Riska, seorang gadis muda yang penuh semangat dan bersemangat untuk menemukan kembali kebahagiaannya, terjebak di bab pertama cintanya. Meskipun pengalaman buruk di masa lalunya membuatnya ragu untuk mencintai lagi, dia tidak pernah kehilangan harapan untuk menemukan cinta sejati. Ketika dia bertemu dengan Arav, seorang lelaki misterius yang telah menjalani kehidupan yang penuh dengan rahasia dan kepahitan, Rizka merasa mampu untuk melanjutkan perjalanan cintanya. Namun, pengkhianatan dari orang terdekatnya membuat Rizka merasa semakin terpuruk dan takut untuk mencintai lagi. Meskipun begitu, Rizka tidak pernah menyerah dan terus berjuang untuk menemukan kebahagiaannya dan belajar bahwa kebahagiaan tidak hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang melihat orang lain bahagia. Dapatkah Riska menemukan kebahagiaan sejati di akhir cerita dan menemukan cinta yang sebenarnya bersama Arav?
Lihat lebih banyakSemua orang mengatakan cinta itu adalah surga? Tapi bagiku cinta itu adalah penjara yang terbuat dari sangkar emas. Sementara aku adalah tahanannya.
Riska claudya ayuniara, duduk termenung di samping
jendela bernuansa biru setelah ia membukanya. Sehingga menampilkan halaman yang tropis di samping kamar, menampilkan pemandangan yang bisa membuat suasana hati begitu tenang.Sementara Riska menikmati itu duduk bersandar tepat di atas jendela sambil menyilangkan kakinya.
“Riska! kakak tahu keadaanmu sekarang. Bagaimana jika kakak memberi bantuan? Tapi ingat, ini semua tidak gratis.”
Seorang gadis berdiri menatap Riska sedang termenung di depan jendela yang saat itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Biarkan Ayu sendiri kak.”
Riska yang manis itu menjawab tanpa menoleh sedikitpun, membuat gadis itu pergi tanpa menghiraukannya.
Riska terkenal akan kepopulerannya? Sehingga banyak lelaki tampan dan kaya raya berusaha untuk memikat hatinya. Namun? Pada akhirnya semua ia tolak, lantaran ia hanya fokus untuk mengejar satu hal.
“Ini membuatku lelah. Setelah aku sadari, hanya membuat waktuku terbuang begitu saja,” pikir Riska, memandangi kelopak bunga yang jatuh.
Di perjalanan sebelumnya? Riska telah menemukan kebahagiaannya sendiri. Namun? Itu tidak bertahan lama, setiap ia menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia? Setiap di akhir pula ia harus kehilangan bahagia itu, entah itu direbut, di khianati, atau dimanfaatkan sebagai pelampiasan saja. Tentu ini semua membuat ia tidak percaya lagi tentang Asmara.
Begitu telah sampai di tengah perjalanannya? Riska yang masih tidak percaya akan semua itu. Dalam keadaan yang masih belum siap, malah mempertemukan dia dengan sosok pemuda yang selama ini ada dalam mimpinya.
Berbeda dengan sebelumnya, tidak butuh waktu yang lama untuk membuat hati Riska jatuh dalam pelukan pemuda itu.
“Hey Riska! Kau tahu kan? Pelukanku itu memang paling hangat sedunia,” ucap pemuda tampan itu dengan pandangannya yang terlihat sangat dalam.
Mereka menghabiskan waktu untuk bersama, saling memahami dan saling mencintai. Bahkan keduanya merasa nyaman jika bersama, sehingga membuat Riska melupakan kejadian pahit sebelumnya.
“Cuma kamu yang bisa membuatku menjadi lebih baik.” Pemuda tampan itu berkata sambil memegang tangan Riska yang halus.
Tidak berpacaran? Tidak ada menyatakan cintanya di depan masing-masing. Namun dalam hati saling mencintai satu sama lain.
“Ayu rasa, kita memang layak akan sesuatu yang indah.” Sambil tersipu malu Riska memalingkan pandangannya.
“Aku tidak berjanji akan bisa membuatmu bahagia. Namun aku janji akan satu hal? Aku tidak akan membiarkanmu melewati semua ini sendirian saja,” jawab pemuda itu sambil mengambil sesuatu dari sakunya.
Itu membuat Riska menangis bahagia, sampai ia tidak bisa menahannya lagi. Setelah lama menunggu, akhirnya, momen yang ia tunggu datang juga. momen saat ia dilamar pemuda itu.
