Share

8. Hadiah Kejutan

“Natasya, kamu ke kantor sama aku atau sama papa?” tanya Abimanyu kepada Natasya yang sedang sarapan di ruang makan. 

“Lebih baik kalian berdua pergi duluan. Papa mau temani mama ke rumah teman mama,” ucap Pak Adam. 

“Iya, Pa,” ucap Abimanyu. 

“Apa benar kalian berdua saling mencintai seperti yang dibilang sama mama?” tanya Pak Adam. 

“Iya, Pa. Kami berdua saling mencintai,” jawab Abimanyu tanpa rasa ragu sedikitpun. 

“Masalah yang terjadi membuat kalian berdua tidak bisa bersatu untuk saat ini. Papa bahagia, tapi papa juga sedih karena kalian belum bisa bersatu walaupun kalian saling mencintai,” ucap Pak Adam. 

“Iya, Pa. Kami berdua bisa mengerti keadaan. Cinta Abimanyu dan Natasya sangat penting. Tapi, keadilan untuk Naraya juga sangat penting,” ucap Abimanyu.

“Abimanyu dan Natasya akan bersatu setelah balas dendam itu tercapai,” imbuh Abimanyu. 

“Natasya, kamu harus yakin kalau kamu bisa mencapai tujuan kamu. Kamu anak yang mandiri dan juga pekerja keras. Ayah yakin kamu bisa melewati semuanya dengan mudah,” ucap Pak Adam pada Natasya. 

“Iya, Ayah. Natasya akan berusaha keras agar tujuan Natasya segera tercapai,” ucap Natasya. 

“Naraya pantas untuk mendapatkan keadilan. Keadilan itu akan didapatkan saat Narendra hancur,” kata Natasya. 

“Kamu tidak perlu khawatir, Natasya. Kita semua selalu ada untuk kamu. Kita akan berjuang sama-sama untuk memberikan pelajaran pada Narendra,” ucap Pak Adam. 

“Iya, Ayah. Makasih banyak,” jawab Natasya. 

“Apa kita bisa pergi sekarang, Natasya?” tanya Abimanyu. 

“Iya,” jawab Natasya. 

“Pa, Ma, kami pergi dulu,” pamit Abimanyu. 

“Iya, Sayang. Kalian hati-hati di jalan, ya,” pesan Ibu Rubi. 

“Iya, Ma,” jawab Abimanyu. 

“Bu, Yah, Natasya pergi dulu,” ucap Natasya. 

“Oh, iya. Nanti malam keluarga Adijaya akan mengadakan pesta ulang tahun untuk Narendra. Kita akan datang ke sana, kan?” tanya Natasya. 

“Iya, tentu kita akan datang ke sana. Ibu nggak sabar menunggu undangan itu,” ucap Ibu Rubi. 

“Kenapa mamah nggak sabar?” tanya Abimanyu. 

“Karena kalian akan melakukan sesuatu di pesta itu, kan? Kalian akan mempermalukan Narendra, kan?” tanya Ibu Rubi. 

“Mama tau?” ucap Narendra heran. 

“Iya, apa yang mama nggak tau. Tadi pagi mama dengar kalian lagi di taman dan bicara soal mempermalukan Narendra di pesta,” ucap Ibu Rubi. 

“Apa yang akan kalian lakukan?” tanya Ibu Rubi. 

“Abi masih berfikir, Ma. Sekarang Abi dan Natasya pergi dulu. Kalian akan tau apa yang akan Abi lakukan di pesta itu nanti malam,” ucap Abimanyu. 

“Iya, mama akan tunggu saatnya. Mama penasaran dan benar-benar nggak sabar,” ucap Ibu Rubi. 

“Sejak kapan mama jadi nggak sabaran seperti ini? Biasanya mama orang yang paling sabar,” ujar Pak Adam. 

Natasya dan Abimanyu malah tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Pak Adam kepada Ibu Rubi. 

“Ma, Pa, kita pergi sekarang, ya. Sampai besok kita nggak akan pergi kalau terus bicara,” ucap Abimanyu. 

