah menarik pria seperti Blom yang naif.'Aku akan memberikan hukuman padamu Pamela. Tunggu saja.'Tidak butuh waktu lama bagiku untuk membuat Blom meninggalkan Pamela sebelum mereka berbuat lebih jauh. Dan sekarang saatnya memukul bokong Pamela sebelum aku menghukumnya."Jadi dia pilihanmu?"Tanpa kuduga Pamela menjawab dengan sengit. Sangat jelas dia sangat marah padaku. Tidak ada yang mengherankan sebab akulah yang menyebabkan dia seperti ini."Pergilah tuan Manex, aku ingin hidup tanpa mu. "Perkataan yang membuatku sangat marah. Tanpa ragu aku menyuruh anak
Orland Pov.Ternyata kehadiran Blom justru meredam keraguan Pamela. Aku terus menerus menjelaslan masalah kehamilan Vanesa, kesepakatanku dengan John dan chip yang berisi pembunuhan kakakku. Dia akhirnya kembali percaya padaku. Dan duniaku sekarang kembali indah. Aku menjadi pria yang jatuh cinta, bahagia dan kasmaran. Buthan menjadi saksi aku memulai kembali hubungan dengan Pamela. Menguatkan ikatan yang rapuh agar kuat menghadapi masalah.Akan tetapi serangan sudah dilakukan oleh Karl. Kini dia harus menerima akibat pemberitaan yang dilakukan oleh anak buahnya."Tuan Karl ingin bertemu anda, Sir."Aku tidak asing dengan kalimat yang Sean ucapkan. Dia selalu mengulang kalimat yang sama setiap kali aku menyerang perusahan. Rupanya dia bergerak cepat sebelum perusahaannya benar- benar runtuh."Tuan Karl sudah si sini."Pria bersurai klimis gelap dan tipis masuk melalui pintu yang si buka Sean. K
Pamela Pov.Ini hari kedua aku mengalami pagi dengan perasaan bahagia. Sesuatu yang aku anggap berkah setelah pagi-pagi kelam ketika berpisah dengan Orland dan menabung genderang perlawanan padanya. Itu adalah pagi terburuk dan penuh tekanan. Berbeda dengan sekarang. Aku bahkan tidak bisa menunggu melalui hari bersama Orland dan pantat saksinya. Percayalah, tanganku gatal ingin mendaratkan tanganku ke kedua benda bulat milik Orland itu."Hei, Sweety, " sapa Orland ketika aku menyeret kakiku dengan terseok-seok menuju tepi kolam. Rasa kantuk masih hinggap di mata tapi aku tidak ingin melewatkan pemandangan berupa Orland di pagi hari.Ia hanya memakai celana pendek membiarkan Matahari di fasifik height ini mencoklatkan kulitnya. Hanya kaca mata sunglass yang menutupi wajahnya dan dia terlentang di sun chair. Bayangan agar aku duduk di perutnya adalah godaan nyata kali ini.'Sampai kapan aku harus terpe
"Kau Pamela, ta ampun. Honey! Pamela di sini!" Pekik Janet kegirangan menyambutku. Dia memeluk dan bahkan membuat Orland mundur.Tak lama kemudian seorang gadis kecil membawa boneka datang dengan boneka bunny- nya."Oh My God. Pamela benar- benar di sini. Mom, aku tidak bermimpi kan?" Dia melompat- lompat sebelum memelukku. Aku pun tertawa senang dan balas memeluknya. Jika aku amati gadis ini mirip dengan Orland. Matanya biru gelap seperti safir, tapi memiliki surai yang hitam seperti Orland. Gen Manex menurun dengan baik padanya."Hei, kalian sangat jahat karena melupakanku. " Orland datang mengangkat gadis yang dijuluki Bunny ini."Handsome uncle sudah sering ke sini. Tapi Pammy belum pernah jadi jangan marah ya?"Aku tertawa melihat betapa imut Bunny saat menasehati Orland. "Paman ayo ke pantai. Aku ingin membuat istana pasir."Orland menoleh padaku. "Ya, pergilah.""Ayo masuk, Pammy. Orland
Crist mengatur jadwal pengambilan gambar esok hari agar aku bisa menemui ayah di rumahnya. Limo sudah terparkir di depan hotel, ada mobil body guard di belakang limo dan ada Crist yang kuapit lengannya. Aku yakin performaku sudah sempurna. Tinggal menuju rumah Marques Elderberg."Apa dia akan mengusirku Crist?" Tanyaku."Dia tidak akan berani, " jawab Crist sambil melirik mobil bodyguard yang mengawal kami."Apa aku sudah cantik?" Kecerewetan ku menjadi saat aku tegang. Ini bukan yang pertama. Kurasa Crist sudah paham dengan tabiatku karena sering kulakukan."Aku di sini Pammy. Setiap masalah yang datang padamu akan kutangani dengan senang hati."Inilah yang membuatku merasa beruntung karena memiliki Crist. Dia anugerah tersendiri bagiku selain Orland, dan berharap ayahku akan menjadi salah satunya.Sepuluh menit perjalanan, kami tiba di sebuah bangunan kuno. Sangat kuno, be
Oh yeah...Oh No...Shit...Menyebalkan, apa yang terjadi pada otakku. Mengapa mataku tidak bisa aku alihkan dari pria yang tiba-tiba meloncat ke kolam renang hanya dengan celana renangnya. Itu mengganggu seluruh indra penglihatnku lalu gangguan itu menyebar ke indra lain sehingga sulit untuk berfungsi normal."Ck... sampai kapan aku harus di sini?" Gerutu ku. Meski pemandangan di atas sun chair itu menakjubkan tapi membuatku tidak betah.Aku bangkit dari sun chair yang menemaniku sedari tadi bersama majalah fasion. Memang segala sesuatu di sini tidak sebaik di Pasifik height tempat tinggal karena perbedaan budaya kami juga karena ini hanyalah bangunan di pinggiran yang jauh dari kota, tapi aku menikmati pagi ini. Apa lagi yang bisa dilakukan gadis yang diculik dan tetap mendapat kenyamanan meski dalam kondisi diculik selain bersyukur.Pria bernama George itu