Share

Reinkarnasiku Ternyata Tunangan Pangeran Terkutuk
Reinkarnasiku Ternyata Tunangan Pangeran Terkutuk
Author: Akhmad

Bab 1 : Tenggelam Dalam Dunia Novel

Saintess Love, novel fantasi romantis yang digemari begitu banyak orang. Alurnya yang sulit ditebak, menjadi daya tarik tersendiri. Banyak pembaca yang menjadi korban kejahilan Author, termasuk diriku.

Di awal-awal novel, Sang Author sengaja membuat  pembaca begitu membenci para tokoh antagonis dengan menceritakan keburukan mereka. Kemudian di saat-saat menjelang akhir hidup para tokoh antagonis, Sang Author baru menceritakan alasan tak terduga dibalik perbuatan setiap tokoh antagonis itu.

Sialnya, semua alasan itu ... malah berhasil menjadikan semua pembaca termasuk diriku, bersimpati terhadap nasib para tokoh Antagonis. Parahnya, setiap kali kisahnya sudah berhasil menarik simpati pembaca, para tokoh antagonis itu pasti berakhir tewas di tangan putra mahkota.

'Jika memang ingin melenyapkan para tokoh antagonis, kenapa harus menceritakan kemalangan mereka sih!'

Tak cukup sampai situ, kebencianku terhadap alur novelnya. Tentunya, fakta mengenai dalang dibalik alasan tindakan buruk para tokoh antagonis dapat hidup nyaman hingga novelnya berakhir, menjadi kemarahan tersendiri bagi para pembaca sepertiku.

'Apa apaan akhir bahagia ini!'

'Kenapa penjahat yang sebenarnya malah dibiarkan hidup!'

'Bagaimana dengan nasib para tokoh antagonis yang gereja kambing hitamkan seperti pangeran keempat!'

'Padahal selain wajah mereka tampan, para tokoh antagonis itu sebenarnya memiliki hati serapuh kertas. Terutama pangeran keempat yang tak tahu apa itu artinya kasih sayang.'

'Dia terlahir tanpa seorang ibu disisinya, dan dibenci oleh sang raja karena dianggap menjadi alasan dibalik hilangnya nyawa sang ratu. Dikucilkan di kerajaannya sendiri, dan difitnah sebagai pembawa sial yang bisa membuat semua calon tunangannya tiada.'

Faktanya dalang dibalik tewas dan hilangnya tunangan tunangan pangeran ke empat adalah para petinggi gereja, putra mahkota dan bahkan pangeran ke tiga. Bukannya pangeran kedua yang tak mendambakan tahta, ataupun pangeran keempat yang menjadi boneka gereja. Sejak novel cinta Saintess berakhir tamat dengan akhir yang menyebalkan, para pembaca termasuk diriku menjadi kesal hingga mengutuk authornya!

"Andaikan aku bisa masuk ke dunia novel itu, akan ku rubah semua jalan cerita yang dibuat Author sialan itu!" Aku terus mengumpat sepanjang malam setelah membaca akhir novel Cinta Saintess.

Awalnya aku mengumpat hanya karena kesal dan terlalu terhanyut dalam cerita, tapi siapa sangka ... ucapan tak masuk akalku, kini malah benar benar terjadi. Aku yang hanya merupakan seorang budak perusahaan, tersadar di tubuh seorang calon tunangan pangeran keempat. Putri Count yang ditakdirkan tiada di tengah perjalanan menuju acara pertunangannya.

....

Di sebuah cermin besar yang berbingkaikan emas, aku melihat wajah baruku. Mencubit wajah sambil bercermin untuk memastikan bahwa ini bukanlah sebuah mimpi. Rambut pirang sepanjang pinggang, mata emas yang menyerupai permata. Kulit putih semulus kulit bayi. Pakaian cantik berbordir lambang merak. 

"Dari sekian banyak orang, kenapa harus Lilian Audrey!" Aku begitu frustrasi hingga berteriak cukup kencang. Tapi rasa frustasiku tak hanya berhenti disitu. Semuanya menjadi jelas ketika suara ketukan pintu mulai terdengar di telingaku.

"Maaf mengganggumu Nona. Ada surat yang dikirimkan khusus untukmu, dan suratnya dilindungi oleh segel kerajaan."

Dialog itu terdengar familiar di kepalaku. Ini adalah dialog saat pelayan Lilian datang membawakan sebuah surat perintah untuk bertunangan dengan pangeran ke empat. Surat dari kerajaan, yang menjadi awal menuju maut Lilian Audrey.

'Apa ini harinya!' Aku gemetar membayangkan kematianku di dalam dunia novel, jika mengikuti alurnya. 

'Meskipun aku memang merasa kasihan terhadap pangeran keempat, bukankah waktunya terlalu mepet!'

'Bagaimana bisa aku lolos dari bendera kematianku yang akan terjadi besok!'

Aku begitu frustrasi, hingga tak menyadari bahwa pelayan Lilian sudah menerobos masuk tanpa seijinku. Membawakan surat berlambang kerajaan dengan wajah yang begitu khawatir. Kulit wajah yang nampak putih kecoklatan, rambut sepanjang bahu, serta mata indah sejernih dan sebiru lautan.

