Share

11. Kabur dari Rumah Sakit

Narendra dan Ibu Rubi menuntun Natasya masuk ke ruang dokter. Baru melihat dokter saja Natasya sudah terlihat sangat ketakutan dan ingin keluar dari ruangan itu. Sayangnya Ibu Rubi memegang tangan Natasya dengan sangat kuat. 

“Silakan pasiennya berbaring di tempat tidur,” titah sang dokter. 

“Ayo Natasya,” ajak Ibu Rubi. 

“Bu, Natasya baik-baik aja. Natasya nggak perlu diperiksa sama dokter,” ucap Natasya, tapi Ibu Rubi membaringkan Natasya di ranjang rumah sakit. 

“Natasya udah sembuh,” tambah Natasya. 

“Natasya, kita sudah sampai di sini. Biarkan Dokter periksa kamu,” titah Ibu Rubi. 

“Dokter, silakan periksa putri saya,” ucap Ibu Rubi. 

“Dokter, saya nggak sakit. Maaf, saya harus pergi,” ucap Natasya. 

Natasya beranjak dari ranjang rumah sakit dan langsung kabur dari sana karena ketakutan. 

“Natasya,” panggil Ibu Rubi dan Narendra. 

“Maaf, Dokter. Putri saya takut kalau dia akan di suntik, itu sebabnya dia lari,” ucap Ibu Rubi. 

“Iya, Bu. Tidak apa-apa,” jawab sang dokter. 

“Maaf sudah mengganggu waktu dokter. Saya permisi,” ucap Ibu Rubi. 

“Silakan,” ucap dokter. 

“Narendra, ayo kita susul Natasya,” ajak Ibu Rubi. 

“Iya, Tante,” jawab Narendra. 

Mereka pun pergi menyusul Natasya. Sayangnya saat mereka sampai di depan rumah sakit, Natasya sudah pergi naik taksi. 

“Natasya itu, dia kabur dan pulang naik taksi,” ujar Ibu Rubi. 

“Narendra, maafkan tante karena jadi merepotkan kamu,” ucap Ibu Rubi. 

“Nggak papa, Tante. Narendra akan antar Tante ke rumah,” ucap Narendra. 

“Iya, Nak. Terima kasih,” ucap Ibu Rubi. 

***

“Ada apa sama ibu? Seharusnya ibu tau kalau aku cuma pura-pura sakit agar nggak pergi ke mall sama Narendra,” ujar Natasya kesal. 

“Maaf, Mba. Mau saya antar kemana?” tanya supir taksi. 

“Lurus aja, Pak. Saat ada perempatan belok kira dan nanti saya tunjukan lagi jalannya,” jawab Natasya. 

Ponsel Natasya berdering. Natasya melihat layar ponselnya dan ternyata suara dering itu karena ada panggilan masuk dari Ibu Rubi. 

“Ibu,” ucap Natasya seraya menerima panggilan itu. 

“Halo, bu,” ucap Natasya. 

“Natasya, kenapa kamu kabur? Dokter nggak akan suntik kamu, Nak,” ucap Ibu Rubi. 

“Bu, Ibu tau kalau Natasya takut pergi ke dokter. Seharusnya Ibu jangan paksa Natasya pergi ke sana,” ucap Natasya. 

“Lagian Natasya cuma pura-pura sakit aja. Natasya baik-baik aja,” ucap Natasya. 

Ibu Rubi menatap Narendra yang sedang menyetir. 

“Maaf, Natasya. Kita akan bicara lagi nanti. Kamu lagi pulang ke rumah, kan?” tanya Ibu Rubi.

“Iya, Natasya lagi di perjalanan ke rumah,” jawab Natasya. 

“Ya sudah, Ibu tutup teleponnya. Sampai ketemu di rumah,” ucap Ibu Rubi, lalu memutus pembicaraannya di telepon. 

“Bagaimana, Tante? Natasya pulang ke rumah, kan?” tanya Narendra. 

“Iya, dia sangat ketakutan dan pulang ke rumah,” jawab Ibu Rubi. 

Narendra tersenyum. “Jujur, Narendra sampai harus tahan tawa karena tau Natasya takut disuntik,” ucap Narendra. 

“Itu lucu aja menurut Narendra,” tambah Narendra. 

Ibu Rubi tersenyum tipis. “Iya, dari kecil Natasya memang takut di suntik. Dokter yang menyuntik Natasya harus berusaha keras. Dan semua orang rumah harus bujuk Natasya,” ucap Ibu Rubi. 

“Tapi, hanya ada dua orang yang bisa bujuk Natasya,” ujar Ibu Rubi. 

“Pasti Tante Rubi dan Om Adam,” tebak Narendra. 

