“Ti-tidak nona! Saya yang salah. Saya malu karena kejadian ini. Sungguh! Di luar perkiraan saya.”
“Hei kamu? Cepat kemari dan beri hormat pada nona Claisya dan nona Riska,” lanjutnya sambil memanggil penjaga itu.
“MAAFKAN SAYA! Karena sudah menahan Anda tadi. Itu karena saya tidak tahu Anda. Sekali lagi maaf,” serunya dengan perasaan bersalah penjaga itu sangat ketakutan.
“Aku tidak peduli itu,” tandas Claisya secara tegas.
Tentunya jawaban itu membuat penjaga semakin ketakutan. Sampai dia berpikir inilah akhir dari pekerjaannya.
“Paman? Tolong antarkan kami bertemu manajer di sini!” lanjutnya.
Di saat mereka akan pergi? Riska memegang tangan Claisya dan membuat langkahnya berhenti.
“Kak ...!” gumam Riska.
Sambil perlahan memalingkan kepala ke arah penjaga itu. Claisya yang langsung paham akan maksud Riska langsung berkata.
“Maaf! Nama Anda sia
“Jadi. Kita harus bagaimana nona?” tanya pria itu.“Tunggu ...! terlalu dini jika langsung ke puncak? Sepertinya aku akan bermain-main dulu dengannya,” lanjutnya sambil menyeringai.Mereka pun pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sementara itu, Arav yang ingin mengembalikan diary pada pemiliknya sedang kebingungan. Lantaran dia tidak melihat Riska dan Claisya di sekolah. Karena tidak ada kabar, dia menanyakan pada siswa lain kenapa mereka tidak datang? Namun tidak ada satupun yang tahu alasan mereka tidak hadir.Sebenarnya Arav masih ragu siapa pemilik Diary itu., tapi dia yakin bahwa itu adalah milik Riska. Melihat dari awal dia menemukan diary, sampai dengan inisial di cover diary itu.Tidak berselang lama, Arav dikejutkan oleh getaran ponsel di kantong kanannya. Ternyata itu adalah pesan dari Ailen.“Untuk apa dia menghubungiku?” Arav dengan wajah kebingungan bertanya-ta
Melihat keadaan Ailen mulai resah, Arav melepas genggaman tangannya.Terlihat bekas merah tepat di pergelangan tangan Ailen, membuat Arav merasa bersalah akibat itu.“Ma-maaf Ailen! Aku tidak bermaksud membuat tanganmu seperti itu,” tutur Arav merasa bersalah.Namun bukan menjawab, Ailen pergi tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Itu tentu semakin membuat Arav merasa sangat bersalah terhadap Ailen. Bukannya mendapat penjelasan, malah menambah masalah baru lagi.Tidak lama berlalu setelah Arav duduk lemas. Dia bermaksud meninggalkan tempat itu untuk menenangkan pikirannya. Saat berjalan, langkahnya sempat berhenti, lantaran dia melihat Riska dan Claisya ternyata melihat semua kejadian barusan itu.Tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka? Arav bermaksud menjelaskan semua sambil dia juga teringat akan Diary yang ada padanya saat ini untuk dikembalikan.Melihat Arav yang berjalan ke arah mereka? Sontak saja, Claisya m
“Teman apaan ...! itu kan derita kamu sendiri. Kamu ini ya ...,” teriak kesal Claisya berdiri sambil mengambil tas dengan muka masam nya. “Sudahlah. Membuat pusing kepala saja. Kakak harus buru-buru,” lanjutnya berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Sementara itu dari arah belakang, Riska yang berteriak ingin meminta solusi dari Claisya. “Kak ...! kakak ...! bagaimana ini, masa pergi begitu saja sih.” Namun Claisya sudah terlanjur pergi, dan tidak mendengar teriakannya tanpa menghiraukan candaan Riska. “Huhh ...! dasar kakak. Setidaknya, pura-pura kan bisa,” lanjutnya bergumam. Kediaman Ailen. “Celaka ...! hei kalian. Bisakah menggerakkan tubuh kalian dengan cepat? Kalian akan mendapat masalah jika aku sampai terlambat,” teriak Ailen kepada pengawalnya yang sedang menunggu mobil berjalan dengan lambat. Ailen ingin bertemu dengan salah satu keluarga kaya raya di kota itu. selain urusan bisnis, ada hal lain ju