Lola wayn, pelayan pribadi Lilian Audrey yang sudah bersama dengan Lilian sejak kanak kanak. Keduanya begitu dekat hingga bisa dibilang saudara. Wajahnya nampak khawatir dan aku tahu betul apa yang ada dalam pikirannya sekarang.

"Berikan padaku suratnya!" Aku menerima surat dari kerajaan, lalu membukannya untuk memastikan. Sayangnya yang kupikirkan benar benar menjadi kenyataan.

'Datanglah ke istana besok, untuk bertunangan dengan pangeran ke empat!'

'Tertanda Raja Theodore!' Surat itu nampak dicap oleh lambang phoenix bertinta emas. 

Terdapat tiga jenis tinta stempel kerajaan. Biru, merah dan emas. Lambang phoenix bertinta biru, digunakan untuk dokumen resmi kerajaan. Lambang Phoenix bertinta merah, digunakan untuk mengundang atau bernegosiasi dengan seseorang. Sementara tinta emas, menandakan sebuah dekrit kekaisaran.

"Dasar raja sialan, dari semua hari ... Kenapa dia harus mengirimkan suratnya sekarang!"

'Bukankah itu berrti bahwa aku akan tiada besok!' Aku begitu panik hingga melupakan keberadaan Lola. Lalu perlahan tersadar, saat pelayan itu memanggil namaku.

 "No ... nona Lilian, apakah anda baik baik saja?" 

Aku memberikan surat kerajaan kepadanya untuk melihat reaksinya. 

"Ini ... "

Tubuhnya yang mungil nampak gemetar setelah kulemparkan pesan kerajaan yang telah selesai kubaca. Tampak jelas bahwa Lola begitu terkejut akan isi suratnya. Bagaimanapun dia sudah menganggap Lilian sebagai saudaranya sendiri. Melihat Lilian diminta untuk bertunangan dengan pangeran ke empat yang terkenal akan rumor nasib buruknya, tentu saja dia langsung panik.

Dekrit kekaisaran tak boleh ditolak begitu saja, jika tidak seluruh keluarga akan dimusnahkan. Tapi bertunangan dengan pangeran ke empat juga sama saja. Karena semua calon tunangan sebelum diriku, dikabarkan tewas setiap kali hendak berkunjung ke istana.

Lola tahu betul bahwa, jalan apapun yang kupilih maka kematian tetap akan menghampiriku. Jadi wajar saja jika dia bereaksi sepanik dan setakut itu.

"Ke ... kenapa harus pengeran ke empat?"

"Bukankah ini sama saja dengan meminta Nonaku mati!" Lola menjatuhkan dirinya hingga duduk menyentuh lantai dengan tubuh yang sesekali gemetar karena saking syoknya.

Bagaimana bisa dia tak merasa syok? Nona yang dia sayangi seperti saudaranya sendiri, malah ditakdirkan tiada tak lama lagi. Meskipun dalam suratnya terlampir bahwa kerajaan ingin agar aku bertunangan dengan pangeran ke empat, tapi fakta bahwa kebanyakan dari tunangan tunangan sebelumku tewas di tengah perjalanan menuju istana kan tak mungkin diabaikan!

"Kau harus lari bersamaku, Nona!"

"Hidupmu lebih penting dari pada semuanya!"

"Meski keluarga Audrey mungkin dihancurkan, setidaknya dengan kabur bersamaku masih ada kemungkinan kita akan bisa tetap hidup!" Lola berusaha membujukku seperti apa yang dia lakukan di dalam novel Cinta Saintess.

Sayangnya Lilian di dalam Novel berkata tidak karena tak ingin mengorbankan keluarganya. Begitupun diriku. Aku menolak untuk lari, karena itu bukanlah sebuah solusi. Akan tetapi, bersikap patuh seperti Lilian juga bukan sebuah solusi. 

Lilian dalam novel bersikap patuh terhadap perintah raja hingga mau pergi bersama utusan kerajaan besok. Tanpa memberi tahu orang tuanya yang saat ini sedang melakukan perjalanan bisnis, dan berakhir tiada karena keputusan terburu burunya. Lilian tahu betul kalau dia mungkin akan tiada, tapi tetap pergi demi untuk melindungi keluarga Audrey. Sayangnya pengorbanan Lilian tetaplah sia-sia. Semua karena keluarga Audrey tetap dibantai ketika mencoba menuntut keadilan atas kehilangan putri mereka.

'Tentu saja aku tak mau mengikuti alur menyedihkan itu!'

'Jangan harap pembaca ini akan mengikuti alur yang kau inginkan, Author Nim!'

'Jangan khawatir, Lilian!'

'Aku akan mencegah kehancuran keluargamu! Karena mulai sekarang akulah dirimu!'

'Akan kupastikan semuanya berjalan diluar kehendak sang Author!'

Aku begitu antusias saat larut dalam lamunanku, sementara Lola menjadi begitu khawatir karena melihat tingkahku yang nampak tak biasa.

"No ... Nona, kenapa kau malah tersenyum di saat seperti ini?"

