Home / Romansa / Rentenir Of Love / Betara, Zalila dan Indrita

Share

Betara, Zalila dan Indrita

last update Last Updated: 2021-05-09 18:03:28

Pertanyaan itu tak keburu terjawab, karena Mereka telah sampai rumah Zalila.

Zalila membuka pintu mobil sebelah kiri untuk turun, sementara Denis tidak turun dari mobil.

"Tidak masuk dulu, Pak?" tanya Zalila sebelum menutup pintu mobil.

"Tidak, Lil. Sudah malam, sampaikan saja salam saya pada Ibu," jawab Denis.

"Oh, ya sudah, nanti saya sampaikan," balas Zalila.

Zalila membuka pintu rumahnya yang tak terkunci, begitu masuk langsung terlihat ibunya yang tertidur duduk di bangku.

'Ibu' gumamnya.

Zalila mendekati Ibunya yang masih tetap tertidur, karena langkah Zalila sangat dipelankannya. Duduk di samping Ibunya, Zalila menatap wajah sang Ibu dengan sendu.

"Ibu! Ibu sehat terus ya, Bu. Jangan sakit lagi, aku tidak mau Ibu sakit lagi" ucapnya pelan.

Menatap wajah Ibunya semakin dalam, Zalila jadi teringat saat keadaan Ibunya yang kritis ketika berada di rumah sakit.

"Ibu anda harus segera di operasi, ginjalnya harus di angkat karena sudah terlalu rusak," ucap sang dokter.

"Operasi, dok?" tanya Zalila, bukan tak percaya namun Ia berharap ada jalan lain.

"Iya, betul," jawab lembut sang dokter wanita.

"Tapi, biayanya?" Zalila kebingungan mengenai biaya untuk operasi.

"Memang cukup besar, tapi hanya itu satu-satunya cara agar Ibu anda terbebas dari rasa sakit yang teramat sangat ini,"

"Saya berharap, anda mengusahakannya,"

Zalila tak bisa berkata-kata lagi, Ia terdiam hanya mendengarkan setiap perkataan sang dokter.

Zalila keluar dari ruang dokter, usai apa yang diberi tahu dokter semuanya telah tersampaikan.

"Gala!" teriak seorang ibu menangisi seseorang yang terbaring pada brankar dan di dorong cepat oleh beberapa perawat. Terlihat juga seorang bapak bertubuh sedikit gemuk, ikut mendorong.

Melewati Zalila brankar itu, hingga Zalila melihat jelas wajah pria yang terbaring tak bergerak itu berlumuran darah. Zalila bergidik ngeri, namun tetap melihat sampai brankar dan orang-orangnya menghilang berbelok kanan.

Zalila kembali teringat perihal operasi Ibunya yang harus segera dilakukan. Namun Ia bingung akan dapat uang darimana.

'Pak Denis' satu nama tercetus dalam pikiran Zalila.

'Tidak! tidak!' namun batinnya melarang.

Ia merasa malu jika meminjam uang dalam jumlah banyak kepada Denis, bosnya.

Hingga hari ketiga, Zalila belum mendapat uang itu. Keadaan Ibunya pun, sudah semakin parah.

Hari itu Zalila termenung di bangku depan rumahnya. Seorang tetangganya menghampiri.

"Bagaimana keadaan Ibumu, La?" tanya seorang Ibu kira-kira berusia sama dengan Ibunya Zalila, yang adalah tetangganya.

"Ibu harus dioperasi," jawab Zalila sambil tertunduk sedih.

"Lalu, apa kau punya biayanya?" tanyanya yang sebenarnya telah yakin dengan jawaban tidak.

Zalila memang tidak menjawab dengan kata tidak, tetap Ia menggelengkan kepalanya dengan pelan sebagai jawabannya.

"Bagaimana kalau kau pinjam uang dengan Tuan Betara?" sarannya.

"Siapa Tuan Betara?" sahut Zalila belum mengenal Betara.

"Dia orang terkaya di kampung sebelah, tetapi...," jelasnya terpotong, tak sanggup meneruskan untuk menceritakan tentang Betara yang sudah terkenal sebagai rentenir kejam.

