Share

Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku
Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku
Author: ERIA YURIKA

Bab 1

Author: ERIA YURIKA
last update Huling Na-update: 2022-11-27 21:18:31

“BUNDA KENAPA BAWEL BANGET SIH! KALAU ENGGAK TAHU APA-APA. DIEM AJA BISA ENGGAK SIH!” sentak Arnav pada Nada istriku.

“Minta maaf sama Bundamu, Arnav!”

“OGAH!”

“Kalian itu apa-apan, namanya anak kecil wajar salah. Kamu juga Nada, anak-anak juga butuh hiburan. Apa salahnya dukung hobi anak. Sudah sana kalian, pergi dari sini!”

Ibuku yang berada tak jauh dari sana, lekas memeluk anak laki-laki itu. Tak ada penyesalan di wajah Arnav, padahal saat itu Nada sudah menitikkan air matanya.

“Sebagai Bundanya, aku berhak didik anakku ke arah yang benar Bu. Dia bukan anak kecil yang enggak bisa dikasari.”

“Tapi, caramu ini salah.”

Nada tampak menghela nafasnya, terlihat sekali jika ia berusaha meredam emosi. Sesekali tampak, lengannya meremas erat ujung piyamanya.

“Lebih pengalaman aku atau kamu, dalam mengurus anak? Lihat suamimu, bisa sesukses ini juga karena didikanku ini benar!"

“Enggak ada namanya bekas ibu atau saudara, yang ada hanya bekas istri. Makanya, jangan samakan mertua dengan orang tua! Sekali kamu bikin sakit hati, enggak cukup cuma minta maaf.”

Aku merasa kali ini ibu sangat keterlaluan. Sampai-sampai Nada meninggalkan pembicaraan kami begitu saja. Dari pada bertahan di sini dan meladeni ibu yang tak akan ada habisnya, lebih baik menyusul Nada.

“Sayang, buka! Kita bicara di luar.”

Aku masih berusaha mengetuk pintu toilet yang tak kunjung di buka. Sepertinya uaranya kalah dengan derasnya cucuran air kran. Bahkan, hingga 10 menit berlalu Nada masih belum juga membuka pintu.

Aku terpaksa menggedor dengan kasar, setidaknya jika tak mendengar, ia masih menyadari jika ada seseorang tengah menunggunya keluar. Benar saja, tak lama pintu itu terbuka.

Nada hanya menatap datar, ia tak marah kali ini. Tak seperti biasanya, wanita itu memilih mengambil pakaian di lemari. Namun, saat ia akan bersiap memasuki toilet kembali.

Aku mencegah, lantas memeluk wanita itu. Namun, jangankan balasan, Nada bahkan lebih mirip seperti patung yang tak bergerak meski saat itu aku telah begitu emosional.

“Aku mengerti, kamu enggak bisa menentang kehendak ibu. Jadi lepaskan, aku hanya ingin mandi!"

“Aku tahu kamu sakit hati.”

“Ya terus?”

“Aku minta maaf untuk itu.”

Ia sedikit mendorongku agar menjauh.

“Aku mau keluar sebentar, ada sayuran yang habis.”

“Aku antar kamu, ya?"

“Enggak perlu, aku sudah biasa sendiri.”

Nada meninggalkanku begitu saja. Ia malah bersiap memakai pakaian seperti biasa lalu, pergi dengan motor kesayangannya.

“Mau ke mana?”

“Mau belanja.”

“Mas antar, ya?” tawarku.

Bagaimana pun aku sangat khawatir membiarkannya berkendara dalam keadaan yang kacau.

Selama ini ia mendedikasikan segalanya untuk keluarga. Ia bahkan mengesampingkan kebahagiaannya dan menempatkan keinginan pribadinya di urutan paling akhir.

Sebelum kedatangan Ibu kerumah ini semuanya masih baik-baik saja. Namun, sekarang ia seperti kehilangan sebagian semangat hidupnya.

~

Sudah puluhan pesan dan panggilan yang kulakukan namun belum juga ada tanggapan darinya.

Akhirnya sore hari wanita itu baru pulang. Sayangnya, di ambang pintu bahkan Nada sudah disambut dengan wajah masam ibuku.

“Abis dari mana? Bilangnya belanja sayuran, kok baru pulang? Main kali, ya,” sindir ibu ketus.

