Share

7. Malam yang Dingin

Setelah acara makan malam selesai, Natasya berdiri sendirian di balkon dengan memakai pakaian tidurnya. 

“Sekarang semua orang udah setuju dengan perjodohan aku dan Narendra. Aku akan segera menikah dan aku akan hancurkan laki-laki itu,” ucap Natasya sambil menatap bintang-bintang. Tanpa ia sadari, air mata mulai mengalir dari matanya. 

Kemudian Abimanyu datang dengan membawa selimut, dia menempelkan selimut itu ke badan Natasya sembari berkata, “Malam ini dingin, aku nggak mau kamu kedinginan,” ucap Abimanyu, lalu mengalihkan pandangannya ke langit. 

“Hapus air mata itu!” titah Abimanyu sembari menatap Natasya yang berdiri di sampingnya. 

Natasya pun menuruti perintah, Abimanyu. Natasya menghapus air matanya dan Abi meletakkan tangannya di atas tangan Natasya. 

“Aku nggak suka ada air mata di mata kamu. Aku udah sering bilang sama kamu dan kamu juga udah janji nggak akan nangis atau terlihat lemah di depan aku,” ucap Abimanyu. 

“Iya, aku minta maaf,” ucap Natasya. 

“Perjodohan kamu dan Narendra sudah dipastikan. Apa kamu yakin akan menikah dengan Narendra?” tanya Abimanyu. 

“Iya, aku yakin. Itu satu-satunya jalan yang harus aku tempuh,” ucap Natasya. 

“Abi, kamu janji akan selalu ada untuk aku, kan? Aku butuh kamu,” ucap Natasya. 

“Iya, aku janji. Jangan khawatirkan hal itu,” ucap Abimanyu. 

“Jangan pergi tiba-tiba seperti yang tadi kamu lakukan,” pinta Natasya. 

“Iya, aku nggak akan kayak gitu lagi. Aku sangat mencintai kamu, itu sebabnya aku kesal saat ibunya Narendra terus bicara soal perjodohan,” ucap Abimanyu. 

“Iya, aku tau kamu marah. Tapi, lain kali jangan tujukan kemarahan kamu. Semua orang, termasuk ayah dan juga ibu bisa curiga,” ucap Natasya. 

“Mereka nggak boleh tau kalau kita berdua saling mencintai,” kata Natasya.

“Jadi, kalian berdua saling mencintai?” tanya Ibu Rubi yang tiba-tiba berdiri di belakang mereka. 

Natasya dan Abimanyu langsung terperanjat. Kemudian, mereka berbalik badan dan menatap Ibu Rubi. 

“Mama,” ucap Abimanyu dengan ekspresi terkejut. 

“Ibu,” ucap Natasya, lalu dia dan Abi saling menatap. 

“Abi, Natasya, jelaskan sama mama!” titah Ibu Rubi. 

“Kalian berdua saling mencintai?” tanya Ibu Rubi. 

“Jangan diam saja!” titah Ibu Rubi. 

“Iya,” jawab Natasya dan Abimanyu secara bersamaan. 

“Mama nggak menduga ini dari kalian. Kalian saling mencintai, tapi kalian menyembunyikan ini dari mama. Kalian benar-benar keterlaluan,” omel Ibu Rubi. 

“Maaf, Ma,” ucap Abimanyu. 

“Bu, Abi ingin mengatakan pada Ibu dan juga ayah, tapi Natasya melarangnya. Ini bukan salah Abi,” ucap Natasya membela Abimanyu. 

“Diam! Ini bukan salah kamu atau Abi, tapi ini salah kalian berdua. Mama benar-benar kecewa sama kalian berdua,” ucap Ibu Rubi. 

“Hal besar seperti ini kalian sembunyikan dari mama dan juga papa. Kalian berdua sudah dewasa, jadi kalian pikir kalian bisa menyimpan semuanya sendiri. Kalian nggak mau berbagi sama papa dan mama,” omel Ibu Rubi. 

“Bu, tolong jangan marah seperti ini. Kami salah, kami minta maaf untuk kesalahan yang kami buat,” pinta Natasya. 

“Abi, Natasya,” ucap Ibu Rubi, lalu dia memeluk keduanya. 

“Kalian berdua saling mencintai. Tapi, papa dan mama nggak tau soal itu. Mama nggak akan menyarankan Natasya menikah dengan Narendra kalau mama tau sejak awal,” ucap Ibu Rubi, lalu melepaskan pelukannya. 

“Natasya, masih ada waktu. Kamu dan Narendra masih belum menikah. Kita bisa batalkan perjodohan kamu, Nak,” ucap Ibu Rubi. 

“Mama nggak keberatan kalau Abimanyu dan Natasya saling mencintai?” tanya Abimanyu. 

“Untuk apa mama keberatan? Natasya sudah seperti putri mama sendiri. Mama akan bahagia jika anak laki-laki mama bisa bersanding dengan wanita hebat seperti Natasya,” ucap Ibu Rubi dengan bangga. 

“Natasya, kita harus batalkan perjodohan kamu dan Narendra. Kita akan cari cara lain untuk balas dendam,” usul Ibu Rubi.

