Share

5. Bersiap Diri

Saat Natasya dan Abimanyu masih bicara di atas, tiba-tiba Ibu Rubi muncul dan membuat keduanya terkejut.

“Mama, ada apa?” tanya Abimanyu. 

“Abimanyu, kita harus bersandiwara saat makan malam nanti. Keluarga Adijaya akan datang ke sini dan membicarakan perjodohan sambil makan malam,” kata Ibu Rubi. 

“Natasya, kamu harus siapkan diri kamu. Jangan sampai mereka curiga sama kita. Kamu nggak boleh terlihat sedih di depan mereka dan kamu nggak boleh memperlihatkan kebencian kamu pada Narendra,” titah Ibu Rubi. 

“Iya, Bu. Natasya akan lakukan yang terbaik. Natasya akan buat mereka terkesan, yang paling utama adalah Narendra Adijaya,” ucap Natasya dengan sorot kebencian. 

“Kami akan memperkenalkan kamu sebagai putri angkat keluarga ini, adik dari Abimanyu,” ucap Ibu Rubi. 

“Iya, Bu. Aku akan panggil Abimanyu dengan sebutan kakak,” kata Natasya. 

“Itu akan terasa aneh. Dari kecil kamu panggil aku dengan nama aku. Akan terasa aneh kalau tiba-tiba kamu panggil aku dengan sebutan kakak,” ucap Abimanyu.

“Abi, tapi kamu memang kakaknya Natasya. Umur kamu jauh lebih tua daripada Natasya. Kamu dua puluh lima tahun dan Natasya dua puluh tiga tahun. Dari kecil Natasya sudah mamah anggap sebagai putri mamah, jadi Natasya ini adik kamu dan dia harus panggil kamu dengan sebutan kakak,” jelas Ibu Rubi. 

“Keluarga Adijaya akan menganggap Natasya gadis yang nggak sopan kalau panggil kakaknya dengan nama,” tambah Ibu Rubi.

“Jangan sampai mereka nggak jadi menjodohkan Narendra dengan Natasya,” ucap Ibu Rubi. 

“Abi, aku akan panggil kamu dengan sebutan kakak hanya saat di depan mereka aja,” kata Natasya.

“Okay. Terserah kamu sama Mama aja,” ucap Abimanyu pasrah. 

“Natasya, ada banyak persiapan yang harus disiapkan. Ibu akan bantu bibi masak di dapur,” ucap Ibu Rubi. 

“Bu, ini masih sore,” ucap Natasya. 

“Iya, tapi akan butuh waktu lama untuk memasak. Ibu akan bantu bibi di dapur. Kamu persiapan diri kamu dan jangan pergi ke dapur. Ibu akan marah kalau kamu ikut pergi ke dapur,” ucap Ibu Rubi. 

“Iya,” jawab Natasya.

“Abi, kamu juga harus persiapkan diri kamu untuk bersandiwara di depan mereka. Jangan tunjukkan kebencian kamu pada mereka,” titah Ibu Rubi, lalu pergi.

“Kenapa mereka datang secepat ini?” tanya Abimanyu. 

“Aku nggak tau. Tapi, ini lebih baik. Semakin cepat mereka datang, maka akan semakin cepat aku jalankan misi aku,” ucap Natasya. 

“Aku ingin semuanya segera berakhir, Natasya. Aku dan kamu saling mencintai, tapi kita harus selalu berpura-pura di depan semua orang,” ucap Abimanyu. 

“Kamu harus bersabar, Abi. Semuanya akan indah pada waktunya. Kita harus nikmati prosesnya,” ucap Natasya.

“Nggak papa kita jadi adik kakak untuk sementara waktu. Yang terpenting kita selalu saling mencintai,” tambah Natasya.

“Yakin kalau kita akan selalu saling mencintai?” tanya Abimanyu. 

“Kita udah lihat wajah Narendra siang tadi, dia lumayan gagah dan tampan. Kamu nggak akan terpesona, kan?” ledek Abimanyu. 