“Bu, biarin aja dulu Nada masuk.”

Ibu menatap kesal, ia memang selalu terlihat tidak suka jika aku memperlakukan Nada dengan lembut di hadapannya.

Aku meraih pundak Nada yang terasa sangat dingin. Aku kembali menatapnya dengan pandangan khawatir.

“Aku nabrak mobil orang.”

“Ya Allah terus bagaimana? Kamu enggak apa-apa?”

“Enggak apa-apa. Cuma orangnya nolak pas aku mau tanggung jawab, dia bilang ….”

Nada justru menghentikan ucapannya. Ia terlihat memikirkan sesuatu, lantas seketika ia menghembus nafas kasar. Seolah membuah kecewa yang terus saja menekan perasaannya.

“Bilang apa, Sayang? Kok enggak diterusin.”

“Enggak penting.”

“Sayang, soal Arnav Mas minta maaf.”

“Maaf tanpa solusi percuma, sudahlah aku cuma orang luar. Abis ini aku mau masak, atau ibu enggak akan makan, karena lauknya dingin. Lalu, menyalahkan aku kalau dia sakit dan bilang ke semua orang di sini kalau aku enggak pernah masak dan lain-lain. Jadi, sebelum semuanya semakin rumit. Biarkan aku mengerjakan tugasku sebagaimana mestinya.”

“Dia ibuku, seburuk itu kamu membicarakannya? Kamu tahu apa yang kamu ucapkan itu menyinggungku, kamu keberatan ibu di sini? Lalu, kenapa pura-pura baik?”

“Kalau aku jawab untuk bertahan hidup apa kamu puas?”

Aku terdiam, Nada biasanya tak sekasar ini.

“Ini bukan Nada yang aku kenal.”

“Nadamu telah mati Zayn, mati setelah kamu membiarkannya terus menerus disalahkan tanpa sebuah kesalahan. Dihakimi tanpa sebuah pembelaan.”

“Tunggu di sini!”

“Mau apa kamu, Mas?”

Sebenarnya aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Namun, pandanganku justru beralih pada cermin. Di mana meja itu bahkan kosong, tak ada alat make up atau skincare di sana.

Hanya ada pantulan wajahnya yang tampak layu. Belakangan ini wajah Nada bahkan tak terlihat berseri lagi. Kecantikannya seakan memudar, bahkan kurasa ia tampak lebih tua dari usianya. Saat itu di meja malah terdapat satu set alat untuk menjahit yang baru ia beli.

Entah kenapa juga ia terus menatap benda itu dengan mata yang nanar.

Nada tanpa sadar tersenyum, mana kala ia mengusap wajahnya telah dipenuhi garis-garis halus, juga bercak hitam.

Entah apa alasannya berhenti merawat diri setelah kedatangan ibu ke rumah ini.

“Aku akan menegur anak itu.”

“Jangan, Mas. Kamu hanya akan membuat masalah makin melebar.”

Aku yang sudah tak tahan memilih untuk menegur Arnav dengan keras, ia bahkan telah berani bertindak kasar pada ibunya, tanpa merasa hal itu sebuah kesalahan.

“Minta maaf sama Bundamu!” teriakku.

“Enggak mau,” jawan Arnav tak kalah keras.

“Apa-apaan sih kamu, Zayn. Jangan ikut-ikutan kayak Nada, pasti kamu ya yang nyuruh Zayn kasar sama anaknya sendiri. Lepasin enggak!” ancam ibu sambil menarik lengan cucunya.

Namun, kali ini aku yang sudah terpancing emosi. Malah menarik Arnav dengan kasar, lantas membawa anak laki-lakinya ke hadapan Nada.

“MINTA MAAF!”

“ENGGAK!”

PLAK!

Aku menampar Arnav begitu saja, hingga meninggalkan jejak merah di wajahnya. Sebagai seorang ibu, nyatanya Nada tetap tak tega melihat putranya dikasari. Nada gegas mendekat dan memisahkan kami.

“JANGAN SENTUH AKU!” sentak Arnav sambil menepis lengan ibunya, tak puas dengan itu ia sedikit mendorong tubuh Nada, hingga membuat wanita itu kehilangan keseimbangan. Beruntung, aku masih sempat menangkapnya.