“Bu, tapi menikah dengan Narendra adalah keputusan yang sangat tepat. Mereka udah terima perjodohannya dan sebentar lagi Natasya bisa masuk ke keluarga itu,” ucap Natasya. 

“Iya, Mah. Abimanyu udah janji akan dukung setiap langkah yang Natasya ambil. Natasya janji dia akan kembali sama Abi setelah balas dendamnya kepada Narendra tercapai,” ucap Abimanyu. 

“Sebaiknya pernikahan Natasya dan Narendra dipercepat agar balas dendam Natasya segera tercapai. Setelah itu Abi akan bahagia bersama Natasya,” kata Abimanyu. 

“Kalau itu sudah menjadi keputusan kalian, mama akan mendukungnya. Mama akan bicara sama papa dan pernikahan Natasya akan dipercepat,” ucap Ibu Rubi. 

“Makasih, Ma,” ucap Abimanyu. 

“Makasih banyak, Bu. Natasya nggak tau lagi harus dengan cara apa Natasya balas kebaikan kalian semua,” ucap Natasya. 

“Natasya, orang tua kamu sudah mengorbankan nyawa mereka demi keluarga ini. Kamu bukan orang asing di sini. Jangan berfikir untuk membalas yang kami berikan untuk kamu,” titah Ibu Rubi. 

Natasya langsung memeluk Ibu Rubi dengan sangat erat. 

“Natasya nggak tau akan gimana hidup Natasya dan Naraya kalau nggak ada kalian,” ucap Natasya.

Abimanyu jadi ikut terharu. Tanpa sadar Abimanyu meneteskan air matanya dan langsung menghapusnya. 

Begitu banyak penderitaan yang kamu dapatkan. Aku akan berusaha hapus penderitaan itu, Natasya, batin Abimanyu. 

“Ini sudah sangat malam dan malam ini sangat dingin. Kalian kembali ke kamar masing-masing dan istirahat, ya. Besok kalian harus ke kantor,” titah Ibu Rubi. 

“Mama duluan, ya,” ucap Ibu Rubi, lalu pergi meninggalkan mereka berdua saja. 

“Sekarang mama tau tentang kita dan mama nggak keberatan. Kalau mama nggak keberatan, papa juga nggak akan keberatan,” ucap Abimanyu dengan bahagia. 

“Iya. Aku senang akan hal itu. Secepatnya aku akan selesaikan balas dendam aku dan kita akan bahagia sama-sama,” ucap Natasya. 

“Iya, aku akan berusaha bersabar sampai waktunya tiba,” ucap Abimanyu. 

“Abi, makasih banyak untuk semua yang kamu dan keluarga kamu kasih buat aku. Makasih untuk cinta kamu,” ucap Natasya. 

“Aku merasa jadi orang yang paling beruntung karena kalian ada untuk aku dan Naraya. Bahkan di saat sulit seperti ini kalian selalu dukung kami,” tambah Natasya. 

“Kamu bicara apa, Natasya? Kita ini keluarga kamu. Tentu kita akan selalu ada untuk kamu dan juga Naraya,” ucap Abimayu. 

“Kamu sahabat, teman, saudara dan cinta aku sejak kecil. Dan Naraya itu sudah aku anggap sebagai adik kecil aku yang manis dan lucu. Kalian berdua juga orang penting di hidupmu aku, selain mama dan papa,” ungkap Abimanyu. 

“Kamu ingat waktu kita kecil, kita pernah berjanji akan selalu ada untuk satu sama lain. Kita janji untuk selalu bersama apapun yang terjadi,” ucap Abimanyu.

“Umur aku dan kamu beda dua tahun, tapi aku merasa kalau kamu lebih tua dari aku. Kamu selalu melindungi dan menjaga aku. Kadang aku juga berfikir kalau kamu lebih cocok jadi mama aku,” ledek Abimanyu.

Natasya yang semula bersedih jadi tersenyum karena kata-kata yang Abimanyu lontarkan.

“Kamu yang selalu jaga aku. Setiap kali aku jatuh pasti kamu yang selalu pertama mengulurkan tangan kamu dan aku raih tangan kamu,” ucap Natasya. 

“Iya juga, kalau gitu kita selalu saling menjaga. Aku jaga kamu dan kamu jaga aku. Kita memang selalu saling melengkapi,” ucap Abimanyu. 

“Iya, kita memang selalu saling melengkapi. Setiap mata pelajaran matematika kamu nggak bisa dan aku yang kerjain PR kamu,” ucap Natasya. 

“Tapi, setiap kamu ada tugas menggambar, aku yang ngerjain,” imbuh Abimanyu. 

“Iya. Aku ingat masa-masa itu,” ucap Natasya sambil tersenyum. 

“Guru SD kasih PR untuk gambar rumah dan kamu gambar istana yang sangat bagus. Guru sampai curiga dan nggak percaya kalau itu gambar aku. Pada akhirnya aku ngaku kalau itu hasil karya kamu,” imbuh Natasya. 