“Ayo, Natasya,” ajak Abimanyu. 

“Iya,” jawab Natasya. 

Abimanyu langsung menarik tangan Natasya dan mereka pergi bersama. 

“Kasihan mereka, seharusnya mereka bersatu, tapi cinta mereka terhalang oleh rencana balas dendam,” ujar Ibu Rubi. 

“Tenang saja, Ma. Jika Tuhan menakdirkan mereka bersatu, mereka pasti akan bersatu,” ucap Pak Adam. 

***

“Abi, apa rencana kamu?” tanya Natasya yang duduk di samping Abimanyu, di dalam mobil. 

“Aku akan kasih tau saat di kantor,” jawab Abimanyu sambil menyetir. 

“Abi, nanti malam kita harus datang ke pesta ulang tahun Narendra,” ucap Natasya. 

“Iya, lalu?” tanya Abimanyu. 

“Kita harus belikan hadiah untuk Narendra, kan?” tanya Natasya. 

“Itu rencana aku, aku akan siapkan hadiah yang spesial untuk Narendra,” ucap Abimanyu. 

“Kamu akan siapkan hadiah untuk Narendra. Kamu yakin?” tanya Natasya. 

“Iya, apa aku kelihatan nggak serius?” ucap Abimanyu. 

“Natasya, aku akan siapkan hadiah yang akan buat Narendra terkejut. Narendra akan ketakutan saat di terima hadiah dari aku,” ucap Abimanyu. 

“Hadiah apa? Jangan buat aku jadi penasaran. Aku nggak suka penasaran kayak gini,” ucap Natasya. 

“Aku kan udah bilang, aku akan kasih tau kamu di kantor,” ucap Abimanyu. 

“Janji?” tanya Natasya. 

“Iya, aku janji,” ucap Abimanyu. 

“Tapi, hadiah itu nggak cukup untuk Narendra. Aku rasa kita harus beli hadiah sungguhan supaya Narendra terkesan. Hadiah kejutan akan aku kirimkan ke rumahnya tanpa nama pengirim, sedangkan hadiah sungguhan akan kita bawa ke pesta nanti malam” kata Abimanyu. 

“Gimana kalau nanti sore kita mampir ke mall dan beli hadiah untuk Narendra. Hanya untuk formalitas aja,” ucap Abimanyu. 

“Aku rasa kita nggak perlu repot pergi ke mall. Kamu punya beberapa barang yang belum dipakai, kan? Jam tangan, pakaian, sepatu dan lainnya. Gimana kalau kita bungkus itu untuk Narendra?” ujar Natasya. 

Abimanyu tersenyum. “Kamu benar. Lagipula untuk apa kita buang waktu cuma untuk beli hadiah buat Narendra. Kita akan bungkus barang aku yang belum pernah aku pakai dan kita tinggal kasih nama kita aja di hadiah itu,” ucap Abimanyu. 

“Ternyata kamu jauh lebih bijak,” puji Abimanyu, lalu tersenyum licik. 

“Narendra itu orang yang sangat menjijikan. Sayangnya aku harus menikahi laki-laki seperti itu,” ucap Natasya. 

“Sabar, Natasya. Pernikahan kamu dan Narendra pasti nggak akan bertahan lama. Aku yakin kamu akan dengan mudah selesaikan balas dendam kamu,” ucap Abimanyu, lalu meletakkan satu tangannya di atas tangan Natasya. 

“Senyum dong. Kamu itu lebih cantik saat tersenyum,” pinta Abimanyu. Natasya pun tersenyum sambil menatap Abimanyu. 

***

“Ayo sini, aku akan tunjukkan hadiah kejutan untuk Narendra,” ajak Abimanyu sambil memasuki ruang kerjanya.

Natasya masuk dan mengamati seluruh bagian di ruangan itu. Tapi, Natasya tak melihat kotak hadiah di dalam ruangan Abimanyu. 

“Dimana hadiahnya? Aku nggak liat kotak hadiah di ruangan kamu,” ucap Natasya. 