“Kamu kenapa, baik-baik aja ‘kan?” tanyaku sedikit khawatir. Melihat bagaimana Nada yang pucat lekas mendudukkan wanita itu di sofa.

“Alah manja, sudah Nav masuk aja ke kamar!” ucap ibu sambil menggandeng cucu kesayangannya kembali ke kamarnya.

“Bukan seperti ini yang aku inginkan,” kata Nada lemah, matanya kembali mengembun. Sambil menatapku dengan pandangan yang sayu, ia berusaha untuk bangkit dari sofa meski sedikit sulit.

“Aku mau masak, kamu selesaian aja urusan kantor kamu.”

“Kamu yakin enggak apa-apa.”

“Hm.”

Nada melangkah pelan menuju dapur, sejujurnya aku ingin sekali menahannya, tetapi ia sendiri tahu, bagaimana ibunya pasti akan membuat keadaan semakin rumit. Aku terjebak sekarang. Antara ingin membela istrinya atau tetap pada ibunya yang salah, tetapi harus selalu ia bela.

Aku kembali ke kamar, sambil berjalan menunduk, mengingat aku baru saja menjatuhkan bolpoin. Namun, alangkah terkejutnya ia saat menyadari ada cairan merah yang menetes di sepanjang jalan yang mengarah ke kamar.

Menyadari sesuatu yang salah, aku langsung keluar dan berlari mengikuti jejak tetesan cairan merah itu.  Aku bahkan masih terengah-engah, saat dipaksa menyaksikan di mana seorang wanita duduk bersandar pada dinding, yang kini bahkan menatapku dengan senyuman.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
goodnovel comment avatar
Yuyun Yuningsih
kata dan kalimat nya banyak yg typo thor.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 57

    Tak pernah terbayangkan aku akan sesakit ini mendengar kabar pernikahan Nada dengan Ali yang disampaikan langsung oleh Arnav. Putraku tak lagi menentang hubungan mereka. Aku tidak tahu, kapan tepatnya anak it berubah pikiran. Padahal, jelas saat ia datang untuk membantu acara tahlilan ibu, aku melihatnya begitu antusias menjodohkanku kembali dengan Bundanya.Bagaimana bisa ia berubah secepat itu?Ia bahkan mengatakan padaku, jika akan jadi pengantar pengantin, kala Bundanya menikah. Bahkan, yang lebih menyakitkan adalah ia mengatakan itu semua dengan bangga.Aku yang menghidupinya selama ini. Kenapa ia malah lebih percaya pada orang lain yang justru baru ia kenal.Sejujurnya aku masih tak percaya jika Nada benar-benar menikah. Jadi, hari di mana akadnya dilangsungkan aku mendatangi hotel tersebut. Sayangnya tak sembarangan orang bisa masuk ke acara pernikahannya. Penjagaannya cukup ketat. Aku bahkan harus check in hanya untuk mendapatkan in

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 56

    “Aku mengizinkannya Al, lakukan saja!”“Terima kasih Nad. Kalau, kamu masih bingung mau pilih yang mana. Besok staff yang menjual perhiasannya akan datang ke rumahmu. Pilih saja yang kamu suka.”“Bagaimana kalau seleraku enggak sesuai sama kamu?”“Aku yakin pilihanmu pasti yang terbaik.”“Baiklah. Aku akan pilih yang termurah kalau begitu.”“Nad, yang benar saja. Aku akan meminta staff untuk enggak mencantumkan harganya.”Aku sampai dibuat terkekeh dengan kepanikan Ali. Ada apa dengannya, padahal aku hanya bercanda.“Kenapa malah ketawa? Aku serius juga.”“Uangmu pasti banyak sekali Al, sampai-sampai membuangnya dengan begitu mudah.”“Siapa juga yang sedang membuang uang, jelas-jelas aku sedang membelikanmu mahar. Apa kamu akan membuang mahar setelah akad berlangsung? Enggak mungkin ‘kan.”