“Iya, akhirnya kita berdua dipanggil ke kantor dan mama papa juga ikut terseret sampai mereka harus datang ke sekolah,” kata Abimanyu. 

“Setelah itu ibu dan ayah bilang akan hukum kita. Tapi, mereka berbohong sama guru. Bukannya kasih hukuman, mereka justru ajak kita jalan-jalan dan beli ice cream,” tambah Natasya. 

Mereka kemudian tersenyum lebar dan mengingat semua kejadian yang terjadi saat mereka masih kecil dan duduk di bangku SD. 

“Naraya yang saat itu masih polos langsung marah ketika tau kita jalan-jalan dan beli ice cream, sedangkan dia belajar di sekolah,” ucap Natasya, lalu senyumannya langsung pudar karena mengingat Naraya. 

“Ini hari pertama aku jauh dari Naraya. Entah sekarang Naraya lagi apa. Dia pasti kesepian di sana,” ucap Natasya. 

“Naraya nggak kesepian. Di sana ada banyak orang,” ucap Abimanyu. 

“Tapi, Naraya nggak terbiasa jauh dari aku. Sejak kecil Naraya selalu dekat dengan aku. Bahkan dia nggak pernah bisa tidur sendirian,” ucap Natasya. 

“Jangan khawatir soal Naraya. Banyak perawat yang akan menjaga Naraya di sana. Naraya akan segera sembuh dan kembali bersama kita,” kata Abimanyu. 

“Sekarang pikirkan saja balas dendam kita untuk Narendra. Naraya pasti baik-baik aja di sana,” ucap Abimanyu. 

“Sampai kapan Naraya harus jauh dari kita?” tanya Natasya. 

“Sampai dia sembuh,” jawab Abimanyu.

“Kita doakan saja agar Naraya cepat sembuh. Yang terjadi sama Naraya itu pasti berat untuknya. Akan butuh waktu untuk Naraya sembuh dari trauma itu,” ucap Abimanyu. 

“Abi....” Tiba-tiba ponsel Natasya berdering sehingga dia memotong ucapannya. 

“Siapa yang telfon malam-malam,” ujar Natasya, lalu menerima panggilan yang masuk. 

“Halo,” ucap Natasya. 

“Halo. Aku Narendra. Maaf kalau ganggu kamu malam-malam,” ucap Narendra di telepon. 

“Iya, nggak papa,” jawab Natasya. 

“Aku kira kamu udah tidur, ternyata belum,” ujar Narendra. 

“Iya, ada apa? Apa ada hal yang penting sampai kamu telepon aku?” tanya Natasya dan Abimanyu terus menyimak. 

“Aku cuma mau cek nomor HP kamu. Dan iya, aku lupa kasih tau kamu sesuatu,” ucap Narendra. 

“Sebenarnya ini adalah hari ulang tahun aku. Aku mau kamu dan keluarga kamu datang ke pesta ulang tahun yang mama aku buat. Undangan akan dikirim, tapi aku pikir untuk kasih tau kamu lebih awal,” ucap Narendra. 

“Iya, kita semua akan datang ke pesta kamu,” ucap Natasya. 

“Selamat ulang tahun,” ucap Natasya. 

Narendra langsung melihat ponselnya dan kembali bicara. 

“Sekarang pukul nol nol lebih lima menit. Kamu adalah orang pertama yang ucapan selamat ulang tahun ke aku. Aku akan ingat waktu ini. Terima kasih,” ucap Narendra. 

“Sama-sama,” ucap Natasya. 

“Kamu dimana dan kenapa belum tidur?” tanya Narendra. 

“Aku ada di balkon. Aku belum mengantuk, jadi aku belum tidur,” jawab Natasya. 

“Kalau gitu kamu harus ke kamar kamu dan istirahat. Jangan sampai kamu kurang tidur dan jatuh sakit,” saran Narendra. 

“Iya, aku tutup dulu teleponnya, ya?” tanya Natasya. 

“Iya, selamat tidur dan mimpi indah,” ucap Narendra, lalu Natasya langsung menutup teleponnya. 

“Narendra yang telepon. Dia bilang hari ini ulang tahunnya dan kita diundang ke pesta ulang tahun yang dibuat oleh mamanya,” ucap Natasya. 

“Bagus, aku berfikir untuk buat kekacauan di pesta itu,” ucap Abimanyu. 

“Apa yang akan kamu lakuin?” tanya Natasya. 

“Besok pagi aku akan kasih tau kamu. Sekarang kamu tidur dulu, ya,” ucap Abimanyu. 

“Iya, kamu juga tidur, ya,” ucap Natasya. 

“Iya. Selamat tidur. Semoga kita ketemu di alam mimpi,” ucap Abimanyu. 

Natasya hanya tersenyum dan langsung pergi meninggalkan Abimanyu sendirian. 

“Besok aku akan buat Narendra dipermalukan di depan semua orang yang hadir di pesta ulang tahunnya. Narendra pantas dipermalukan karena melecehkan seorang wanita,” ucap Abimanyu dengan sorot mata penuh kebencian. Kemudian dia tersenyum licik. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status