"Dia bisa meminjam mu uang, Zalila," ucapnya lagi pada intinya.

"Benarkah?" timpal Zalila tak percaya.

"Cobalah kau datangi, Tuan Betara," lanjutnya.

Malamnya di Rumah Sakit, Zalila merenungkan saran dari tetangganya itu. Ia juga tidak mengambil habis apa yang disarankan itu.

'Pasti ada imbalan yang harus diberikan, jika Tuan Betara itu sampai mau meminjamkan uang dengan jumlah besar, tapi apa ya?' gumamnya.

'Tapi apapun itu, aku harus pinjam uang dengan Tuan Betara itu'

'Ya, aku harus ke sana'

Zalila terus berkata-kata sendiri, bertanya sendiri dan menjawab sendiri.

Zalila telah sampai di rumah Betara, setelah sebelumnya Ia mencari-cari dan bertanya-tanya pada siapapun yang ditemuinya. Anehnya, setiap orang yang ditanyainya selalu berpesan agar sebaiknya tidak berhubungan dengan Tuan Betara.

Namun Zalila tidak peduli, walaupun Ia sempat merasa khawatir juga.

"Hey, mau apa kau kesini, nona ?" tanya seorang Laki-laki bertubuh kekar.

"Sa-Saya ingin bertemu Tu-Tuan Betara," jawab Zalila ketakutan.

"Tak biasanya gadis kecil yang ingin bertemu Tuan Betara" katanya sambil memperhatikan Zalila.

Kemudian Ia masuk ke dalam rumah besar itu. Tak lama, laki-laki bertubuh kekar itu muncul bersama dua orang di depannya. Dua itu adalah sepasang suami-istri, dengan pakaian selayaknya Tuan dan Nyonya. Mereka berjalan semakin mendekati Zalila.

Zalila menatap dalam pada Betara dan Indrita. Ia seperti pernah melihat kedua wajah itu.

"Kau rupanya," ucap Betara seperti sudah mengenal Zalila.

"Tuan, mengenal saya?" Zalila memberanikan diri bertanya.

"Siapa dia, Pi?" tanya wanita disampingnya yang tentunya adalah Indrita, istri Betara.

"Kau anak Jalil, kan?" pertanyaan Betara sekaligus menjawab pertanyaan Istrinya.

"Benar, Tuan? Bagaimana, Tuan mengenal almarhum bapak Saya?" tanya Zalila, ketakutannya mulai sedikit berkurang.

"Oh, jadi ini anaknya Jalil," timpal Indrita.

Zalila semakin keheranan dengan Indrita juga mengenal Bapaknya.

"Untuk apa, kau kesini?" tanya Indrita ketus.

Betara yang juga ingin mengetahui tujuan Zalila, menatap dan juga menunggu jawaban dari Zalila.

"Sa-Saya ingin meminjam uang, Tuan! Nyonya," jawab Zalila, rasa takutnya datang lagi.

"Oh!" pekik Indrita melirik Betara, kemudian mereka saling tertawa seperti kegirangan.

"Kau datang kepada orang yang tepat, cantik," ucap Betara.

"Cantik? apa maksudmu berkata seperti itu, Pi?" cemburu Indrita.

"Oh, maksudku, Zalila," elaknya.

"Benar, kan. Namamu Zalila?" tanya Betara.

"Benar!" jawab Zalila, lagi-lagi keheranan dengan Betara yang juga mengenal dirinya.

"Katakan, berapa yang kau butuhkan?" tawar Betara.

"Benar, Zalila. Kau tidak usah sungkan," timpal Indrita.

"Katakan saja, kami pasti akan memberikan," lanjut Indrita, kemudian Ia menatap Betara yang juga balas menatap. Ada senyum aneh yang tersungging di bibir mereka.

"Lila, kau sudah pulang, Nak?" tanya Radiah telah bangun dari tidurnya. Pertanyaan itu mengagetkan Zalila, hingga membuyarkan semua lamunannya tentang Betara yang bersedia meminjamkan uang dalam jumlah besar padanya. Tetapi ada udang di balik batu, ada tujuan tertentu dari itu semua.

"Ibu kenapa tidur di bangku?" tanya Zalila.

"Ibu menunggu mu pulang," sahut Radiah.