“Bukan, tapi Nara dan Abi,” ucap Ibu Rubi keceplosan. Dia tak sengaja menyebutkan nama Nara di depan Narendra. 

“Siapa Nara? Narendra kira saudara Natasya cuma Kak Abi,” tanya Narendra penasaran. 

Ibu Rubi sedikit gugup, tapi dia berusaha untuk tenang dan menjawab pertanyaan Narendra dengan santai. 

“Nara, dia memang bukan saudara Natasya. Kalau dia saudara pasti dia ikut makan malam kemarin,” ucap Ibu Rubi. 

“Nara itu teman masa kecil Natasya. Tapi, saat ini dia ada di luar negeri karena sedang menempuh pendidikannya,” jawab Ibu Rubi. 

“Oh, sahabat masa kecilnya,” ucap Narendra. 

“Iya,” jawab Ibu Rubi. 

“Tante, dari kecil Natasya bilang kalau kalian menganggap Natasya sebagai putri kalian. Tante pasti sangat deket dengan Natasya, kan?” tanya Narendra. 

“Iya, tentu kami sangat deket. Bahkan tante lebih dekat dengan Natasya daripada sama anak kandung tante, Abimanyu,” jawab Ibu Rubi. 

“Sejak kecil Natasya adalah anak yang rajin, mandiri dan juga pekerja keras,” ucap Ibu Rubi. 

“Saat ini usia Natasya baru dua puluh tiga tahun, tapi Natasya punya bisnis yang dia rintis sendiri. Dan Natasya juga masih sempat bekerja di kantor keluarga untuk membantu ayahnya dan Abi,” kata Ibu Rubi. 

“Bisnis? Natasya punya bisnis sendiri?” tanya Narendra. 

“Iya, dia punya bisnis kuliner. Tapi, dia percayakan bisnis itu pada sahabatnya. Natasya lebih memilih sibuk di kantor daripada mengurus restoran miliknya,” ucap Ibu Rubi. 

“Natasya nggak ceritain soal bisnisnya. Narendra baru tau dari Tante Rubi,” ucap Narendra. 

“Mungkin dia belum punya waktu untuk menceritakannya. Tante yakin lain waktu dia akan cerita ke kamu,” ucap Ibu Rubi. 

“Narendra semakin yakin untuk menikahi Natasya. Natasya benar-benar gadis yang sangat sempurna,” ujar Narendra. 

“Iya, kalau begitu kamu harus nikahi Natasya secepatnya. Jangan ditunda lagi karena Natasya itu benar-benar gadis yang sangat baik. Kamu akan bahagia jika menikah dengannya,” ucap Ibu Rubi.

Tante nggak sabar melihat kehancuran kamu. Kamu menghancurkan masa depan Naraya, jadi kamu harus membayar perbuatan kamu itu, batin Ibu Rubi. 

***

“Naraya,” ucap Natasya saat taksi berbelok ke arah kanan dan dia melihat Naraya berjalan ke arah kiri. 

“Pak, hentikan taksinya di sini! titah Natasya.

Supir taksi menghentikan taksinya secara mendadak. 

“Tetap di sini! Saya akan kembali,” titah Natasya. 

Natasya langsung turun dari taksi dan menyeberangi jalan, lalu mengejar Naraya yang berjalan kaki di tepi jalan. 

“Nara,” teriak Natasya sambil berlari. 

Naraya melihat ke arah Natasya, tapi langsung berlari ketakutan. 

“Naraya,” teriak Natasya semakin menambah kecepatan larinya. 

“Nara, jangan lari,” teriak Natasya hingga dia terjatuh karena terus berlari. 

“Aww,” pekik Natasya karena telapak tangannya kembali terluka. 

“Astaga, kenapa tangan kanan ini selalu terluka. Kemarin karena Narendra dan sekarang karena kecerobohan aku,” ucap Natasya. 

“Naraya, kenapa dia ada di jalanan? Aku harus kejar Nara dan hubungi Abi agar Abi kasih tau pihak rumah sakit,” ucap Natasya. 

Natasya bangun dengan susah payah dan berusaha menekan nomor Abi dengan tangan kirinya. 

“Halo, Abi. Naraya ada di jalanan. Aku udah berusaha kejar, tapi dia lari,” ucap Natasya. 

“....”

“Iya, tolong hubungi pihak rumah sakit yang merawat Nara. Aku akan berusaha cari Nara. Dia pasti belum jauh dari sini,” kata Natasya. 

“....”

“Iya, aku share lokasinya. Aku tunggu kamu,” ucap Natasya, lalu memutuskan teleponnya. 

