Share

Gadis Misterius

“Apa yang dilakukan mereka di tempat seperti ini?”

Terlihat perempuan itu sedang memikirkan sesuatu setelah ia selesai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sambil berdiri di samping mobil berwarna merah muda, seperti sedang menyusun rencana yang belum pasti.

“Aha ...! aku tahu apa yang bagus untuk kalian berdua,” ucap perempuan itu sambil menyeringai tertawa senang.

KEESOKAN HARINYA.

“Hei, putri tidur! Bangun?” panggil Claisya sambil menggoyangkan badan Riska yang masih tidur.

Riska langsung berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata yang masih redup. Seperti orang yang sedang mengumpulkan nyawa ke tubuh.

“Hmm! Riska ...!” seru Clasiya dengan nada yang manja.

“Hari ini tidak bisa,” sela Riska.

Setelah selesai dengan urusan paginya itu? Riska sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah langsung membalas dan tahu maksud tujuan dari Claisya.

“Ayu tidak mau bolos hari ini! Kakak juga tahu kan? Ada yang lebih penting sekarang,” lanjutnya sambil mengangkat tas.

“Ayolah ...! Cuma sebentar saja kok,” rayu Claisya sambil memeluknya dari belakang.

“Pulang dari sekolah saja kan juga bisa? Lagian kenapa sih. Harus selalu Ayu yang nemenin kakak?” jawabnya dengan kesal.

Claisya yang kehabisan cara itu pun langsung pergi keluar dari kamar Riska. Namun sesampainya di luar? Claisya menemukan cara ampuh yang pasti tidak bisa ditolak Riska.

“Emm! Riska? Sebenarnya Diary mu itu ...,” bisik Claisya.

Mendengar itu, sontak membuat Riska menghentikan persiapannya itu sembari menatap Claisya antara percaya dan tidak.

“Hah! apa? Jangan bercanda kak?” jawab Riska dengan terkejut.

“Oh iya benar! Kakak lupa? Kamu ada hal yang lebih penting hari ini. Jadi tidak bisa nemenin kakak,” sahut Claisya.

Sambil berjalan, Claisya keluar tanpa menoleh ke belakang. Namun usahanya itu pun tetap gagal? Setelah ia berada diruang tamu, dia masih belum melihat Riska belum datang menghampiri.

“Tin ...! tin ...!”

Terdengar suara mobil dari arah depan rumah.

“KAKAK ...! JANGAN SAMPAI KITA TERLAMBAT,” teriak seseorang dari luar.

Claisya yang sedang duduk menunggu bergegas menuju arah suara itu. Sempat terkejut begitu ia melihat Riska yang ternyata telah berada di luar memanggil.

“Ada maunya saja bersemangat begitu. Lagi pula ...,” gumam Claisya.

Claisya yang dibuat bingung oleh Riska tersenyum melihat tingkah adiknya itu sambil berjalan masuk ke mobil.

“Sejak kapan dia berada di sini?” lanjutnya dalam hati.

Hari itu mereka berdua menuju suatu tempat? Claisya yang harus menyelesaikan urusannya, sementara Riska yang selalu menemani walau terkadang harus di rayu dulu.

Sesampainya di tujuan mereka? Saat mereka berdua berjalan menuju masuk. Di tengah jalan Riska bertanya penasaran.

“Kak! Sepertinya tiba-tiba sekali? Biasanya kita kemari jika sudah selesai dari sekolah? Dan! Pakaian kakak juga tidak seperti biasannya.”

“Kakak mendapat kabar ada yang sedang tidak beres di kantor cabang. Kakak ingin mengeceknya sendiri,” jawab Claisya.

Di hari yang sebelumnya Claisya diberitahu oleh asistennya, bahwa salah satu kantor cabang mereka sedang bermasalah.

“Maaf nona! Mengganggu waktu Anda? Saya sudah mengecek salah satu yang nona perintahkan. Dan benar saja seperti dugaan nona.” 

“Karyawan kita yang sudah lama mengabdi, banyak yang di PHK tanpa alasan yang jelas. Sehingga rating cabang kita menurun secara drastis. Apakah saya harus mengurusnya, nona Clasiya?” lanjutnya.

“Tidak perlu? Saya akan mengeceknya secara langsung. Dan jangan beritahu siapapun saya akan datang,” tegas Claisya dengan sedikit marah.

Claisya yang menjelaskan alasan dia harus datang ke tempat itu.

Saat berada di pintu masuk? Mereka langsung di cegat oleh penjaga pintu utama.

“Maaf! Apa ada yang bisa saya bantu?” Salah satu penjaga menyapa mereka berdua dengan ramah.

Dan betul saja. Seperti dugaan Claisya. Memang benar di kantor cabang ini sedang ada masalah yang cukup serius.

