Share

Ibuku Hebat

Aku adalah seorang siswa SMP, namaku adalah Adelia Azzahra, panggilanku adalah Adel. Dalam keluargaku, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku. Mereka sangat mencintaiku dan setiap hari kita selalu meluangkan waktu bersama-sama.

Pada saat aku mulai masa-masa pergaulan dan mulai meminta sesuatu yang macam-macam yang segera aku dapatkan, aku pernah merasa sangat kesal sama ibuku tanpa sebab yang pasti. Ketika ibuku menasihatiku aku selalu melawan, aku selalu mengamuk-ngamuk dengan dia, bahkan apabila permintaanku kepada ibu selalu ditunda-tunda olehnya, aku sangat marah sekali bahkan sampai-sampai barang-barang disekitar rumah telah diobark-abrik olehku tepat dihadapan ibu.

Walaupun aku sering melawan dan mengamuk-ngamuk, ibuku tidak marah dan mengucapkan kepadaku “Nak yang sabar, besok pasti ibu kasih” sambil merapikan barang-barang yang telah ku obrak-abrik.

Aku semakin marah kepada ibuku namun tidak berapa lama kemudian bapakku telah datang “Del Ada apa ya?” Tanya bapak kepadaku.

“Hmhmhmhm tidak apa-apa kok” sambil melangkahkan kakiku menuju ke kamar tidur. Tidak tahu mengapa bapakku merasa sangat takut berbeda dengan ibuku.

Ketika aku bangun tidur secara langsung aku menuju ke kamar mandi lalu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Sebelumnya aku telah melihat kondisi meja makan yang menu makanan sudah disiapkan oleh ibu untuk makan pagi bersama dengan bapak. Ibuku tidak pernah bergabung untuk makan pagi dengan kami, ibuku hanya saja menyiapkan menu sarapan saja.

“Kamu ingin sarapan lauk apa Nak?” hampir setiap pagi ibuku selalu bertanya kepadaku setelah dia sarapan.

“Terserah ibu yang penting enak” meringis.

Setelah itu ibu berkemas-kemas untuk pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk menu makan siang dan menu makan malam nantinya. Ketika aku akan berangkat kesekolah, aku jarang bertemu ibuku, namun beliau selalu mengasih saran kepadaku dan bapak sebelum aku berangkat menuju ke sekolah dan bapak sebelum berangkat kerja supaya aku dan bapak selalu berhati-hati dijalan. Aku hanya berpamitan dengan bapakku yang akan berangkat kerja.

Ketika pulang dari sekolah “Assamualaikum, Assamualaikum” lalu aku masuk kedalam rumah dan melihat ibuku sedang tidur di depan televisi setelah masak untuk makan siangku dan menungguku pulang dari sekolah hingga tertidur lelap. Aku telah melihat wajah ibuku yang berkeringat disebabkan kecapean mengurus segala kebutuhan rumah tangga sendirian setiap hari.

“Oh, Adel sudah pulang?” tiba-tiba ibu telah terbangun. Aku sangat kaget.

“Iya ibu” berjalan menuju kamar tidur.

Ibuku memintaku agar aku segera makan, namun aku telah tertidur hingga aku lupa untuk makan siang. Justru aku marah-marah kepada ibuku ketika dia telah membangunkanku. Malam harinya aku baru makan malam bersama bapak dan ibu. Aku telah melihat lauk makanan ibu yang tersisa hanyalah sedikitn namun laukku tersisa sangat banyak padahal aku tidak pernah membantu ibu memasak, bahkan disuruh nyapu halaman saja aku menolaknya.

Pada hari minggu, orang-orang biasa melakukan kegiatan yakni membersihkan rumah selama hari libur. Ketika itu aku telah tertidur nyenyak hingga aku bangun kesiangan, aku tidak melakukan apapun, pada saat aku diluar kamarku aku telah melihat ibuku sedang membersihkan kaca lalu atap rumah, dilanjutkan dengan menyapu dan mengepel “Del tolong bantu ibu sini jangan tidur melulu” ujar ibu. Aku menolak perintah ibu kemudian aku segera melangkahkan kakinya menuju kerumah nenekku yang dekat dengan rumahku.

Ketika aku sudah pulang, aku telah melihat ibuku dan bapakku sedang berbicara di depan televisi, aku tidak ingin menganggunya. Aku memang sedang sebel dengan ibuku meskipun ibuku tidak pernah salah denganku. Akan tetapi aku sangat senang melihat mereka berdua bahagia. Aku mengharapkan bahwa aku bisa tetap bersama untuk selama-lamanya.