"Bu, Tuan Betara mengapa begitu mengenal Bapak?" tanya Zalila. Pertanyaan yang belum sempat Ia tanyakan pada Ibunya.

Zalila hanya memberitahu bahwa Ia telah meminjam uang dari Betara untuk biaya operasi Ibunya. Walaupun setelah itu, Ia harus mendapat Omelan keras dari Ibunya, karena apa yang dilakukannya itu adalah suatu kesalahan yang besar. Namun akhirnya, Ibunya mengerti dan menerima apa yang dilakukan Zalila itu semata-mata untuk dirinya jua.

Radiah memang belum menjelaskan bagaimana bersikeras nya perlawanan Bapaknya terhadap Betara.

"Tuan Betara memang sudah sangat menginginkan tanah dan rumah kita ini, Lila," ungkap Radiah.

"Dia berusaha sekali membujuk almarhum bapakmu untuk bersedia menjual rumah ini. Tetapi bapakmu selalu menolak.

"Hm, pantas saja perasaan ku pun tidak ingin memberikan rumah ini pada Tuan Betara, walaupun Ia mengatakan akan membelinya dan hutang kita lunas," ungkap Zalila.

"Dia mengatakan hal itu padamu?" tanya Radiah terkejut.

"Itulah yang terjadi di pagi dua hari lalu, Bu," jelas Zalila, baru menceritakannya.

"Tapi, kok aneh ya, Bu? Tuan Betara, belum ada kabar lagi. Dia bahkan meminta ku memberi kepuasan sore harinya,"

"Keputusan apa, Zalila?"

"Sebenarnya, Tuan Betara meminta ku untuk memilih menyerahkan tanah kita sebagai bayaran hutang dan bunganya, atau--," Zalila diam tak melanjutkan ucapannya.

"Atau apa, Lila?" tanya Radiah.

"Atau Ia akan membeli rumah kita, saat ini juga, Bu,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rentenir Of Love   Siapa Yang Berbohong

    Dengan mendorong kursi rodanya sendiri, Gala lebih mendekat pada Zalila, Denis dan si bibi yang tengah membicarakannya."Nah, tu dia. Si tuan muda!" Pekik Denis.Zalila menatap nanar pada Gala, entah rasa apa yang dirasakannya. Ia pun tidak mengerti."Zalila!" Panggil Gala."Hey, tuan muda. Berdirilah, tunjukkan pada Zalila kalau kau sudah bisa berjalan," ucap Denis tajam.Gala tidak menyahut, Ia tetap duduk tenang pada kursi rodanya."Apa aku harus memaksamu?" Denis semakin mendekati Gala kemudian Ia memegang kerah baju Gala dengan kasar."Mas Denis!" Teriak Zalila terkejut.Si Bibi pun terkejut dengan apa yang dilakukan

  • Rentenir Of Love   Apa Benar?

    "Baiklah, aku akan datang," ucap Zalila menutup perbincangannya melalui telepon.Di Lain tempat, Indrita turun dari lantai atas rumahnya tepatnya keluar dari kamarnya. Berniat untuk mengambil makanan di lemari es untuk menemaninya membaca novel, karena merasa belum mengantuk. Bak nyonya besar piyama yang ia kenakan pun terlihat mewah.Belum sampai pada lemari es langkahnya terhenti, Ia terkejut melihat Gala. Kemudian Ia segera sembunyi di balik tembok.'Gala!' gumamnya dengan wajah dan mata yang begitu terkejut. Dari balik tembok ia terus memperhatikan Gala sampai putranya itu masuk ke dalam kamarnya.Begitu Gala menutup pintu kamarnya, Indrita segera berlari menaiki tangga dengan tergesa-gesa.Terengah-engah masuk ke kamarnya, melihat pada Betara yang sudah terti