“Natasya, hadiahnya memang belum aku buat. Sekarang kita akan buat sama-sama,” ucap Abimanyu sembari menyalakan laptop yang tergeletak di meja dan laptop itu dihubungkan dengan sebuah printer. 

“Sekarang kamu kirim foto Naraya ke laptop aku. Aku udah nyalakan bluetooth nya,” titah Abimanyu. 

“Buat apa aku kirim foto Naraya?” tanya Natasya. 

“Aku akan cetak foto Naraya. Cepetan kirim fotonya,” titah Abimanyu. 

“Iya, aku akan kirim fotonya. Tunggu sebentar,” ucap Natasya. Natasya mengotak-atik ponselnya dan mengirimkan foto Naraya ke laptop Abimanyu. 

“Okay. Foto Naraya udah masuk ke laptop. Aku akan cetak ini,” ucap Abimanyu. 

Abimanyu pun mencetak foto Naraya. Printer memproses cetak gambar itu dengan sangat cepat sehingga gambar Naraya sudah tercetak dengan jelas. 

“Udah selesai,” ucap Abimanyu seraya mengambil gambar Naraya dan menunjukannya pada Natasya. 

“Apa yang akan kita lakukan dengan foto Naraya?” tanya Natasya. 

“Natasya, kita aku akan taruh foto Naraya di bingkai dan aku akan kirim ke kantor Narendra. Aku akan pastikan kurir mengantarkan foto ini ke Narendra,” kata Abimanyu.

“Buat apa kamu kirim foto Naraya ke Narendra? Narendra akan buang foto Naraya. Dia udah buang Naraya seperti sampah setelah dia melecehkan Naraya. Aku nggak akan biarkan dia buang foto Naraya,” ucap Natasya.

“Natasya, aku lakukan ini hanya untuk membuat Narendra merasa takut. Aku akan kirimkan surat bersama dengan foto ini. Aku mohon jangan larang aku lakukan ini,” pinta Abimanyu. 

“Kamu percaya sama aku, kan? Aku lakukan ini demi Naraya,” kata Abimanyu sembari menatap wajah Natasya. 

Natasya menatap Abimanyu dan mengangguk. 

“Makasih,” ucap Abimanyu. 

“Aku ijinkan hanya untuk Naraya,” ucap Natasya. 

“Iya, aku lakukan ini juga untuk Naraya,” ucap Abimanyu.

“Iya,” jawab Natasya. 

“Aku akan suruh Bayu taruh foto ini di bingkai dan tulis surat untuk Narendra. Lalu, aku juga akan suruh Bayu kirimkan ini ke kantor Narendra,” ucap Abimanyu. 

“Kamu tunggu di sini, ya. Setelah ini aku mau bicara sama kamu,” ucap Abimanyu. 

“Iya, aku akan tunggu di sini,” ucap Natasya.

Kemudian Abimanyu pergi keluar ruangannya dengan membawa foto Naraya. 

“Orang seperti Narendra nggak akan merasa ketakutan. Dia nggak takut melecehkan seorang gadis, mana mungkin dia takut dengan sebuah foto dan surat,” ucap Natasya, kemudian dia duduk di sofa yang terletak di ruang kerja Abimanyu. 

“Permisi.” Seorang wanita berpakaian sangat rapi masuk ke ruang kerja Narendra dan menghampiri Natasya.

“Hi, Natasya!” sapa wanita cantik itu. 

“Hi, Karina!” balas Natasya. 

“Apa Pak Abi sedang keluar?” tanya gadis bernama Karina itu, dia adalah sekretaris pribadi Abimanyu. 

“Iya, Abi keluar untuk menemui Bayu. Dia ada urusan, tapi cuma sebentar kok,” ucap Natasya. 

“Silahkan duduk,” ucap Natasya dengan ramah. 

Karina pun duduk di samping Natasya. 

“Kamu lagi ngapain di sini?” tanya Karina. 