“Abi, kamu jauh lebih gagah dan tampan. Aku udah terpesona sama kamu, bagaimana bisa aku terpesona sama orang lain?” ucap Natasya. 

Abimanyu tersenyum tipis dan mencolek hidung mancung yang dimiliki oleh Natasya.

“Ternyata kamu bisa gombal juga,” ujar Abimanyu. 

“Aku nggak lagi gombal. Aku serius,” ucap Natasya. 

“Sekarang lebih baik kamu lakukan hal lain. Selesaikan pekerjaan kantor atau istirahat. Aku akan siap-siap,” kata Natasya. 

“Butuh waktu berapa lama untuk kamu siap-siap? Dia bukan orang yang spesial. Jadi, buat apa kamu siap-siap?” ucap Abimanyu. 

“Abi, wanita butuh lama untuk merias dirinya. Aku akan pilih pakaian yang paling bagus dan aku akan rias wajah aku. Aku akan buat Narendra tertarik dan menerima aku,” ucap Natasya. 

“Kamu mau buat dia tertarik sama kamu?” tanya Abimanyu terkejut. 

“Iya. Aku harus menikah sama dia. Aku yakin Narendra hanya akan menerima aku jika aku menarik di matanya. Laki-laki seperti Narendra pasti suka wanita yang cantik dan menarik,” ucap Natasya. 

“Kamu pikir aku akan biarkan laki-laki itu tatap kamu?” tanya Abimanyu. 

“Abi, kenapa lagi sama kamu?” tanya Natasya. 

“Natasya, dengar baik-baik! Jangan berusaha terlihat menarik di depan laki-laki itu. Kamu harus terlihat cantik alami seperti biasanya. Jangan pakai riasan tebal dan pakai baju seksi. Aku nggak mau laki-laki itu menatap kamu dengan tujuan yang buruk,” titah Abimanyu. 

“Tapi, selera Narendra nggak mungkin wanita berpenampilan biasa seperti aku,” ucap Natasya. 

“Aku nggak peduli soal itu. Yang jelas kamu nggak boleh pakai pakaian seksi dan riasan yang tebal. Tetaplah jadi diri kamu di hadapan Narendra,” titah Abimanyu. 

“Kamu cantik walaupun dengan riasan tipis dan pakaian yang nggak seksi. Yang menjodohkan kamu dan Narendra itu para orang tua, mereka yang akan putuskan,” ucap Abimanyu. 

“Orang tua Narendra pasti lebih suka gadis yang polos seperti kamu,” tambah Abimanyu. 

“Apa kamu yakin?” tanya Natasya. 

“Iya, lakukan yang aku katakan! Jangan pakai pakaian yang seksi dan riasan yang tebal. Aku akan marah kalau kamu lakukan itu, apalagi hanya untuk membuat Narendra tertarik,” ucap Abimanyu. 

“Aku akan bersiap sekarang,” ucap Natasya. 

Abimanyu meraih tangan Natasya. “Tunggu dulu,” ucapnya. 

“Apalagi, Abi?” tanya Natasya. 

“Ingat! Jangan pilih pakaian seksi dan riasan yang tebal,” ucap Abimanyu. 

“Abi, kamu pikir aku akan pakai pakaian seksi dari mana? Aku nggak punya pakaian yang seksi. Iya, tapi Naraya punya,” ucap Natasya. 

“Aku serius, jangan pakai pakaian seksi untuk Narendra,” pinta Abimanyu. 

“Abi, aku nggak akan pakai pakaian seksi untuk Narendra. Kamu tenang aja,” ucap Natasya. 

“Untuk kamu juga aku nggak akan pakai pakaian yang seksi,” ledek Natasya. 

“Sekarang lepasin tangan aku! Aku harus siap-siap,” titah Natasya.

Abimanyu melepaskan tangan Natasya. “Akan sulit buat aku untuk liat mereka semua bicara soal perjodohan kamu dengan Narendra. Aku nggak akan ikut makan malam nanti,” ucap Abimanyu.

“Abi, aku butuh kamu di dekat aku. Kamu kekuatan aku. Tolong ikut makan malam,” pinta Natasya. 