Mereka berpikir, hubungan asmara itu bukan harus menyatakan cinta pada lainya. Namun, bagaimana sikap kedua orang itu saling menunjukkannya.
Namun? Jangan menyesal dan jangan menyalahkan siapapun jika itu malah menjadi bumerang bagi kita.
Setelah menghitung hari demi hari, detik demi detik? entah kapan Riska bisa bebas dari penjara ini.
Dalam benak Riska, hanya terus menghitung sambil memandang bunga yang sedang mekar dengan indah.
Namun keindahan itu datang hanya sementara saja? Layu dimakan usia, lalu mati.
Akan tetapi? kematian itu bukanlah akhir dari semuanya. Itu akan meninggalkan sesuatu yang indah untuk selanjutnya. Mati satu? Tumbuh seribu.
“Ka ...! bangun.”
seseorang yang datang membangunkanku dari mimpi indahku pagi ini.
“Emm! iya, sebentar ma? Tunggu 5 menit lagi.”
Aku yang masih berada di kasur perlahan membukakan mata mencoba untuk bangkit.
Aku yang sangat berharap ini semua hanya mimpi? karena hanya di dalam itulah aku bisa merasakan bagaimana bahagia itu.
Pagi ini adalah mungkin hari di mana aku harus mengambil keputusan yang begitu berat dan sulit. Antara harus mengikuti atau berpaling? mungkin begitulah ungkapan yang tepat untuk saat ini.
“Riska. Aku mohon untuk tidak usah menghadiri pertemuan nanti. Sungguh? Aku tidak sanggup melihat wajahmu.”
Sembari berdiri bersandar dekat jendela, Riska membaca pesan sehingga membuat air matanya menutupi layar ponsel itu.
“Semua ternyata sama saja.”
Perlahan memejamkan mata, Riska yang terjatuh duduk di sudut kamar dalam keadaan putus asa bergumam.
Walau keadaan masih seperti itu, perlahan ia bangkit. Bangkit dari keterpurukan yang menyakitkan itu, dan mulai berjalan di garis yang ditentukan.
Di mata orang sekitar? Riska adalah gadis yang pendiam, namun tegas dalam hal apa pun.
Disisi lain? dia adalah gadis yang selalu terlihat sederhana. Sangat populer, serta kepintarannya yang menambah nilai tambah dimata orang lain. Tidak sedikit banyak kaum lelaki yang tertarik akan dia.
“Maaf! Bukannya aku tidak menghargai usahamu ini? lebih baik kita berteman seperti biasa saja ya.”
Sambil menundukkan kepalanya, Riska pergi meninggalkan seorang lelaki yang menyatakan perasaannya itu.
Rambut hitam yang panjang, bola mata yang berwarna biru langit, serta badan tinggi yang ramping? tentunya ditambah paras wajah yang cantik menawan, dan gaya bicara lembut yang menunjukkan ciri khas pesonanya. Membuat mata tidak ingin berpaling walau sedetik saja.
“Siapa lagi yang ditolak sekarang ...?”
“Bertambah lagi hati yang kecewa ...,”
“Kenapa sih! Gak di terima saja. Padahal kan, ketua osis kita ganteng banget.”
Di sudut sekolah, terlihat dua siswi sedang memperhatikan dari kejauhan. Hanya ingin melihat, setiap lelaki yang ditolak perasaannya oleh Riska.
hari yang terus berganti, bulan dan tahun. Tanpa terasa, gadis cantik itu kini mulai tumbuh dewasa.
Karena sifat alaminya yang baik dan selalu mengalah pada asmara, selalu membuat dirinya berada dalam kegagalan. Sehingga rentan untuk dimanfaatkan.
Bukan hal yang baik saja pernah dia terima. Ada juga orang yang tidak senang dan iri melihat Riska.
“Seharusnya lu tahu diri. Sadar jadi orang! Sampai kapan pun kamu tidak akan pernah di level yang sama denganku,” hina seorang gadis dengan tatapan sinis sambil menyilangkan kedua tangannya mencoba menjatuhkan mental Riska.
Sementara Riska yang hanya bisa diam seribu bahasa dengan menggenggam erat kedua tangannya mencoba untuk bertahan.
Dengan berbagai macam keadaan? Masihkah mampu untuk berjalan di garis yang penuh akan rintangan ini. Bagaimana. Bagaimana gadis yang rapuh itu menemukan sesuatu yang telah hilang dari hidupnya.
