Share

Ide

Part 5 Sebuah ide

Lina POV

Selama setahun ini aku melupakan tugasku sebagai seorang ibu. Karena tuntutan pekerjaan dan kesibukan mendampingi suami di masa pemilu. Aku menyangka, bahwa kehidupan rumah tangga anakku baik-baik saja, jika ada sedikit perselisihan, mungkin itu adalah hal yang wajar dan lumrah. Terlebih pernikahan mereka berawal dari sebuah ketidaksengajaan. 

Feesa adalah gadis baik-baik yang sudah membuat hatiku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Gadis yang memiliki nilai luhur dan budi pekerti yang baik. Gadis yang kuharapkan bisa meluluhkan hati anakku yang membeku. Mengurus segala keperluannya dan mendapatkan cintanya.

"Nak, saya kemari untuk meminta maaf atas kesalahan anak saya. Dan jika diperbolehkan, bisakah kami bertanggung jawab dengan menjalin hubungan yang lebih serius dengan dirimu agar masalah ini tidak menjadi bumerang bagi kami?"

"Tante jangan meminta maaf! Karena anak Tante tidak bersalah. Saya yang sebenarnya tidak bisa melihat jalan dengan baik, hingga menabrak anak Tante. Dan kami tidak tahu darimana datangnya, para warga itu menuduh kami tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Dan soal pertanggungjawaban, saya rasa itu tidak perlu, berita ini juga pasti akan tenggelam seiringnya waktu. " Aku melihat kebenaran dari sorot mata gadis itu, penuh kejujuran dan juga kecemasan. 

"Tapi karena anak saya, namamu jadi tercemar Nak?" Aku ingat akan gosip para warga pesantren yang mulai memanas. Mereka membicarakan berita yang tidak seharusnya mereka ucapkan. 'Bertemu berdua tanpa sengaja' mereka ubah menjadi 'perbuatan mesum anak Kyai dan calon bupati' mereka menambahkan bumbu pada setiap berita yang beredar, sehingga sedap dibaca walaupun mengada-ada.

"Anggap saja ini adalah cara Allah SWT menyanyangi saya. Saya bukan manusia yang sempurna, wajar saja jika mereka mengatakan hal yang buruk tentang saya," ada semburat kesedihan yang dibalut oleh senyum menawan saat gadis itu mengatakannya. Aku yakin jika gadis itu sebenarnya terluka dengan pemberitaan yang beredar. 

"Nak, biarkan kami perbaiki keadaan ini, jadilah keluarga kami, dan bantu kami memperbaiki nama baik kami. Memang terdengar egois, tapi itu semua juga demi kebaikanmu dan nama baik pesantren. Kasihan kedua orang tuamu juga." Walau sebenarnya aku tahu, bahwa ustad Harun bukanlah ayah kandung Feesa, Feesa adalah anak dari kakaknya Kyai Harun yang menikah dengan gadis keturunan Mesir. Sebab itulah Feesa memiliki kecantikan yang sempurna bagaikan Dewi Yunani. Sayangnya, anakku tidak pernah melihat hal itu.

Aku tahu semuanya, saat memeriksa rekaman CCTV yang sengaja aku pasang. Jelas sekali, anakku masih menutup diri dari perempuan, anakku juha tidak pernah memberikan kesempatan kepada istrinya untuk menjalani kehidupan yang baru. 

Aku harus melakukan sesuatu, beruntung aku tidak pulang terlebih dahulu, dengan alasan ingin numpang istirahat, lalu menyelinap masuk ke ruang kerja Angga, untuk melihat semuanya. Saatnya aku yang bertindak. Tidak sudi aku kehilangan gadis sebaik dan secantik menantuku.

Lina POV end.

✓✓✓✓

Sejak pulang dari kantor, Feesa mondar-mandir di kamarnya,  pikirannya masih melayang pada kejadian di kantor. Angga dan sekretaris itu seperti memiliki hubungan yang spesial, begitulah pikirannya. Ingin marah? Tentu saja, tapi mana berani? Feesa bukanlah istri yang disayangi seperti di film-film.

"Haruskah aku bertahan lebih lama, atau sudahi saja penantian panjang ini. Waktu seakan tidak pernah berpihak kepadaku, bahkan sampai saat ini, Mas Angga tidak pernah menganggap ku ada." Feesa menatap rembulan yang nampak muram. Mendung telah menutup wajahnya. 

"Apakah kau juga terluka, saat cahayamu tidak lagi ada yang memuja. Apakah nasibku juga seperti dirimu? Tertutup awan hitam dan kemudian menghilang." Air mata Feesa kembali menggenang. Hanya rembulan teman malam baginya, tempat mencurahkan hati yang telah tersakiti. Berharap rembulan bisa menjadi pendengar setia yang tidak akan pernah berkhianat. 