Tidak seperti biasanya? Saat mereka datang disambut oleh manajer dan beberapa karyawan penting lainnya.

Namun sekarang? Baru saja mereka sampai sudah terlihat. Namun! bukannya memberi tahu siapa sebenarnya dia? Agar tujuannya tidak terbongkar. Claisya ingin mengikuti alur permainan itu.

“Kami ingin bertemu dengan manajer kalian? Bisa tunjukkan arah ke ruangannya?” tanya Claisya.

Namun saat penjaga itu ingin bertanya maksud dan tujuan mereka kemari. Datang seorang penjaga lainnya memotong pembicaraan mereka.

“Sepertinya kalian tersesat.”

Bukannya melayani tamu dengan baik! Salah satu penjaga itu langsung mencela mereka berdua.

“Hei dik! Ada urusan apa kalian ingin menemui manajer kami. Lebih baik kalian pergi dari sini. Ini bukan tempat yang bisa kalian masuk dengan mudah. Terlebih lagi sepertinya kalian ini masih anak sekolah,” lanjutnya dengan maksud meremehkan.

“KAMU...!” teriak Riska sambil menunjuk penjaga itu.

Melihat Riska yang sedang emosi. Claisya mencoba menghentikan Riska agar identitasnya tidak terbongkar.

“Pantas saja rating di sini menjadi turun. Ternyata seperti ini kelakuan kalian pada tamu,” pungkas Claisya sambil menatap penjaga itu.

“Hei! Kamu tahu apa tentang perusahaan hah. Lebih baik kalian pulang saja. Pagi-pagi begini sudah membuat ribut di kantor kami,” sahut penjaga.

“Lebih baik kalian menikmati masa sekolah kalian selagi masih sempat,” lanjutnya sambil bermaksud melecehkan mereka berdua.

Namun tindakan itu dihalangi oleh penjaga yang menyapa mereka tadi.

Seandainya saja penjaga itu tahu siapa yang ada di hadapannya itu. Pasti dia tidak akan berbuat seperti itu. Jangankan berbicara? Menatapnya pun pasti tidak berani.

“Hei anak baru! Beraninya kamu menghalangiku. Sepertinya kamu tidak ingin bekerja di sini lagi. Kamu tahu kan manajer saudara saya,” raung penjaga ke juniornya itu.

“Ma-maaf senior. Sepertinya senior tidak perlu melakukan itu? Mereka tamu juga tamu kita,” jawabnya.

Merasa diremehkan oleh juniornya. Dia ingin memberi pelajaran kepadanya.

Namun aksinya itu langsung dihentikan oleh seorang pria yang sudah cukup tua.

“Saya mendengar ada keributan di sini? Ternyata itu kalian. Apa kalian tahu akibat perbuatan kalian,” tutur pria itu sambil berjalan menghampiri kedua penjaga disana.

“Ma-maaf Pak! Bukan seperti itu.”

Salah satu penjaga itu berkata dan langsung berdiri tegak memberi hormat pada pria yang datang itu.

Tidak seperti juniornya? Penjaga yang bersikap angkuh itu tidak menghiraukan Pria itu.

“Ah! kamu lagi pak tua. Selalu saja! Tidak bisakah kamu memberi aku waktu sedikit saja untuk mengurus mereka,” ejek penjaga itu.

“Bisakah kamu bersikap sopan sedikit saja pada orang yang lebih tua darimu?” tanya pria itu.

Perdebatan pun terjadi di antara mereka berdua. Walau posisi pria itu lebih tinggi dari penjaga itu? Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lantaran manajernya adalah adik iparnya.

Pria itu sudah lama bekerja. Dia termasuk orang lama di situ. Kejujurannya dan pengabdiannya pada perusahaan membuat ayah Claisya sangat suka terhadap dia.

“Terserah kamulah pak tua. Kamu urus saja mereka! Aku sudah tidak tertarik,” ucap penjaga itu pergi sambil mendorong juniornya hingga terjatuh.

“Anda tidak apa-apa?” tanya Riska sambil menolong penjaga.

Namun? Bukan main terkejutnya pria tua itu, setelah melihat dan tahu bahwa tamu itu adalah direktur mereka yang sangat dihormati.

“Non-nona ...! maafkan saya tidak menyapa Anda terlebih dulu,” seru pria itu sambil ketakutan.

“Ke-kenapa nona muda! Bisa ada di sini. Setelah cukup lama,” lanjutnya sambil membungkukkan badan.

Pria itu adalah kepala staf di perusahaan itu. Dia cukup dihormati di sana. Tentunya membuat penjaga tadi tercengang. Melihat orang yang posisinya tinggi di perusahaan sangat ketakutan melihat tamu itu.

“Tidak usah bersikap formal begitu! Bukankah sudah saya katakan itu. PAMAN?” pungkas Claisya.

“Itu membuatku tidak nyaman,” lanjutnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status