  • Rentenir Of Love   Gala Tak Mau Berlatih lagi

    "Pulang denganku, kau mau kan, Zalila?" Tanya Arkan yang sebenarnya hanya untuk memancing kecemburuan Lucy."Oh, tentu aku mau. Kau tidak membawaku di depan, bukan? Lalu Lucy dibelakang," bercandanya Zalila.Arkan pernah meledek Zalila dengan tubuhnya yang imut, Arkan berkata akan membonceng Zalila tetapi posisinya Zalila di depan kemudi layaknya membawa anak kecil.Arkan dan Zalila tertawa bersamaan membuat Lucy semakin cemberut."Sudahlah, Arkan. Kau jangan membuat Lucy marah," ucap Zalila usai tawanya terhenti."Aku duluan, ya!" Pamit Zalila akhirnya."Hati-hati di jalan, okey!" Teriak Arkan."Oke, akur-akur lah kalian berdua," balas Zalila kemudian berlalu.****Zalila kembali menemui Gala yang tengah bersama kedua orang tuanya.Tak berkata-kata, Indrita dan Betara meninggalkan Gala bersamaan mendekatnya Zalila.Zalila tak mengerti dan tak mengetahui apa yang dibahas keluarga kecil itu, yang pasti tak a

  • Rentenir Of Love   Kecemburuan Lucy

    "Bisakah kau pulangkan Zalila? ibunya sakit," ucap Denis menjawab pertanyaan Gala."Apa? Ibu sakit?" sosor Zalila mengambil handphone Gala dari tangan Gala.Gala yang sempat terkejut dengan aksi Zalila kini melihat Zalila sambil mengerutkan keningnya."Mas Denis! mas Denis! bagaimana keadaan ibu sekarang?" cecar Zalila panik."Ya, kau pulang dulu saja," sahut Denis."Iya, iya, Mas Denis. Aku pulang," sahut balas Zalila.Percakapan dalam sambungan telepon pun berakhir. Zalila baru tersadar jika kini Ia telah memegang handphone Gala."Maaf, tuan muda. Ini...handphonenya," perlahan dan malu-malu Zalila mengembalikan ponsel Gala."Tadinya kau bilang aku saja yang terima, akhirnya kau rebut juga handphoneku," ledek Gala."Maaf, tuan muda," wajah Zalila memerah."Tuan muda, saya harus segera pulang. Ibu saya, ibu saya," panik Zalila seketika teringat ibunya."Ya, pulang lah!" sahut Gala."Terimakasih, tuan

  • Rentenir Of Love   Zalila dan Gala Semakin Dekat

    "Mas Denis memang atasan saya, tapi kami sudah pernah bertemu sebelumnya. Jadi sedikit akrab," jelas Zalila sambil menatap Gala."Oh!" timpal Gala pendek.Pagi harinya, Zalila memang tak pulang lagi semalam."Terimakasih, Mas Denis!" ucap Zalila mengakhiri dari menelpon Denis, untuk meminta lagi pertolongannya memberi kabar kepada Ibunya."Ini tuan muda, handphonenya." Zalila mengembalikan ponsel milik Gala yang Ia pinjam untuk menelpon Denis."Kau boleh pulang, Zalila! lupakan kesempatanmu dengan Mami," ucap Gala setelah menerima handphonenya."Maafkan aku!"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku pikir, kau adalah seorang suster yang bekerja untuk merawat ku, ternyata ini adalah tuntutan dari keluarga ku." Gala membelakangi Zalila, merasa tak enak dengan Zalila."Jadi, selama ini tuan muda tidak tahu siapa saya?" Zalila terhenyak. Dia mengira Gala telah tahu tentangnya dan perjanjiannya."Jadi...!" henyak Zalil

  • Rentenir Of Love   Gala Tahu Yang Sebenarnya

    'Cepat datang kesini sekarang juga!' ucap Indrita dalam sambungan telepon.'Tapi, Nyonya, ini sudah malam sekali' sahut Zalila.'Saya tidak peduli' tandas Indrita.Tut...Sambungan telpon pun terputus.Zalila kebingungan dengan apa ia akan kesana, kendaraan umum tidak mungkin ada jam segini. Namun ada hal lain yang membuatnya lebih bertanya-tanya lagi, apa yang membuat Nyonya besar itu menyuruhnya datang semalam ini.'Apa ada hubungannya dengan tuan Gala? tapi apa yang terjadi dengan tuan Gala?' gumam Zalila.'Oh, Tuhan. aku sangat mengkhawatirkannya' gumamnya semakin khawatir.Tiba-tiba, Zalila teringat satu nama.'Mas Denis!'Zalila teringat akan ucapan Denis.'Kalau ada apa-apa, kau boleh meminta bantuan ku''Tapi, apa aku tidak mengganggunya malam-malam begini meminta bantuannya?' pikir Zalila.Zalila mondar-mandir kebingungan. Apakah Ia akan meminta bantuan Denis yang adalah bosnya.