Semua orang mengatakan cinta itu adalah surga? Tapi bagiku cinta itu adalah penjara yang terbuat dari sangkar emas. Sementara aku adalah tahanannya. Riska claudya ayuniara, duduk termenung di samping jendela bernuansa biru setelah ia membukanya. Sehingga menampilkan halaman yang tropis di samping kamar, menampilkan pemandangan yang bisa membuat suasana hati begitu tenang. Sementara Riska menikmati itu duduk bersandar tepat di atas jendela sambil menyilangkan kakinya. “Riska! kakak tahu keadaanmu sekarang. Bagaimana jika kakak memberi bantuan? Tapi ingat, ini semua tidak gratis.” Seorang gadis berdiri menatap Riska sedang termenung di depan jendela yang saat itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Biarkan Ayu sendiri kak.” Riska yang manis itu menjawab tanpa menoleh sedikitpun, membuat gadis itu pergi tanpa menghiraukannya. Riska terkenal akan kepopuleran
“Tik ... tik ....”Perlahan ritme suara itu semakin cepat dan deras. Suara itu berasal dari arah jendela, sedangkan aku yang masih tertidur, dengan perlahan membuka mata, sambil menatap langit-langit kamarku.“Hujan. Hem ...! di saat begini, kenapa sesuatu yang tidak kusukai ini selalu mengingatkanku tentang dia.”Gadis cantik itu perlahan berjalan menuju jendela, masih dengan piyama kimono pink yang ia kenakan. Sambil membuka jendela, pandangannya tertuju langsung pada hujan yang turun itu. Sambil berpikir?“Bahkan langit saja sama seperti dia? Yang cerah berwarna hijau, lalu hitam mendung begini. Karena dibalik kebahagiaan? Juga harus siap menghadapi kesengsaraan.”“Ka …! sudah waktunya. Ayo? Cepat bersiap, supaya tamu kita tidak lama menunggu.”suara yang terdengar ragu itu, perlahan mendekat. Benar saja? Itu adalah ibu yang sedang datang. Menghampiriku dengan perlahan,
Arav adelard adnan, sehari sebelum tiba hari pertunangan itu, meminta untuk bertemu denganku setelah dia kembali dari luar negeri. Tentunya aku sangat senang, karena bisa bertemu kembali dengan dia setelah waktu yang cukup lama.Sedangkan di lain sisi, aku yang berpikir, keputusannya untuk menemuiku adalah untuk saling melepaskan kerinduan di antara kami berdua. Mungkin inilah waktu yang tepat.Aku yang sangat senang bertemu dengan Arav, ia langsung memelukku dengan hangat waktu itu.Namun aku merasa ada yang janggal dari itu, baru pertama ini aku merasakan tangannya bergetar.“Mereka siapa?”“Apakah mereka pasangan?”“Lelaki itu tampan juga. Tapi sayang, ya?”Terdengar suara berisik yang bisa kami dengar dengan jelas di sekitar kami.Dalam pertemuan itu, tidak ada kendala dan masalah sama sekali? Walaupun sedikit banyak orang yang memperhatikan kami? Namun selama
Tahukah kamu? Apa hal yang paling menyakitkan dalam pengkhianatan? Itu adalah sesuatu yang datang dari orang terdekatmu? Bukan dari musuhmu. Memaafkan orang yang kita kenal? Rasanya lebih sulit dibandingkan memaafkan musuh."Maaf ya tuan putri ...! Diriku akhirnya bisa sampai setelah melewati berbagai rintangan hanya untuk demi dirimu.”Kakak perempuanku yang tiba-tiba saja berada di belakangku.“Sumpah Riska? Macetnya sangat parah,” lanjutnya sambil membuka tasnya.“Tidak usah lebay gitu deh kak? Bilang saja kalau memang terpaksa?” jawabku dengan cemberut.Melihatku yang seperti itu, kakak langsung menyadari satu hal.“Hai Riska Claudya Ayuniara? Terkadang setiap aku berharap dari bangunku? Dan tidak mengingat apapun tentang adikku yang jelek ini.”Sambil bangun kakak secara tiba-tiba mencubit pipiku.“Tadi, saat waktu mau masuk? Kakak lihat Arav keluar terbur
Banyak yang bertanya mengapa aku bertahan dibalik penjara ini? Diam-diam aku tertawa dalam hatiku? Dan tidak menghiraukannya. Sebab jiwaku sedikit tenang melihat bunga yang mekar dengan indah di taman kecilku.Warna putihnya yang seperti salju? melambangkan kesucian dan kesejukan? Ditambah harumnya saat aku ingin menciumnya. Hanya dikala itu aku merasa nyaman walau sementara.Sebenarnya jatuh cinta itu tidak jauh seperti dua insan yang sedang memainkan permainan? Orang lain hanya boleh melihat? Akan Tetapi tidak boleh berpartisipasi di dalamnya.Bertemu denganmu adalah takdir? Menjadi temanmu adalah pilihanku? Namun jika jatuh cinta denganmu adalah diluar kendaliku.Awal Perjalanan Kisah Ini. (satu tahun sebelumnya)Hari yang terus berganti? Tanpa terasa hari libur telah usai. Pagi ini Riska dan Claisya bersiap untuk pergi sekolah? Sementara sopir pribadi mereka telah menunggu di halaman depan, ber