Namun ternyata dugaanku salah ternyata bapakku saat ini telah berubah menjadi orang yang tidak peduli lagi dengan keluarga sehingga kebahagiaan keluargaku semakin berkurang. Tidak tahu mengapa bapakku sifatnya seperti itu, sebelumya bapakku tidak pernah kasar seperti biasanya begitu juga ibukku yang selalu suka marah-marah dengan penampilan wajah yang sangat sensitif. Bapak yang dulu dikenal ramah dan baik namun saat ini dia suka memarahiku.

“Bapak, aku minta dibelikan hand phone baru” aku mohon kepada bapak

“Hand phone sudah dua saja masih kurang, kamu pikir cari uang itu gampang? Sana minta saja sama ibumu” sambil marah-marah lalu pergi

Aku tidak dapat menahan mendengar ucapan bapakku sehingga aku menangis “Insyallah Nak ibu akan membelikan” ujar ibu menghiburku. Bapak yang selalu pulang malam hari kini sudah tidak lagi merasakan masakan ibu, padahal ibu susah payah memasak sendiri.

Ternyata tidak kuduga hand phone yang dulu pernah kuminta sama bapak sudah dibelikan oleh ibu dari uang pinjaman. Ibuku rela melakukan semuanya ini hanya demi aku “Terima kasih ibu” sambil tersenyum. Aku merenung sekejap setelah ibuku pergi “Betapa tulusnya kasih sayang ibu kepadaku, padahal aku tidak pernah membantunya”

Tanpa kuduga bapakku ingin mengajukan cerai ibuku. Suatu hal yang tidak pernah sama sekali terduga olehku peristiwa itu telah terjadi di keluargaku yang dulunya itu tentram, saat ini telah muncul masalah, aku selalu melihat bapak dan ibu bertengkar setiap saat, bapak selalu memarahi ibu hingga ibu menangis. Aku sangat bingung melihat kedua orang tuaku tidak seakrab dulu. Aku selalu memanjatkan doa supaya keluargaku bisa tentram seperti dulu lagi. Kemudian aku pergi untuk bermain di rumah temanku, selama di perjalanan aku telah melihat bapak bersama seorang perempuan lain sedang berjalan dan bercanda lalu aku tidak bisa menahan air mataku. “Ada apa Adel?” ibu bertanya kepadaku. Aku hanya bisa terdiam dan mengusap air mataku, aku tidak ingin menceritakan kepada ibu sebabnya sangat kasihan, aku tidak ingin melihat ibu sedih.

Bapak memasang muka yang sangat marah setiap kali pulang, ibu berupaya ngasih perhatian dan menyapa bapak, namun bapak cuek tidak memperhatikan ibu. Ibu masih berjuang supaya bapak tidak mengajukan cerai. Tidak tahu mengapa ibu seperti itu, berusaha semaksimal mungkin namun bapak tidak mempedulikannya. Bahkan saat ini aku benar-benar marah kepada bapak. Meskipun seperti itu, ibu masih terus menjalankan tugasnya sebagai seorang istri yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, padahal disisi lain ibu juga bekerja di luar rumah. Ibu tidak pernah merasa lelah sama sekali. Ibuku juga tidak pernah meninggalkan kewajibannya untuk beribadah.

Pada saat aku ada masalah seseorang yang selalu membantu menyelesaikan adalah ibu. Ketika aku sedang sakit seseorang yang pertama kali yang merasa cemas dan selalu merawatku tanpa mengenal lelah adalah ibu. Sementara bapakku menengokku dan membawaku ke dokter yang terdekat dirumahku. Nah disitulah akhirnya ibu dan bapak sudah akrab kambali. Aku sangat senang sekali melihat bapak dan ibu kembali akrab tanpa ada masalah apapun. Kemudian akhirnya kami bisa hidup lebih tentram lagi.

Namun belum ada satu setengah tahun bapak dan ibu baikkan kembali, masalah telah muncul kembali, bapakku kepergok selingkuh dengan perempuan lain sehingga bapak benar-benar ingin menceraikan ibu sebenarnya peristiwa perceraian itu tidak ingin terjadi. Aku berusaha untuk melarang bapak agar tidak berpisah dengan ibu, akan tetapi ucapanku sia-sia, bapakku telah menganggap seperti angin. Disebabkan mungkin bapakku telah dipengaruhi oleh seorang wanita yang akan mengambil bapak dari ibuku, sehingga bapak sudah peduli denganku.