“Nara, kenapa kamu bisa kabur dari rumah sakit?” ujar Natasya, kemudian pergi mencari Naraya. 

Tak lama kemudian Abimanyu datang dan menghampiri Natasya. 

“Aku udah hubungi pihak rumah sakit. Mereka bilang kalau Nara kabur dari rumah sakit dan sejak tadi mereka sedang mencari Nara,” ucap Abimanyu. 

“Kamu jangan cemas, Nara pasti akan ketemu dan kembali di bawa ke rumah sakit,” ucap Abimanyu. 

“Iya, makasih udah mau datang ke sini. Aku benar-benar bingung,” ucap Natasya. 

“Iya, kamu nggak perlu berterima kasih. Nara bukan cuma adik kamu, dia juga adik aku,” ucap Abimanyu. 

“Kenapa kamu di sini sendirian?” tanya Natasya. 

“Aku akan ceritakan nanti, Abi. Saat ini aku benar-benar cemas sama Nara, tapi aku harus pulang ke rumah karena Narendra dan Ibu tadi pergi sama aku,” ucap Natasya. 

“Natasya, Abi, kalian di sini?” tanya Ibu Rubi yang tiba-tiba datang bersama dengan Narendra. 

Natasya terkejut melihat kedatangan mereka dia pun tak bisa menjawab pertanyaan Ibu Rubi. 

“Mah, Natasya dan Abi nggak sengaja ketemu di sini,” jawab Abi. 

“Iya, taksi aku ada di seberang jalan, Bu. Aku lihat Kak Abi, jadi aku turun dulu,” jawab Natasya. 

“Natasya pasti ngadu sama kamu kalau dia kabur dari rumah sakit karena takut di suntik, kan?” tebak Ibu Rubi. 

“Iya, Mah. Natasya udah cerita semuanya. Dia ini memang seperti anak kecil,” ucap Abi berpura-pura tau semuanya. 

“Natasya, telapak tangan kamu berdarah,” ucap Narendra. 

“Iya, luka yang kemarin belum kering dan aku kembali terluka. Tadi aku jatuh,” jawab Natasya. 

“Apa? Kamu jatuh? Kenapa kamu nggak bilang ke aku,” ucap Abimanyu dengan sangat cemas. 

“Ini cuma luka kecil, Kak,” ucap Natasya. 

“Coba aku liat,” ucap Abi. Abimanyu menarik tangan Natasya dan meniup luka di tangan Natasya. 

Kakak Natasya sangat perhatian pada Natasya. Natasya sangat beruntung karena punya keluarga angkat yang sangat baik. Seluruh keluarga Atmaja memperlakukannya seperti seorang putri, batin Narendra, lalu tersenyum. 

“Jangan cemas, aku akan obati luka ini setelah sampai di rumah,” ucap Natasya, lalu menarik tangannya karena dia tak mau Narendra curiga kepada Abimanyu. 

“Natasya, biar aku antar kamu dan Tante Rubi ke rumah. Kamu juga bisa obati luka kamu di dalam mobil. Ada kotak P3K di mobil aku,” ucap Narendra. 

“Natasya, kamu bisa pergi sama Narendra. Obati luka kamu, ya. Jangan sampai infeksi,” ucap Abimanyu. 

“Iya,” jawab Natasya. 

“Aku akan urus semuanya. Kamu jangan khawatir,” ucap Abimanyu. 

“Iya,” jawab Natasya sambil mengangguk. 

“Urus apa, Abi?” tanya Ibu Rubi. 

“Urusan kantor, Mah,” jawab Abimanyu. 

“Ya sudah, kami pergi dulu,” ucap Ibu Rubi. 

“Iya, Mah. Kalian hati-hati di jalan. Abimanyu ada meeting di daerah sini. Mungkin Abi akan pulang telat,” ucap Abimanyu. 

“Kalian bisa pergi ke pesta lebih dulu dan Abimanyu akan menyusul,” ucap Abimanyu. 

“Iya, Nak. Sampai ketemu nanti,” ucap Ibu Rubi. 

“Iya, Ma,” jawab Abimanyu. 

“Ayo Natasya. Luka kamu harus di obati,” ucap Ibu Rubi sembari menuntun Natasya. 

“Permisi,” ucap Narendra kepada Abimanyu. 

“Silakan,” ucap Abimanyu.

Narendra pun berjalan di belakang Ibu Rubi dan Natasya. 

“Semoga petugas rumah sakit bisa menemukan Naraya. Natasya nggak akan tenang sebelum Naraya di temukan,” ucap Abimanyu. 

Kemudian Abimanyu berlari ke mobilnya dan menjalankan mobilnya untuk mencari keberadaan Naraya yang kabur dari rumah sakit jiwa. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status