Share

5. Sebuah Kerelaan

Semua terdiam dan menahan nafas. Tidak ada yang bersuara. Llau isak tangis itu meluncur juga. Dari seorang Clara.

"Jawablah pertanyaan dari Lara, Clara? Apakah kau mengizinkan jika Lara menikah dengan suamimu?' tanya penghulu menyadarkan Clara.

"Iya Lara, aku ikhlas, aku ridho terhadap pernikahanm dan juga Mas Anton, menikahlah dengannya. Aku merestui kalian." wala dengan tangis, Clara mengucapkan itu dengan lantang.

Lara dan Clara kemudian berpelukan. " Jangan menangis Lara, nanti make up kamu akan luntur!" bisik Clara pelan, membuat Lara tersenyum simpul.

Lalu tibalah giliran Anton.

"Ini awal yang bagus Anton, kau menikah dengan restu ayah ibu serta istrimu. Semoga Allah memudahkan jalan pernikahan kalian, semoga Allah membimbingmu supaya kau bisa adil pada istri istrimu!" kata Pak penghulu sebelum mic itu berpindah tangan ke Anton.

"Dinda Clara, aku akan menikahi Lara hari ini, maafkan aku, sudah membagi cina dengan wanita lain, aku juga akan membagi semuanya secara adil padamu dan padanya. waktuku, tubuhku, kekayaanku, serta cintaku. Maaf jika ini memeberatkanmu, memebebani kamu. Tapi langkahku akan makin berat, jika kau tak rido dengan apa yang aku lakukan hari ini, jadi benarkah kau sudi, ikhlas dan ridho dengan aku menikahi Lara?" 

Kali ini tangisan begitu banyak wanita diruangan itu langsung pecah. Saat Anton mengucapkannya sambil menggenggam tangan Clara dan menyuruhnya menggenggam tangan Lara.

Lama semua yang hadir diam, dan sibuk menyeka air mata. Ada banyak yang menunduk dalam, meresapi kesedihan, serta keleraan seorang istri mengizinkan suaminya menikah lagi. Ada juga yang menanti dan bertanya, kenapa Clara tak langsung menjawab dan malah menangis, adakah Clara berubah pikiran?

"Ckck, kok Clara diem aja sih? Pak penghulu juga?' batin Desi sedikit gelisah.

"Silahkan dijawab Clara, pertanyaan suamimu!" seru penghuu, seolah mendengar batin Desi.

"Iya mas Anton, Aku ikhlas, Aku ridho atas pernikahanmu dan juga Lara mas!" ucap Clara membuat beberapa orang mengucap hamdallah. Termasuk Desi.

Prosesi akad nikah langsung berlanjut. Penghulu segera membacakan hak dan kewajiban suami istri, serta hal mendasar lainnya. Menyuruh dua insan itu untuk kembali mengulang dua kaliamt syahadat, serta serangkaian  acara akad, pada umumnya.

Hingga saksi berucap 'SAH'. Lagi lagi tangisan Clara membanjiri wajahnya. Banyak yang kasihan padanya dan memeluknya. Begitu jga kata selamat dari banyak orang yang memebri ucapan itu pada dua insan yang saat ini sudah sah menjadi suami istri.

"Selamat ya mas, atas pernikahanmu!" ucap Clara, saat air matanya sudah tak lagi sederas tadi.

Anton diam dan menelisik wajah istri tuanya itu. Tapi tatapan Clara langsung menunduk dan berbalik pada Lara.  Clara mengucapkan kalimat sama, seperti yang dia ucapkan untuk Anton.

"Selamat ya Lara, atas pernikahan kalian!"

"Makasih ya mbak!" Lara langsung memeluk Clara.

"Eh nanti dulu dong, kita foto dulu!" Desi tiba tiba menghentikan langkah Clara untuk turun dari panggung pengantin.

Anton nampak terkejut dengan permintaan ibunya itu. Ketiganya saling pandang. Tapi fotografer sudah langsung ambil gambar. Beberapa kali malah semuanya terekam. Bahkan ada foto mereka bertiga, dimana Clara berada diantara mereka.

"Nah ginikan jadi akur!" tutur Lisa yang berdiri disamping Desi.

"Ayah kok pake baju pengantin? nenek juga ko pake kebaya? ayah nikah lagi?" tiba tiba suara kecil itu mengagetkan mereka. Nayla dan Kayla, gadis kembar Anton itu tiba tiba ada disana, menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status