“Aku mau kamu duduk di sebelah aku,” kata Natasya. 

“Buat apa aku di sana kalau aku cuma akan sakit hati? Dan kamu akan panggil aku kakak di depan semua orang,” ucap Abimanyu. 

“Abi, itu hanya untuk sementara waktu,” kata Natasya. 

“Aku mohon, ikut makan malam dan temani aku,” pinta Natasya. 

“Ya, aku akan temani kamu. Semoga aku bisa kontrol emosi aku saat aku lihat wajah laki-laki itu,” ucap Abimanyu. 

“Makasih, Abi,” ucap Natasya. 

“Iya, kamu nggak perlu berterima kasih,” ucap Abimanyu. 

“Sana siap-siap!” titah Abimanyu. 

“Dari tadi aku juga mau siap-siap. Kamu yang menghalangi aku,” ucap Natasya, lalu pergi ke kamarnya. 

“Natasya, semua ini berat untuk aku. Tapi, aku harus selalu mendukung kamu,” ucap Abimanyu. 

“Naraya, semoga kamu akan sembuh secepatnya. Natasya berkorban begitu besar demi dapatkan keadilan untuk kamu. Jadi, kamu harus sembuh dan kembali ke rumah agar Natasya bahagia,” kata Abimanyu. 

***

Natasya membuka lemari pakaiannya dan melihat-lihat beragam pakaian di dalam lemarinya. 

“Pakaian warna apa yang harus aku pakai untuk makan malam?” tanya Natasya pada dirinya sendiri. 

“Apa pakaian warna pink ini akan terlihat bagus?” tanya Natasya sembari mengambil sebuah gaun panjang berwarna merah muda. 

“Aku rasa ini nggak akan bagus,” ucap Natasya, lalu melempar pakaian itu ke atas kasur. 

Natasya pun mengambil pakaian lainnya dan mencobanya. Dia bercermin dan kemudian berganti pakaian yang lain. Hingga berjam-jam dia masih belum menemukan pakaian yang cocok untuknya. 

Tok... Tok... Tok... 

Seseorang mengetuk pintu kamarnya dan Natasya berjalan untuk membuka pintu itu. Setelah pintunya di buka, Abimanyu berdiri di depan pintu dan membawa sebuah paper bag. 

“Abi, ada apa?” tanya Natasya. 

Abimanyu memberikan paper bag itu kepada Natasya. “Pakai pakaian itu, tadi aku suruh sekretaris aku belikan untuk kamu,” titah Abimanyu. 

Natasya mengernyitkan dahinya. “Kamu suruh sekretaris beli pakaian buat aku? Untuk apa?” tanya Natasya. 

“Kamu pasti bingung pilih pakaian untuk makan malam nanti. Lihat! Sekarang udah malam dan kamu belum siap,” ucap Abimanyu. 

“Iya. Kamu benar, aku bingung pilih pakaiannya,” ucap Natasya. 

“Kalau begitu, sekarang pakai pakaian yang aku belikan. Siap-siap dengan cepat karena kamu nggak punya waktu lagi. Aku akan turun ke bawah,” ucap Abimanyu.

“Iya, aku akan siap-siap dengan cepat,” ucap Natasya. 

“Makasih untuk pakaiannya,” ucap Natasya.

“Hm... Aku turun dulu sekarang. Ingat! Jangan pakai riasan yang tebal,” ucap Abimanyu untuk mengingatkan Natasya.

“Iya, Abi. Kamu udah ngomong itu berkali-kali,” ucap Natasya. 

“Aku yang menunggu kamu, bukan Narendra. Jadi, jangan lama-lama,” ucap Abimanyu. 

“Iya,” jawab Natasya. 

Abimanyu pun tersenyum puas dan pergi ke bawah. 

“Abi, dia selalu banyak bicara dan mengulangi kata-kata yang sama. Untung aja aku mencintai dia. Kalau nggak pasti aku udah lempar vas bunga ke kepalanya,” ujar Natasya. Kemudian Natasya tersenyum dan menutup pintu kamarnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status