Share

Bandit Bayaran

Author: Zen_
last update Last Updated: 2025-10-02 21:20:39

Seketika Jagad dan Rio melompat keluar dari kereta kuda, pandangan mereka menyapu ke segala arah untuk mencari asal serangan.

Namun, tak satu pun pemanah terlihat di sekitar mereka, seolah panah itu melesat dari udara kosong.

Sementara itu, Angkara melirik ke arah Anantaka dengan sorot mata tajam. “Kali ini bukan perbuatanmu, kan?” tanyanya dengan nada menekan.

Selama perjalanan dari Dataran Tengah menuju Kota Talon, Angkara memang kerap memasang rintangan untuk menguji kewaspadaan murid-muridnya dalam menghadapi situasi tak terduga.

Meski demikian, kebiasaan itu membuatnya jengkel, sebab ujian yang ia ciptakan sering menimbulkan kekacauan. Namun kali ini, Anantaka hanya menggeleng pelan. “Tidak, aku sama sekali tidak merencanakan apapun dalam perjalanan menuju dataran utama.”

Tanpa menunggu penjelasan lebih jauh, Angkara segera keluar untuk bergabung dengan Jagad dan Rio. Di sisi lain, Kinasih sempat menangkap percakapan antara Angkara dan sang instruktur.

Sedangkan bocah yang dib
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Reinkarnasi Dewa Perang   Akhir

    Kedua naga itu saling beradu di tengah langit malam yang kelam. Dua makhluk hasil teknik bela diri yang berasal dari jalur berbeda kini bertarung untuk membuktikan supremasi kekuatan masing-masing. Tubuh mereka bergelora, memancarkan cahaya menyilaukan di antara awan yang terbelah, sementara suara benturan mereka menggema hingga ke pelosok negeri.Dalam satu momen, keduanya mengeluarkan raungan yang begitu menggelegar, menembus gendang telinga semua orang yang menyaksikan. Suara itu begitu nyaring hingga sebagian penduduk kekaisaran menjerit kesakitan, darah mengalir dari telinga mereka. Langit yang seharusnya damai kini menjadi medan konfrontasi dua kekuatan luar biasa.“Itu... itu naga sungguhan? Yang benar saja?!” teriak salah seorang penduduk dengan wajah pucat pasi. Ia jatuh tersungkur ke tanah, tubuhnya gemetar hebat. Orang-orang lain menatap ke langit dengan campuran rasa kagum dan ketakutan. Beberapa wanita menjerit histeris, berlari mencari perlindungan, sementara sebagian l

  • Reinkarnasi Dewa Perang   2 Naga

    Dari tubuh Angkara, energi dalam mengalir dengan teratur, berputar dari pusat dadanya lalu menjalar hingga ke ujung jemarinya. Aura pekat mulai menyelimuti seluruh tubuhnya, berpadu antara hitam kelam dan emas berkilau yang saling melingkar membentuk pusaran halus di sekelilingnya. Dua warna itu tampak bertolak belakang, namun justru menyatu dengan indah, seakan menciptakan harmoni yang tak seharusnya ada.'Luar biasa…' batin Angkara bergetar oleh kekaguman terhadap dirinya sendiri. 'Aku benar-benar telah melampaui batas praktisi biasa. Kini aku berada di tahap penciptaan alam… kekuatanku meningkat pesat setelah menyerap seluruh jiwa di perguruan ini.'Tatapan matanya tajam menembus jarak, menandakan kebanggaan yang nyaris berubah menjadi kesombongan. Saat ini, kekuatannya setara dengan sang pangeran terbuang, instruktur misterius dari Arus Hening, Anantaka, yang juga dikenal sebagai salah satu yang berada pada penciptaan alam.Dengan gerakan ringan, Angkara mengepalkan jemarinya da

  • Reinkarnasi Dewa Perang   Kekalahan Satria

    Kabut hitam pekat yang membungkus langit malam perlahan menipis, terpecah seperti kabus pagi yang tersapu angin. Sosok tengkorak raksasa yang semula gagah dan menakutkan kini tampak melemah, sementara di tengah sisa-sisa kabut itu berdiri Ketua Perguruan Naga Emas, tanpa luka sedikit pun. Bahkan lipatan jubah emasnya masih tampak bersih, tak tersentuh debu atau bara pertempuran yang baru saja terjadi.Satria memandangi pemandangan itu dengan wajah tak percaya. “Oi… oi… tidak mungkin,” gumamnya, matanya membesar. “Dia tidak hanya kuat… tapi benar-benar berada di tingkat yang tak bisa dijangkau. Jangan-jangan… dia sudah menembus alam dewa?” ucapnya setengah berbisik, lalu menggeleng cepat, menolak pikirannya sendiri. “Tidak… mustahil. Jika dia benar sudah mencapai alam dewa, seharusnya dia telah meninggalkan dunia fana ini dan naik ke alam yang lebih tinggi.”Di langit yang masih diselimuti sisa awan hitam, sang ketua perguruan berdiri di antara pusaran cahaya keemasan. Tatapannya din