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 55

    Ali hanya tersenyum saja. Namun, aku bisa melihat ekspresi kelegaan di wajah Abah dan Ilyas.Ya Allah, jika Engkau berkenan menyatukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Maka, jadikanlah pernikahan itu sebagai jalan untuk mencapai ridho-Mu.Setelah mendapatkan jawabannya Ali memilih untuk berpamitan.“Besok Ali ke sininya habis dzuhur, ya Bah.”“Oh, baik kami tunggu kedatangan Nak Ali dan keluarga.”Ali mengangguk lagi, sesekali ia tampak melirik padaku.“Kayaknya ada yang mau ngeduluin nih!” sindir Ilyas, begitu Ali sudah meninggalkan rumah dengan kendaraan roda empatnya.“Aku sekali aja belum, Mbak udah mau dua kali aja!” ucap Ali.“Apaan sih kamu, Dek!”“Enggak boleh ngomong gitu, Yas! Memangnya ada yang mau pernikahannya gagal!” ucap Abah.Memang Ilyas ini keterlaluan. Merusak mood saja. Dia pikir enak berpisah, setelah bertahun-tahun menj

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 54

    “Kamu tahu enggak sih yang kamu bicarain ini apa? Sudahlah Nav,Bunda enggak akan nikah kok. Asalkan kamu di samping Bunda, semua itu udah lebih dari cukup kok. Lagi pula sekarang Bunda sudah punya pekerjaan yang bisa diandalkan. Jadi, seenggaknya kalau suatu hari ayahmu berhenti memberikan uang untuk biaya Pendidikan kamu, kita sudah ada penghasilan lain.”“Nav serius, enggak apa kalau sekarang juga Bunda mau nikah sama Om Ali. Nav enggak akan menghalanginya lagi. Kalian tuh saling mencintai, tetapi Nav malah terus aja mencegah kalian Bersatu. Lagi pula Nav juga kayaknya butuh teman main, kayak Yusuf.”“Nav….”“Bun, sudah cukup Bunda nahan kesedihan sendirian. Nav pengen banget lihat Bunda ketawa terus kayak tadi, mungkin aja Om Alilah jawaban doa-doa Nav selama ini. Nav ‘kan juga minta supaya Bunda bahagia, tetapi Nav malah keliru dengan mendoakan supaya rujuk sama Ayah. Padahal, yang membuat Bunda ba

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 53

    “Enggak begitu kok, Sayang.”“Sekarang Nav, ngerti bedanya Om Ali sama Ayah.”“Sayang, kalau kamu enggak suka Bunda dekat samam Om Ali, lain kali Bunda akan jaga jarak. Oke? Cuma tadi itu kebetulan mobil pick up Bunda rusak. Om Ali cuma nawarin bantuan, ya udah makanya kami tadi di jalanan. Jangan salah paham dulu!”“Nav enggak tahu, kenapa hubungan orang dewasa seribet ini?”“Enggak ribet kok, nanti kalau Nav dewasa, juga pasti ngerti.”“Nav enggak mau nikah Bun, kalau ujungnya cerai.”“Enggak ada pasangan yang mau pernikahannya gagal di tengah jalan Nak, andai saja mengembalikan kepercayaan itu mudah. Bunda pasti sudah melakukannya buat kamu?”“Memangnya apa yang bikin Bunda sampai enggak mau balikkan sama Ayah? Bukannya aku sudah jelasin semuanya.”“Bunda takut kalau suatu hari sakit dan enggak bisa ngapa-ngapain kayak kemar

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 52

    “Jagung bakarnya datang!” ucap Zayn dengan sekantong besar di tangannya.“Zayn, aku ngantuk.”Saat itu Zayn dan Arnav yang tengah larut dalam tawa mendadak menatapku dengan aneh.“Kok ngantuk sih Bun, kita baru aja kumpul.”“Hari ini Bunda lagi kurang sehat, apa lagi besok harus kembali ke kota jadi enggak apa-apa ya, Bunda tidur duluan?”“Yah, enggak seru banget sih Bun?”Sata tu aku bisa melihat keduanya tampak kecewa. Namun, aku juga tak bisa membohongi perasaanku. Aku membenci Zayn. Meski, kini seseorang menjelaskan jika semua murni karena rasa terima kasih.Aku yang menyaksikan sendiri bagaimana ketika Zayn menatap Ochi dengan pandangan yang sama saat menatapku. Bagaimana ia bahkan tak membiarkan pria wanita itu pulang sendirian.Aku hanya tak sanggup membayangkan hari-hari selama aku tak ada di sampingya. Mungkin saja keduanya sering kali menghabiskan waktu denga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status