Ketika aku baru memasuki sekolah SMA, peristiwa perceraian telah terjadi. Disebabkan aku sekolah sangat jauh dari rumah sehingga aku dengan terpaksa tinggal ditempat kos yang seminggu sekali bisa pulang. Ketika baru sampai dirumah, perasaanku menjadi tidak nyaman, pada saat aku telah membuka pintu ternyata bapak sedang berduaan dengan seorang perempuan lain, aku telah mencari ibuku diseluruh ruangan, akan tetapi ibu sudah pergi dari rumah tanpa membawa barang apapun. Aku tidak tahu mengapa perempuan itu telah ada dirumahku bersama dengan bapak padahal perceraian ibu dan bapak baru berlangsung 3 bulan.

Dengan segera aku melangkahkan kakiku menuju rumah nenek yang dekat dengan rumahku.

“Nenek apa yang sebenarnya terjadi?” tanya aku kepada nenek

“Begini kejadiannya bapak kamu habis menikah lagi kemarin, ucapan dari nenek telah diabaikan oleh bapakmu, bapak kamu hanya nurut dengan istri barunya, kamu yang sabar ya nak, kamu yang ikhlas untuk menerima kenyataan” aku menangis.

Secara langsung aku telah menjatuhkan makanan yang ingin kumakan. Dengan segera aku kembali pulang untuk menghubungi mamah lewat telepon

Tut…tut…tut…tut…tut “Hallo Nak” ibu telah menjawab teleponku

“Mengapa Ibu meninggalkanku? Padahal aku sangat butuh ibu untuk berada di dekatku, maafkan aku ibu yang dahulu aku selalu marah-marah dan membentak ibu” aku sambil menangis.

Lalu kelihatanlah jawaban seorang ibu seperti orang yang menaham tangisan “tidak apa-apa, bapakmu yang menginginkan hal itu, ibu telah berupaya bertahan untuk tidak berpisah dengan bapakmu namun bapakmu yang memaksakan, sebenarnya ibu telah tahu bahwa bapakmu selingkuh sejak kamu kelas 6 SD, namun ibu menutupi semuanya itu” betapa kuatnya ibu menghadapi semuanya cobaan ini yang sekian lama baru kuketahui saat ini, aku tidak dapat mengatakan apapun yang bisa kulakukan hanyalah menangis “Alasan ibu ingin bertahan karena kamu Del, kamu alasan ibu yang sanggup menguatkan ibu hingga saat kini, maafkan ibu yang belum bisa menjadi ibu yang baik ya nak, ibu tidak sanggup mempertahankan rumah tangga dengan bapakmu sehingga kamu menjadi korbannya, kamu hati-hati ya nak, sekolah yang pintar” ujar ibu

“Ibu tidak salah kok, ibu merupakan ibu yang paling baik yang mencintai dengan tulus bahkan ibu tidak pernah merasa bosan untuk merawatku” aku masih saja menangis.

Aku telah dilarang oleh bapak untuk bertemu dengan ibu kandungku, saat itu seolah-olah dia tidak peduli sekali bahwa hatiku telah hancur. Bapak sedang menikmati bercanda dengan istri barunya tanpa mempedulikan kondisiku. Aku sedang merenungkan semua apa yang sudah terjadi padaku, aku telah menyesal karena dulu telah berbuat tidak baik dan selalu kasar kepada ibuku padahal ibuku sangat berarti untuk kehidupanku, aku benar-benar menyesal ketika dia sudah tidak ada lagi didekatku kembali.

Aku telah menjalani kehidupanku dengan penuh kesabaran dari hari demi hari, aku berupaya untuk kuat akan tetapi aku tidak dapat ketika aku mengingat wajah ibuku aku selalu menangis. Padahal semestinya ibuku adalah orang yang paling tersakiti namun dia tetap kuat, aku sangat yakin bahwa ibuku akan selalu merindukanku dan dia selalu menyebut namaku dalam doa. Kali ini aku telah sadar bahwa aku memiliki seorang ibu yang sangat tulus, aku sangat merindukan seorang ibu kandung yang telah membesarkanku sampai saat ini dengan penuh kesabaran dan ketulusannya, namun semua ini hanyalah tinggal kenangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status