Feesa merapatkan tubuhnya pada jendela, melihat kembali sinar rembulan yang bersinar terang. "Kau masih tetap disana meski terluka, apakah kau ingin mengatakan kepadaku, untuk melakukan hal yang sama?"  Feesa tiba-tiba teringat sesuatu, paket kado yang dikirim oleh Saroh. 

"Kira-kira apa isinya ya?" Feesa menggoyangkan benda kotak yang setara dengan kardus mie instan. "Tidak ada suaranya," saking penasarannya, Feesa segara mengambil cutter dan merobek paket itu. 

"Apa-apaan ini?" Feesa membuka benda terbungkus rapi  didalamnya, beberapa plastik transparan yang isinya kemungkinan berupa baju. Setelah terbuka sempurna, Feesa

 menemukan potong baju you can see, membuka lagi dan lagi, ada hotpants pendek, juga dua drees pendek yang kemungkinan hanya mencapai sepertiga paha atas. "Baju apaan ini?" Feesa menenteng baju itu tinggi-tinggi sambil geleng kepala. 

"Feesa!" 

Deg

"Bukankah itu suara Mama?" , pikir Feesa, tapi kenapa masih ada di sini? Batin Feesa lagi. Bukankah mertuanya bilang mau pulang sejak tadi sore. 

"Ya Allah, kenapa aku bisa lupa?" Feesa menepuk jidatnya sendiri. Feesa lupa jika mertuanya bilang ingin menumpang istirahat sejenak untuk melepaskan penat. "Karena terlalu memikirkan kesedihan diri sendiri, sampai lupa jika ada mertua di sini." Mengeram dalam hati. 

"Ya Ma!" Masih di posisi yang sama. Feesa segera memungut benda aneh kiriman sahabatnya itu, lalu dia baru saja hendak masukkan ke dalam kardus seperti semula, keburu ibu mertuanya yang bernama Lina itu nyelonong masuk. 

Satu hotpants terlempar hingga sampai dibawah kaki mertuanya. Feesa sungguh panik luar biasa, tapi dengan anggunnya sang mertua mengambil benda itu, kemudian senyum manis terbit dibibir cantiknya. 

"Ituuu kado dari teman ma!" Takut jika ibu mertuanya salah paham. 

"Feesa!" Tatapan tajam mertuanya membuat Feesa tetap duduk di tempatnya. "Feesa, apa kau menganggap Mama sebagai ibumu juga?" Lina melipat kedua tangannya di dada. Setelah menyerahkan benda aneh itu kepada Feesa. Segera Feesa membuangnya ke dalam kardus. Lina tahu, menantunya sedang malu.

"Apa maksud mama? Sejak Mama meminta Feesa untuk memanggil Mama, sejak itulah Mama resmi menjadi ibu Feesa," mendadak udara menjadi dingin dan menusuk. Lina menatap Feesa begitu dalam, hingga gadis cantik yang berstatus sebagai menantu itu hanya bisa curi-curi pandang dengan dada berdebar.

"Kalian pikir, Mama tidak tahu akan kejanggalan rumah tangga kalian. Ada hal yang tidak seharusnya terjadi kepada pasangan yang menjalin ikatan pernikahan. Kalian mencoba membodohi mama?" Feesa menelan ludah dengan susah payah. 

"Ma!" suara serak Feesa membuat hati Lina terkoyak, perempuan paruh baya itu langsung memeluk menantunya dengan sayang. 

"Kenapa kamu sembunyikan semua itu dari mama Nak? Kenapa? Kamu menderita selama ini, dan mama tidak menyadari hal itu. Mama terlalu sibuk mengurus kesejahteraan banyak orang, sampai mama lupa memperhatikan kehidupan anak Mama sendiri. Kamu pasti tersiksa karena anak Mama!" 

"Ma!" 

"Stop! Mama tahu semuanya. Angga tidak pernah memberi kesempatan kepada hubungan ini. Apakah kau juga benci Angga?" Feesa menunduk sebab merasa malu, Haruskah dia jujur? "Feesa putriku, jawablah dengan jujur. Mama mohon!" Menggenggam tangan menantunya dengan erat. Feesa semakin malu dan salah tingkah dibuatnya.

"Ma, sebenarnya, Feesa mencintai Mas Angga, sebab itulah Feesa bertahan!" Meski lirih, Lina bisa mendengar suara itu dengan jelas. Senyum cerah langsung terbit di bibir Lina.

"Baiklah, jika seperti itu, kau harus mendapatkan hatinya." 

"Itu tidak mungkin Ma!" Feesa merasa tak mampu, ingin menyerah saja daripada hatinya terus saja terluka.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Sayang. Mama mempunyai sebuah ide agar kalian bisa bersatu." Feesa mendongakkan kepalanya, dia bisa melihat dengan jelas senyum penuh harapan dan akal licik tersirat dari wajah Lina. 

To be continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status