Mampukah terlepas dari tekanan penjara hidup ini? Atau, memilih berkorban atau mengorbankan.
Mirip seperti bunga sakura. Sebuah pohon yang hanya bisa tumbuh di satu daerah saja di Indonesia. Bunga yang berwarna merah muda dengan corak putih di tengahnya, belum lagi daun yang hijau membuat suasana hati terasa tenang. Terlihat gadis cantik yang sedang duduk bersandar di bawah pohon itu dengan pena dan buku di tangannya sedang menulis sesuatu.
“Riska! Apa kamu baik-baik saja.”
Seorang lelaki membungkukkan badannya tepat di hadapan Riska yang sedang sibuk dengan tulisannya.
Lelaki yang menyapa sambil mengulurkan tangannya itu. Seolah sudah paham dengan keadaan Riska, ia tersenyum sambil menatap mata dengan perasaan yang dalam.
Melihat ke atas. Tidak jelas terlihat wajah lelaki itu, melihat dari bayangan sinar cahaya, membuat Riska sedikit mengejam mata. Sambil mengangkat sebelah tangannya, bermaksud menutupi cahaya yang menyilaukan itu.
Namun, lelaki itu langsung meraih tangan Riska dan mencoba membuatnya bangkit dari duduknya itu. membuat Riska berada dalam pelukannya.
Saat ingin melepaskan diri. Terdengar suara yang familiar di telinga Riska. Suara yang lembut namun tegas, membuat jantungnya berdetak kencang. Bahkan sampai lelaki itu juga merasakan detak jantung Riska.
“Ternyata kamu memang belum berubah ya! Riska claudya ayuniara.”
Wajah lelaki itu perlahan mendekat. Mata yang saling memandang, dengan senyum dia berbisik di telinga Riska.
Memang cinta itu bagaikan pedang bermata dua. Bisa membuat bahagia, dan juga sebaliknya. Seperti roda yang berputar! terkadang melayang tinggi, dan juga bisa terjun jatuh dengan berbagai ranjau di bawahnya.
Saking miripnya dengan pohon sakura yang hanya ada di jepang? Orang-orang setempat juga menyebut pohon ini adalah pohon sakura Gayo. Namun? Itu hanya sebuah julukan saja.
Renggali? Nama bunga itu. Terkadang bunga ini terlihat sangat indah, membuat suasana yang nyaman. Namun jika pada musimnya, bunga yang indah itu akan gugur layu pada saatnya. Hanya meninggalkan cabang saja, dengan bekas bunga yang pernah indah itu.
“Teman apaan ...! itu kan derita kamu sendiri. Kamu ini ya ...,” teriak kesal Claisya berdiri sambil mengambil tas dengan muka masam nya. “Sudahlah. Membuat pusing kepala saja. Kakak harus buru-buru,” lanjutnya berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Sementara itu dari arah belakang, Riska yang berteriak ingin meminta solusi dari Claisya. “Kak ...! kakak ...! bagaimana ini, masa pergi begitu saja sih.” Namun Claisya sudah terlanjur pergi, dan tidak mendengar teriakannya tanpa menghiraukan candaan Riska. “Huhh ...! dasar kakak. Setidaknya, pura-pura kan bisa,” lanjutnya bergumam. Kediaman Ailen. “Celaka ...! hei kalian. Bisakah menggerakkan tubuh kalian dengan cepat? Kalian akan mendapat masalah jika aku sampai terlambat,” teriak Ailen kepada pengawalnya yang sedang menunggu mobil berjalan dengan lambat. Ailen ingin bertemu dengan salah satu keluarga kaya raya di kota itu. selain urusan bisnis, ada hal lain ju
Melihat keadaan Ailen mulai resah, Arav melepas genggaman tangannya.Terlihat bekas merah tepat di pergelangan tangan Ailen, membuat Arav merasa bersalah akibat itu.“Ma-maaf Ailen! Aku tidak bermaksud membuat tanganmu seperti itu,” tutur Arav merasa bersalah.Namun bukan menjawab, Ailen pergi tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Itu tentu semakin membuat Arav merasa sangat bersalah terhadap Ailen. Bukannya mendapat penjelasan, malah menambah masalah baru lagi.Tidak lama berlalu setelah Arav duduk lemas. Dia bermaksud meninggalkan tempat itu untuk menenangkan pikirannya. Saat berjalan, langkahnya sempat berhenti, lantaran dia melihat Riska dan Claisya ternyata melihat semua kejadian barusan itu.Tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka? Arav bermaksud menjelaskan semua sambil dia juga teringat akan Diary yang ada padanya saat ini untuk dikembalikan.Melihat Arav yang berjalan ke arah mereka? Sontak saja, Claisya m