  • Rentenir Of Love   Semangat Untuk Gala

    Gala menatap Zalila tajam, membuat Zalila mundur beberapa langkah."Kenapa tidak kau lakukan saja apa yang ingin lakukan tadi, sekarang?" ucap Gala."Meskipun aku tidak dalam keadaan tidur pun, aku tidak bisa melawan, bukan?" Gala melemahkan ucapannya merasa dirinya lemah."Ti-tidak, tuan muda. Tuan muda, hebat kok," timpal Zalila tergagap."Bilang saja aku ini laki-laki lumpuh tidak berguna." Gala memalingkan wajahnya menyembunyikan sendunya."Tuan Gala, diluar sana pasti sudah menunggu orang-orang yang dulu mengenal tuan yang gagah. Aku yakin mereka merasa kehilangan tuan Gala saat ini," hibur Zalila."Karena itu demi orang-orang yang mencintai tuan. Anda harus bisa bangkit lagi, tuan harus bisa berjalan lagi kemudian hadir di hadapan mereka." Zalila terus memberi semangat kepada Gala.Ujaran semangat Zalila ternyata mengena di hati Gala."Kau yakin seperti itu?" tanya Gala."Yakin Tuan! Ayo, kita belajar berjalan lagi

  • Rentenir Of Love   Mulai Belajar Berjalan

    "Kau bilang tidak akan melanjutkan perjanjian dengan gadis itu. Tapi kau biarkan dia bersama Gala," Ucap Betara seraya menuruni anak tangga."Ya biarkanlah, Pi. Lagi pula aku sudah mengancam dia agar tidak main-main," jawab Indrita sambil melangkah menuju sofa, kemudian Ia duduk di sana."Aku tidak yakin si Bibik bisa menjalani dua pekerjaan sekaligus, bisa tidak masak dia," lanjutnya."Dia itu lamban sekali dalam bekerja," katanya lagi."Ya sudah, jika begitu maunya mami," balas Betara."Oh ya, Pi. Jam sembilan nanti jadikan, kita survei lokasi lagi," tanya Indrita."Ya, dari semalam aku menghubungi si Jhon. Tapi tidak diangkat juga, dia juga belum telpon balik." Betara kebingungan tentang orang yang pernah mengadakan kerjasama dengannya, bahkan Ia yang telah menginvestasikan lebih banyak."Masih sibuk mungkin, si Johan," tebak Indrita.Matahari semakin bersinar seiring berjalannya waktu. Zalila mengajak Gala menghirup udara d

  • Rentenir Of Love   Gala Cemburu

    "Dasar wanita, kalian semua sama saja. Murahan," marah Gala sendirian, menggebrak kursi rodanya.Ya, Gala lah yang tadi melihat Zalila yang seperti memeluk Denis disaat hampir terjatuhnya tadi. Ia bersama Betara mengikuti Zalila sampai Rumahnya. Tentu itu atas kemauan Gala yang sebenarnya berniat ingin lebih jauh mengenal Zalila.Gala begitu marah melihat kejadian tadi. Ia mengira Zalila benar-benar memeluk Denis. Entah Ia cemburu atau tidak suka dengan wanita yang menurutnya begitu mudah jatuh ke pelukan seorang pria.Dada Gala begitu terbakar rasa marah kepada Zalila, Ia tadinya Ia berfikir jika Zalila berbeda dengan gadis atau wanita lain yang selama ini Ia temui. Namun akhirnya pandangan predikat wanita baik terhadap Zalila, kini terpatahkan dengan peristiwa tadi.Sementara Betara pun mengadukan apa yang dialaminya bersama Gala tadi kepada Indrita."Gala terlihat cemburu, saat gadis miskin itu bersama laki-laki lain?" ulang Indrita bertanya usa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status