"Ayo kita pergi sekarang!" Lola meraih tanganku dengan tampang yang begitu khawatir.

Tentunya aku tak menerima saran Lola. Karena anjurannya hanya mengantarkanku ke bendera kematian. Bagaimanapun juga, Duke yang menjadi utusan raja saat ini pasti sudah menyebarkan pasukannya untuk mencegah diriku kabur.

'Bicara soal Duke, kalau tak salah ... Dia adalah mata-mata dari gereja. Orang yang turut andil dalam rumor buruk dan kemalangan yang menimpa pangeran ke empat.'

'Berdasarkan cerita novelnya, seharusnya saat ini gereja belum mengalungkan artefak pengendali jiwa padanya kan?'

'Jika aku berhasil selamat dari bendera kematianku dan mendekati pangeran ke empat, maka bukankah hidupnya tak akan dikendalikan oleh gereja?' Sekali lagi aku tenggelam dalam lamunanku. Mengabaikan Lola yang sejak tadi mencoba untuk menarik pergi diriku.

"Ayolah Nona!"

"Nyawamu lebih penting dari apapun!" Lola terus bersi keras mengajakku lari dari rumah. Tapi aku terus melawan kehendaknya hingga berkata, "Aku tak akan pergi denganmu!" 

Lola nampak terkejut saat mendengar jawaban dariku. "Kalau begitu biarkan aku ikut denganmu besok!" Lola berusaha bersikap tegar mengikuti keputusan Nonanya. Sayangnya aku bukanlah Lilian, jadi aku tak akan bersikap sepertinya.

'Meski perintah raja adalah mutlak, bukankah tidak pergi besok adalah keputusan yang tepat!'

'Setidaknya aku tak akan langsung mati besok, dan bisa mencegah kematian orang tua Lilian yang ditakdirkan mati oleh putra mahkota sialan itu!'

...

"A ... Apa yang kau ucapkan barusan Nona!"

"Bagaimana bisa Anda memutuskan untuk tetap pergi!"

"Kau akan tiada jika pergi ke istana bersama Duke besok!" Lola meninggikan suaranya karena begitu terkejut akan keputusanku. 

Lola pasti sudah menduga keputusan ini, bagaimanapun Lilian dikenal sebagai pribadi yang begitu berbakti. Mana mungkin dia mau mengorbankan keluarganya hanya demi menyelamatkan hidupnya sendiri.

'Jangan khawatir Lola, aku tak akan mati semudah itu. Lagi pula yang harusnya mati adalah uskup gereja dan putra mahkota!'

Aku menyembunyikan rasa benciku terhadap tindakan putra mahkota sebelum mengenal Saintess Sophia. Bukankah wajar jika aku membenci orang yang menjadi penyebab kematianku dan kematian orang tua baruku?

"Aku tak akan kabur, atau pun pergi ke acara pertunangan besok!" Aku bersikap tegas tanpa keraguan sedikitpun. Membingungkan Lola yang sedari tadi menghawatirkan diriku.

"Ji ... Jika kau tidak pergi kemanapun, bukankah istana akan memusnahkan keluarga Audrey!"

Lola berteriak panik, karena alasan yang masuk akal. Sementara aku masih tetap tenang karena sudah mengetahui segalanya.

'Selagi ingatan tentang novel Saintess Love yang telah kubaca masih ada, memangnya ada yang bisa menakutiku?'

"Jika kita kabur, kau pikir orang orang Duke akan diam saja?" Aku menatap Lola dengan dingin. Dia pun segera menyadari bahwa Duke bukanlah orang yang sederhana, dia tak pernah bertindak sendiri. Kemungkinan besar, saat ini dia pasti sudah menyuruh orang-orangnya untuk mengawasi semua gerak gerik kami dari jauh.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Lola menunduk bingung. Tubuhnya terus gemetar karena membayangkan kematian yang sedang menunggu di masa depan.

"Jangan khawatir, aku tahu apa yang sedang ku lakukan sekarang."

'Meski Duke memiliki pengaruh kuat, dia tak bisa memutuskan untuk menghabisiku. Bagaimanapun raja tak menuliskan ancaman yang jelas dalam suratnya jika aku menolak permintaan untuk datang ke istana besok.'

Orang awam mungkin berpikir bahwa menolak dekrit sama saja dengan mencari mati. Sayangnya aku bukanlah orang awam yang tahu betul sela dari dekrit ini. Selagi tak ada tulisan jelas berupa ancaman kematian apabila menolak, asalkan aku beralasan dengan alasan yang masuk akal. Duke tak dapat menghukumku menghukumku tanpa memberi tahu jawabanku kepada raja terlebih dulu.

'Kau mungkin bisa menipu dan mengendalikan hidup begitu banyak orang.'

'Namun itu tak berlaku untukku!' 

'Karena aku tahu begitu banyak hal melalui novel Saintess Love!'

'Sambil menunggu kedatangan orangtuaku, dan kedatangan ajudan raja beserta prajurit yang mungkin datang lagi atas perintah raja. Entah untuk menghukumku atau merespon baik balasan dariku. Akan kubuat jalan keluarku sendiri!'

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status