LOGINQing Long Chen melangkah maju.Satu langkah.Tanah retak halus. Fu Zheng menyeringai. "Kau akhirnya bergerak." "Tidak semudah itu kau bisa menghabisi Kakakku, Fu Zheng!" ucap Long Chen sambil menatap tajam Fu Zheng. Aura keemasan meledak dari tubuhnya. Boom! Tekanan turun seperti palu raksasa. Belasan murid keluarga Fu langsung berlutut, lutut menghantam tanah. Krak! Krak! Beberapa tulang patah. Fu Zheng terkejut. "Aura ini—!" Long Chen sudah menghilang. Swush! Ia muncul tepat di depan Fu Zheng seraya melayangkan tinjunya yang terlambat untuk di hindari pemimpin keluarga Fu itu. Bang! Ia terlempar menghantam dinding paviliun utama hingga hancur. "Arrgghh...! Hari ini kalian berdua akan mati di tanganku!" raung Fu Zheng dengan penuh amarah bangkit dari reruntuhan sambil bergerak menyerang Long Cheng. Long Chen tersenyum tipis mendengar perkataan Fu Zheng, sambil menyambut serangan lawannya itu. Duar! "Arrgghh...!" Fu Zheng menjerit kesakitan ketika l
Saat jarak mereka tinggal puluhan langkah dari gerbang, dua penjaga keluarga Fu segera menghentikan langkah mereka. "Berhenti!" bentak salah satu dari mereka. "Ini wilayah keluarga Fu—" Belum sempat kalimat itu selesai, Qing Long Chen mengangkat pandangan. Gelombang energi yang sangat kuat menghantam kedua penjaga itu. Duar! Kedua penjaga itu terhempas ke belakang seperti daun kering, menghantam gerbang besar hingga hancur berkeping keping. Debu mengepul tinggi. Qing Long Chen melangkah masuk ke halaman keluarga Fu. Beberapa sosok melesat keluar ke halaman. Wush! Wush! Wush! Belasan murid keluarga Fu muncul di atas atap dan di sekitar halaman, pedang terhunus, wajah mereka tegang. Aura kultivasi mereka menyebar, menekan udara di sekitar. "Siapa yang berani membuat kekacauan di kediaman keluarga Fu?!" teriak salah satu murid dengan keras. Dari balik aula utama, seorang pria paruh baya bergegas melangkah keluar ketika suara ledakan itu terdengar. Jubahnya berwarn
Tetua Duoming yang menyamar sebagai Walikota Qiu Baichuan, akhirnya menyadari satu hal yang membuat jantungnya bergetar. Informasi yang ia terima dari Fu Zheng dan Fu Anran… sepenuhnya keliru. Mereka mengatakan jika putra bungsu Patriark Qing Feng hanya sampah tidak berguna. Aura penindasan yang kini menekan tubuhnya begitu mendominasi, hingga membuat napasnya tersendat. Itu bukan aura seseorang yang mengandalkan keberuntungan atau perlindungan klan. Itu adalah aura seorang penguasa sejati. Bahkan lebih mengerikan lagi— Qing Long Chen bukan hanya kuat. Ia mampu melihat penyamaran yang dilakukan olehnya, seorang tetua Sekte Lembah Racun, bersama dua murid pilihannya. "Mustahil…" batin Duoming bergetar. "Dengan tingkat kultivasinya… seharusnya dia tidak bisa mengetahui penyamaranku." Duoming menelan ludah dengan susah payah. Tenggorokannya kering, seolah seluruh cairan di tubuhnya diserap oleh tekanan aura Qing Long Chen. Ia memaksa dirinya tetap duduk tegak di singgas
Keesokan harinya, Qing Long Chen bersama Qing Yunxiao melangkah memasuki aula utama istana Walikota. Setelah mengantarkan kedua Tuan Muda klan Qing itu, Komandan Han Wulei segera meninggalkan mereka. Aula itu luas dan megah. Pilar-pilar batu berdiri kokoh di kiri dan kanan, sementara di ujung ruangan, Walikota Qiu Baichuan duduk di singgasananya. Di bawahnya sisi kanan dan kiri duduk Jenderal Qiu Hengtao dan Jenderal Lao Zhenwei, sikap mereka tampak ramah. "Jika saya boleh tahu," ujar Walikota Qiu Baichuan dengan senyum ramah, "ada keperluan apa Tuan Muda Qing Yunxiao dan Tuan Muda Qing Long Chen datang menemuiku pagi ini?" "Tuan Walikota," ucap Long Chen pelan, "kami datang untuk meminta penjelasan." "Penjelasan apa yang di maksud, Tuan Muda Long Chen?" tanya Walikota Qiu Baichuan penasaran dengan alis terangkat sedikit. "Sebagai pemimpin kota Zhoucheng, apakah anda pikir hanya menutup pintu gerbang masuk dan keluar bisa menyelesaikan kekacuan yang terjadi dua hari yang lal
Tengah malam, Fu Zheng membuka pintu lorong bawah tanah yang tersembunyi di balik rak kayu di kamarnya. Dengan langkah perlahan, ia menuruni tangga batu yang dingin dan lembap. Cahaya redup dari kristal putih yang tertanam di dinding memantulkan bayangan wajahnya—tenang, namun penuh kelicikan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di depan deretan jeruji besi hitam. Di baliknya, tiga sosok duduk dalam kondisi terikat rantai hitam yang menyegel energi qi mereka. Walikota Qiu Baichuan bersandar di dinding, wajahnya pucat namun tatapannya masih menyimpan keteguhan. Di sisi lain, Jenderal Qiu Hengtao duduk bersila dengan napas teratur, berusaha menstabilkan luka dalamnya. Sedangkan Jenderal Lao Zhenwei menatap Fu Zheng dengan sorot mata tajam penuh kebencian. "Kau akhirnya datang juga," suara Lao Zhenwei serak, namun jelas. "Patriark Fu… atau seharusnya kusebut anjing Sekte Lembah Racun?!" Fu Zheng tersenyum tipis. Ia tidak tersinggung. "Kata-katamu masih setajam dulu, Jenderal
Fu Zheng perlahan menarik napas dalam-dalam. Aura yang sempat mengamuk di sekelilingnya berangsur mereda, meski sorot matanya masih menyimpan dingin yang berbahaya. Ia tahu, meluapkan amarah sekarang tidak akan mengubah apa pun—terlebih lawannya adalah klan Qing, klan yang kekuatannya setara dan sedang berada di puncak perhatian kota. "Bawa Anran ke ruang pemulihan," perintahnya akhirnya. Suaranya terdengar tenang, terlalu tenang. Fu Ming mengangguk cepat dan segera memberi isyarat pada para pelayan. Tubuh Fu Anran dibawa masuk, sementara tabib klan bergerak tergesa mengikuti dari belakang. Fu Zheng berdiri di tempatnya cukup lama, menatap ke arah pintu yang tertutup. "Kalah tanpa mampu membalas…" gumamnya pelan. Tangannya perlahan mengepal. Qing Long Chen. Nama itu kini terukir jelas di benaknya—bukan sebagai pemuda biasa, bukan pula sebagai pewaris klan Qing yang lemah seperti rumor yang beredar, melainkan sebagai ancaman yang nyata. "Tenanglah dulu," ucap Fu Zheng