“Jadi. Kita harus bagaimana nona?” tanya pria itu.“Tunggu ...! terlalu dini jika langsung ke puncak? Sepertinya aku akan bermain-main dulu dengannya,” lanjutnya sambil menyeringai.Mereka pun pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sementara itu, Arav yang ingin mengembalikan diary pada pemiliknya sedang kebingungan. Lantaran dia tidak melihat Riska dan Claisya di sekolah. Karena tidak ada kabar, dia menanyakan pada siswa lain kenapa mereka tidak datang? Namun tidak ada satupun yang tahu alasan mereka tidak hadir.Sebenarnya Arav masih ragu siapa pemilik Diary itu., tapi dia yakin bahwa itu adalah milik Riska. Melihat dari awal dia menemukan diary, sampai dengan inisial di cover diary itu.Tidak berselang lama, Arav dikejutkan oleh getaran ponsel di kantong kanannya. Ternyata itu adalah pesan dari Ailen.“Untuk apa dia menghubungiku?” Arav dengan wajah kebingungan bertanya-ta
“Ti-tidak nona! Saya yang salah. Saya malu karena kejadian ini. Sungguh! Di luar perkiraan saya.”“Hei kamu? Cepat kemari dan beri hormat pada nona Claisya dan nona Riska,” lanjutnya sambil memanggil penjaga itu.“MAAFKAN SAYA! Karena sudah menahan Anda tadi. Itu karena saya tidak tahu Anda. Sekali lagi maaf,” serunya dengan perasaan bersalah penjaga itu sangat ketakutan.“Aku tidak peduli itu,” tandas Claisya secara tegas.Tentunya jawaban itu membuat penjaga semakin ketakutan. Sampai dia berpikir inilah akhir dari pekerjaannya.“Paman? Tolong antarkan kami bertemu manajer di sini!” lanjutnya.Di saat mereka akan pergi? Riska memegang tangan Claisya dan membuat langkahnya berhenti.“Kak ...!” gumam Riska.Sambil perlahan memalingkan kepala ke arah penjaga itu. Claisya yang langsung paham akan maksud Riska langsung berkata.“Maaf! Nama Anda sia
“Apa yang dilakukan mereka di tempat seperti ini?”Terlihat perempuan itu sedang memikirkan sesuatu setelah ia selesai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sambil berdiri di samping mobil berwarna merah muda, seperti sedang menyusun rencana yang belum pasti.“Aha ...! aku tahu apa yang bagus untuk kalian berdua,” ucap perempuan itu sambil menyeringai tertawa senang.KEESOKAN HARINYA.“Hei, putri tidur! Bangun?” panggil Claisya sambil menggoyangkan badan Riska yang masih tidur.Riska langsung berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata yang masih redup. Seperti orang yang sedang mengumpulkan nyawa ke tubuh.“Hmm! Riska ...!” seru Clasiya dengan nada yang manja.“Hari ini tidak bisa,” sela Riska.Setelah selesai dengan urusan paginya itu? Riska sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah langsung membalas dan tahu maksud tujuan dari Claisya.
Hari yang semakin sore, terlihat awan hitam berkumpul di langit? Membuat sinar sang mentari yang meredupkan cahayanya. Angin perlahan datang yang diikuti setitik demi setitik air yang turun dari langit.Di tengah obrolan yang hangat itu?“Hei Rav lu mau pergi?” tanya Ansel melihat Arav yang tiba-tiba bangun dari tempat duduknya.“Maaf Ansel? Gua ingin sendiri dulu,” jawab Arav dengan nada datar sambil bergegas pergi.Langkah kaki Arav semakin cepat begitu ia melihat di luar hujan yang sudah turun. Namun? Tepat di pintu keluar dan saat yang bersamaan? Terdengar suara yang membuat semua teman-teman Arav di ruangan itu tertuju ke arah suara itu.“Aduh! ma-maaf? Kami tidak tahu ternyata ruangan ini sudah ada orangnya?” ucap seorang gadis sambil menahan sedikit rasa malu.“Ah! tidak perlu minta maaf? Saya yang seharusnya meminta maaf,” jawab Arav sambil memungut kunci motornya yang jatuh.Nam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen