Share

6. Dinner dan Perjodohan

Natasya turun ke bawah dengan memakai dress berwarna putih yang menutup sampai ke bawah lututnya. Lengannya pun panjang karena Abimanyu sengaja memilih pakaian tertutup untuk Natasya. Seluruh orang di ruang makan langsung menatap Natasya dengan kagum, begitu juga dengan Narendra.

Tuhan, apa dia bidadari yang jatuh dari langit? batin Narendra.

“Natasya, ayo cepat kemari, Nak! Semua orang sudah menunggu kamu,” titah Pak Adam.

“Iya, Ayah,” jawab Natasya.

Natasya pun mendekat dan menyapa semua orang dengan senyum manisnya.

“Selamat malam semuanya,” ucap Natasya sembari tersenyum dengan posisinya yang masih berdiri.

“Malam, Nak. Ternyata putri Pak Adam sangat cantik dan juga sopan,” puji Pak Farhan.

“Iya, Pak Farhan. Natasya memang wanita yang sangat luar biasa. Kalian tidak akan menemukan wanita yang lebih baik dari Natasya untuk putra kalian, Narendra,” ucap Pak Adam.

Aku benar-benar muak ada di sini, batin Abimanyu.

“Ma, gimana menurut Mama? Natasya cocok untuk Narendra, kan?” tanya Pak Farhan kepada istrinya, Ibu Monica.

“Iya, Pa. Putri Pak Adam cocok untuk Narendra. Mereka akan telihat sangat serasi. Gadis yang santun dan juga polos seperti Natasya akan cocok untuk putra kita, Narendra,” ucap Ibu Monica, lalu tersenyum pada Natasya.

“Natasya, sini duduk,” panggil Ibu Rubi.

“Iya, Bu,” jawab Natasya.

Natasya pun melangkahkan kakinya dan berniat duduk di samping Abimanyu. Tapi, Natasya tiba-tiba saja hampir terjatuh. Secara bersamaan Abimanyu dan Narendra memegang tangan Natasya, dia pun tak sampai jatuh.

“Maaf,” ucap Natasya, kemudian duduk di antara Abimanyu dan Narendra.

“Natasya, kamu baik-baik aja, Nak?” tanya Ibu Rubi dengan sangat cemas.

“Iya, Bu. Natasya baik-baik aja,” jawab Natasya.

Natasya menatap wajah Abimanyu dan Abimanyu menatap mata Natasya.

“Hati-hati kalau jalan! Kamu bisa jatuh kalau nggak hati-hati,” ucap Abimanyu.

“Iya,” jawab Natasya.

“Kamu nggak papa?” tanya Narendra.

“Iya, aku nggak papa,” jawab Natasya.

Untuk apa laki-laki itu pegang tangan aku saat aku hampir terjatuh? Aku sama sekali nggak butuh bantuannya, batin Natasya.

“Natasya, laki-laki yang duduk di sebelah kamu adalah Narendra,” ucap Ibu Monica, ibu dari Narendra.

“Iya, Tante. Natasya tau, tadi siang kita sempat ketemu di jalan,” ucap Natasya.

“Oh, ya? Ini sangat kebetulan. Papahnya Narendra ketemu Pak Adam dan Ibu Rubi, sedangkan Narendra bertemu dengan kamu. Tante yakin kalau kalian memang berjodoh,” ujar Ibu Rubi.

“Maaf untuk yang tadi siang. Aku baru sadar kalau kamu wanita yang tadi siang. Aku nggak akan ingat kalau kamu nggak bicara tadi,” ucap Narendra.

Banyak yang terjadi di hari ini. Kamu melecehkan Naraya sampai Naraya harus menderita dan tinggal di rumah sakit jiwa. Aku nggak akan mungkin lupain kamu, batin Natasya.

“Natasya, perkenalkan juga, dia adik perempuannya Narendra, Dania namanya,” ucap Ibu Monica.

“Hi! Aku Dania Adijaya, adik kesayangan Kak Narendra,” ucap Dania yang duduk di samping mamanya.

“Hi!” balas Natasya, lalu tersenyum tipis.

“Sebenarnya Narendra masih punya satu adik lagi. Adik Narendra yang satunya laki-laki, tapi dia lagi di luar kota dan sibuk untuk kuliah semester akhir,” ucap Ibu Monica.

“Tapi, jangan khawatir. Adiknya Narendra janji akan ketemu kalian saat acara pertunangan,” ucap Ibu Monica.

“Natasya, kamu menerima perjodohan ini, kan?” tanya Ibu Monica pada Natasya.

Natasya diam saja dan menatap Pak Adam, lalu menatap Ibu Rubi.

Natasya, ibu tau kalau keputusan yang kamu ambil sangatlah berat. Tapi, kamu harus ambil keputusan agar Naraya bisa dapatkan keadilan, batin Ibu Rubi.

“Natasya, Ibu Monica bertanya sama kamu. Kenapa kamu diam saja?” tanya Pak Adam.

“Iya, Ayah. Maaf,” ucap Natasya.

“Natasya dengar yang dikatakan Tante Monica. Natasya setuju dengan perjodohan ini,” kata Natasya dengan berat hati.

“Kamu pasti gugup di depan kita. Santai saja, Natasya,” titah Ibu Monica sambil tersenyum.

“Wajar kalau Natasya gugup, ini pertama kalinya Natasya bertemu dengan kalian dan bicara soal perjodohan,” sambung Ibu Rubi.

“Apa kita bisa makan malam sekarang?” tanya Abimanyu sewot.

“Iya, Nak. Tentu, kita bisa makan sekarang,” ucap Ibu Monica.

“Abi, jangan bicara dengan nada seperti itu,” titah Ibu Rubi.

“Maaf, Mah. Maaf semuanya,” ucap Abimanyu, lalu beranjak dan meninggalkan ruang makan.

“Ibu Rubi, tidak apa-apa,” ucap Ibu Monica.

“Akhir-akhir ini Abimanyu banyak pekerjaan di kantor papahnya. Mungkin dia lelah,” ucap Ibu Rubi.

“Iya, Pak, Bu. Abi satu-satunya penerus keluarga Atmaja. Jadi, dia sangat berkerja keras mengola perusahaan. Maafkan atas sikapnya yang kurang sopan,” ucap Pak Adam.

“Tidak apa, Pak Adam. Santai saja,” ucap Pak Farhan.

“Ayah, aku akan susul Kak Abi dan bicara sama dia,” ucap Natasya.

“Biarkan saja, Natasya. Berikan Abi waktu untuk sendirian. Mungkin dia butuh istirahat,” ucap Pak Adam.

“Kamu tetap di sini, ya. Kita akan mulai makan malam dan setelah itu kita bicara lebih jauh soal perjodohan kalian,” titah Pak Adam.

“Iya, Yah,” jawab Natasya.

“Ayo semuanya, silahkan makan malam. Selamat menikmati hidangannya,” ucap Pak Adam.

“Narendra, jangan sungkan, ya. Ini akan jadi rumah mertua kamu juga. Anggap saja di rumah sendiri,” titah Pak Adam yang berpura-pura ramah di depan mereka.

Semua orang mengambil hidangan yang telah disediakan di atas meja makan. Natasya pun melakukan hal yang sama. Tapi, saat semua orang makan dengan tenang, Natasya justru tak makan. Natasya diam saja dan menatap ke lantai atas. Sudah pasti Natasya mencemaskan Abimanyu yang tadi marah.

Ada apa sama Abi? Abi nggak bisa kontrol emosinya sampai dia marah di depan keluarga Adijaya, batin Natasya.

Sekarang aku merasa nggak nyaman berada di sini. Seharusnya Abi ada di sini, tapi dia palah ke atas, batin Natasya sambil melihat-lihat ke atas.

“Apa ada masalah?” tanya Narendra yang ternyata mengamati gerak-gerik Natasya sedari tadi.

“Nggak,” jawab Natasya, kemudian dia memakan makan malamnya.

“Wah, menu makan malamnya sangat enak. Saya yakin ini masakan istri Pak Adam,” puji Pak Farhan.

“Iya, Pak. Dugaan Pak Farhan memang tidak pernah meleset,” ucap Pak Adam. Lalu, semuanya tersenyum dan melanjutkan makan malam, Natasya pun melakukan hal yang sama.

“Natasya, Narendra,” panggil Ibu Monica.

“Iya, Ma. Ada apa?” tanya Narendra.

“Kamu dan Natasya bisa bicara di luar kalau kalian sudah selesai makan. Kalian harus saling mengenal sebelum melangkah ke hubungan yang serius,” kata Ibu Monica.

“Iya, Ibu Monica benar. Kalian berdua harus saling bicara dan diberikan waktu berdua agar kalian saling mengenal satu sama lain. Narendra bisa ajukan pertanyaan ke Natasya dan Natasya bisa ajukan pertanyaan ke Narendra,” ucap Ibu Rubi.

“Natasya, kamu sudah selesai makan?” tanya Ibu Rubi.

“Iya, Bu. Natasya udah selesai makan,” jawab Natasya.

“Kalau begitu ajak Narendra ke balkon. Kamu bisa bicara sambil melihat bintang,” ujar Ibu Rubi.

“Iya, Bu,” jawab Natasya.

“Ayo,” ajak Natasya kepada Narendra.

“Iya,” jawab Narendra.

Mereka berdua pun beranjak dari kursi mereka. Kemudian, Narendra mengikuti Natasya sampai ke balkon rumah.

***

“Wah, pemandangan dari sini sangat indah,” ujar Narendra kagum saat menatap bulan dan juga bintang.

“Apa kamu sering lihat bintang dari sini?” tanya Narendra.

“Hmm,” jawab Natasya singkat.

“Benar-benar mengagumkan. Ternyata bintang dan bulan sangat indah. Aku jarang meluangkan waktu untuk hal sepele seperti ini. Pekerjaan buat aku melewatkan hal-hal yang indah seperti ini,” ucap Narendra.

Naraya, laki-laki yang melecehkan kamu ada di samping kakak. Kakak janji akan masuk ke kehidupannya dan hancurkan dia, batin Natasya.

“Apa ada yang mau kamu tanyakan tentang aku?” tanya Natasya.

“Aku nggak akan tanya apa-apa tentang kamu. Tapi, aku minta kamu ceritakan semuanya. Apapun yang ingin kamu kasih tau ke aku, kasih tau aja,” ucap Narendra.

“Apa yang ingin kamu tau soal aku?” tanya Natasya.

“Semua hal tentang kamu. Kita akan menikah, jadi aku mau tau semua tentang kamu. Aku ingin nggak ada yang disembunyikan,” ucap Narendra.

“Akan butuh waktu lama kalau aku ceritakan semua tentang aku,” ucap Natasya.

“Aku akan kasih tau kamu beberapa hal tentang aku,” kata Natasya.

“Iya,” jawab Narendra.

“Dari kecil aku tinggal di sini, tapi mereka bukan keluarga kandung aku. Aku hanyalah anak seorang pembantu dan tukang kebun di rumah ini,” ucap Natasya sambil menatap bintang-bintang.

“Orang tua kandung aku meninggal di hari yang sama, saat itu aku berumur tujuh tahun,” tambah Natasya.

“Kenapa mereka meninggalkan?” tanya Narendra.

“Terjadi perampokan di rumah ini dan orang tua aku meninggal karena ditembak oleh perampok itu. Demi menyelamatkan ayah dan juga ibu, mereka mengorbankan nyawanya,” jawab Natasya.

“Kemudian, sejak hari itu aku jadi anak mereka. Aku memanggil mereka sebagai ayah dan ibu. Mereka sangat menyayangi aku dan memberikan segala hak seorang putri,” ucap Natasya.

“Aku turut sedih atas yang menimpa kamu,” ucap Narendra.

“Kamu putra dari keluarga terhormat dan juga kaya raya, kan? Kamu bisa menolak untuk menikah dengan aku karena aku ini anak seorang pembantu. Aku bukan putri kandung keluarga ini,” ucap Natasya.