  • Reinkarnasi Dewa Perang   Teknik Pamungkas Satria

    Angkara masih tenggelam jauh di dalam dimensi tenaga dalamnya, benar-benar tak menyadari pergolakan hebat yang terjadi di luar tubuhnya. Di ruang spiritual itu, rasa sakit yang ia rasakan semakin menggila, lengannya seperti disayat ribuan bilah pedang yang mencincang tanpa henti, menembus ke inti energi yang ia coba kendalikan. Tubuhnya gemetar hebat, namun tekadnya tidak goyah. 'Sedikit lagi… aku hanya perlu bertahan sedikit lagi…!!!' teriaknya di dalam hati, menahan rasa nyeri yang mengguncang seluruh raganya.Sementara itu, di dunia nyata, Satria yang baru saja melepaskan teknik pamungkasnya terlihat hampir kehabisan tenaga. Napasnya tersengal keras, seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Setiap helaan napas terasa berat dan menusuk. “Huft… huft… Kau tahu?” katanya seraya tersenyum pahit. “Kau adalah orang pertama yang beruntung bisa menyaksikan teknik terbaikku.”Tubuhnya yang lelah akhirnya menyerah pada gravitasi. Kakinya tak sanggup lagi menopang beratnya sendiri, membuat ia

  • Reinkarnasi Dewa Perang   Ketua Perguruan Naga Emas

    Sebuah cahaya keemasan melesat di langit, disertai gelegar petir yang mengguncang bumi. Sosok itu muncul begitu cepat, seolah waktu sendiri bertekuk di hadapannya. Dalam sekejap, ia telah berdiri tegak di hadapan Satria, pemuda yang tubuhnya penuh darah dan luka.Udara seketika terasa berat. Sosok berkilau emas itu menatap sekeliling dengan tajam, meneliti puing-puing kehancuran yang berserakan. Tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak di tanah, sebagian bahkan tak berbentuk, hanya gumpalan daging dan darah yang menghitam. Di antara kengerian itu, tampak seseorang tengah bermeditasi dengan tenang, seolah tak terpengaruh oleh tragedi yang baru saja terjadi.“Apakah kau pelakunya?” suara pria itu terdengar rendah, dalam, namun memiliki kekuatan yang menusuk jantung. Setiap katanya mengandung tekanan yang membuat udara bergetar.Satria terdiam. Dalam hidupnya yang keras dan penuh pertempuran, belum pernah ia merasa ditekan sedemikian rupa. Sosok di depannya bukan sekadar manusia; ada wibawa

  • Reinkarnasi Dewa Perang   Terobosan

    “Oho, cepat juga tanggapmu…” Angkara menepuk pundak instruktur itu dengan nada sinis. “Benar. Aku membantai keluargamu karena Kinasih. Beraninya kau menculik dan menyiksanya, bahkan saat ia masih kecil, kau turut membawa ibunya.”Kata-kata itu menghantam hening. Jaya, instruktur yang dituding, mendadak tertegun dan menunduk. Rahasia kejahatannya terhadap Kinasih ternyata selama ini ia bungkam rapat-rapat. Di belakangnya, beberapa instruktur lain mengerutkan dahi penuh curiga. “Apa maksudmu, Tuan Jaya?” satu di antaranya bertanya, suaranya bergetar menahan kebingungan.Jaya hanya terdiam, wajahnya pucat. Isu-isu yang selama ini tersembunyi mulai muncul ke permukaan. Angkara melangkah mendekat, menatap tajam ke arah rombongan itu. “Sepertinya kalian tidak tahu, ya? Bahwa Jaya inilah yang pernah menyekap rekanku, menyiksanya, bahkan menculik ibu Kinasih bertahun-tahun lalu.” Suaranya datar namun menusuk.Kebisuan berubah menjadi kegemparan kecil. “Apa benar?” beberapa instruktur bereak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status