“Apa yang kamu katakan? Aku nggak pernah menilai orang dari status keluarga mereka. Kamu gadis yang baik dan juga kuat, aku akan tetap menerima kamu. Aku nggak peduli kamu berasal dari keluarga mana,” ucap Narendra.

Natasya menatap mata Narendra yang kelihatan sangat tulus.

Laki-laki ini bisa berkata baik dan dia kelihatan tulus. Tapi, kenapa dia bisa melecehkan Naraya, batin Natasya.

“Cerita kamu itu udah cukup buat aku. Aku nggak bisa meragukan wanita baik seperti kamu,” kata Narendra.

“Sekarang kamu bisa ajukan pertanyaan ke aku. Apa yang ingin kamu tau dari aku?” tanya Narendra.

“Seberapa penting kehormatan seorang gadis untuk kamu?” tanya Natasya.

“Itu sangat penting. Kehormatan gadis adalah segalanya,” jawab Narendra.

“Lalu, bagaimana kalau ada laki-laki yang melecehkan seorang gadis? Apa yang ingin kamu lakukan jika laki-laki  seperti itu ada di depan kamu?” tanya Natasya.

Narendra mengernyitkan dahinya. “Aku pasti akan pukul laki-laki itu dengan tangan aku. Aku akan berikan dia pelajaran sampai dia nggak berani lagi melecehkan seorang gadis,” kata Narendra.

Laki-laki ini benar-benar pandai menyembunyikan kesalahannya. Dia bersikap seperti dia nggak pernah melecehkan Naraya. Laki-laki seperti ini nggak akan aku biarkan hidup tenang, batin Natasya.

“Kenapa kamu tanya soal itu?” tanya Narendra.

“Nggak papa, aku cuma ingin tau kebaikan hati kamu. Kamu sangat baik. Orang yang melecehkan seorang gadis memang harus diberikan pelajaran sampai dia nggak berani lagi melecehkan seorang gadis,” ucap Natasya, lalu tersenyum.

“Iya, orang seperti itu nggak pantas dapatkan ampunan,” ucap Narendra.

Kamu bicara tentang diri kamu sendiri. Dasar laki-laki munafik, batin Natasya.

“Natasya, apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Abimanyu.

Natasya dan Narendra berbalik badan.

“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Abimanyu untuk kedua kalinya.

“Kak Abi, ibu suruh kita bicara berdua di sini untuk saling mengenal lebih jauh,” jawab Natasya.

“Narendra ini orang yang sangat baik. Aku tanya sama dia apa yang akan dia lakukan kalau laki-laki yang melecehkan seorang gadis ada di depannya. Kakak tau apa jawaban Narendra?” tanya Natasya.

“Narendra bilang dia akan pukul laki-laki itu dan berikan pelajaran sampai laki-laki itu nggak berani melecehkan gadis lagi,” ucap Natasya.

“Iya, dia sangat baik. Itu juga yang ingin aku lakukan kalau ada laki-laki yang melecehkan seorang gadis,” ucap Abimanyu sambil menatap Narendra dengan tajam. Dia sangat geram dan ingin memukul Narendra, tapi dia berusaha untuk tenang.

“Natasya, ini udah malam. Lebih baik kalian turun ke bawah. Mungkin orang tua Narendra juga akan pulang,” ucap Abimanyu.

“Iya, Kak. Aku akan ajak Narendra turun,” ucap Natasya.

“Narendra, ayo kita turun. Kita akan bicara lagi di lain waktu,” ajak Natasya.

“Iya,” jawab Narendra.

Narendra pun melenggang pergi saat Natasya masih berdiri di tempatnya.

“Aku mohon jangan marah kayak tadi,” ucap Natasya.

Abimanyu mengangguk.

“Aku ke bawah dulu,” ucap Natasya.

“Iya. Jangan terlalu dekat dengan laki-laki itu. Dia itu orang yang berbahaya,” ucap Abimanyu.

“Iya, aku akan hati-hati,” ucap Natasya, lalu dia pergi menyusul Narendra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status