“Abi minta aku tunggu di sini karena dia mau bicara sama aku setelah ketemu sama Bayu,” jawab Natasya. 

“Kalau begitu aku datang di waktu yang salah. Aku akan pergi dan kembali lagi nanti setelah kalian bicara,” ucap Karina. 

“Nggak, Karina. Tetap di sini, ya. Pasti ada pekerjaan penting, kan? Kamu bisa bicara sama Abi duluan. Aku dan Abi satu rumah, kita bisa bicara kapan aja,” ucap Natasya. 

“Iya. Terima kasih banyak, Natasya,” ucap Karina. 

“Iya, sama-sama. Tapi, aku akan pergi setelah Abi ke sini, ya. Dia akan marah kalau aku tiba-tiba pergi tanpa kasih tau dia,” ucap Natasya. 

“Iya, nggak papa. Pak Abi sering bilang kalau kamu adalah saudaranya. Ruangan Pak Abi ruangan kamu juga,” ucap Karina. 

“Iya, dari kecil aku dan Abi selalu bersama. Aku dan Abi lebih dari saudara,” ucap Natasya. 

“Kamu beruntung bisa tinggal di rumah besar dan menikmati fasilitas mewah karena kamu dianggap sebagai putri keluarga Atmaja,” ujar Karina.

“Iya, aku memang sangat beruntung. Aku bersyukur dengan yang aku punya sekarang,” ucap Natasya. 

“Natasya, kapan Pak Abimanyu akan menikah? Dia udah punya calon istri atau belum?” tanya Karina. 

“Aku mau dong jadi calonnya. Jodohin aku sama Pak Abi, ya,” pinta Karina. 

“Tapi, Abi sudah jatuh cinta kepada seorang gadis. Kamu nggak bisa jadi calon istrinya. Tapi, kamu akan dapatkan laki-laki yang lebih baik dari Abi,” ucap Natasya. 

“Siapa wanita beruntung itu? Orang seperti Pak Abi pasti akan sangat membahagiakan wanita itu,” ucap Karina. 

“Iya, wanita itu sangat bahagia dan beruntung karena bisa mendapatkan cinta laki-laki seperti Abimanyu,” kata Natasya yang merasa sangat beruntung.

***

“Kirimkan surat dan juga hadiahnya kepada Narendra Adijaya. Harus Narendra yang menerima paketnya. Jangan sampai paketnya jatuh ke tangan orang lain,” titah Abimanyu kepada Bayu yang merupakan orang kepercayaannya. 

“Baik, Pak. Saya akan suruh kurir mengantarkan paketnya tanpa nama pengirim. Saya juga akan pastikan kalau paket itu diterima oleh Pak Narendra,” ucap Bayu. 

“Bagus! Saya percaya sama kamu. Kamu adalah orang kepercayaan saya. Jadi, jangan kecewakan saya!” titah Abimanyu. 

“Baik, Pak. Saya permisi dulu. Saya akan kirimkan ini ke ekspedisi dan saya akan pastikan kurir menyerahkannya langsung kepada Pak Narendra,” ucap Bayu. 

“Iya, semoga sukses,” ucap Abimanyu. 

“Baik, Pak,” jawab Bayu, lalu pergi. 

“Natasya pasti nunggu aku terlalu lama, aku akan ke ruangan sekarang,” ujar Abimanyu. Kemudian Abimanyu pergi ke ruangannya dan menemui Natasya yang sedang duduk bersama Karina. 

“Natasya, maaf aku buat kamu nunggu lama,” ucap Abimanyu. 

“Iya, nggak masalah,” jawab Natasya. 

“Abi, ada pekerjaan penting yang harus Karina bicarakan sama kamu. Kita bicara nanti aja saat makan siang,” ucap Natasya. 

“Iya,” jawab Abimanyu. 

“Karina, aku duluan,” ucap Natasya. 

“Iya, silahkan,” jawab Karina.

Natasya pergi dan Karina menghampiri Abimanyu. 

“Pak, kita harus bicarakan soal kontrak dengan Pak Deni,” ucap Karina. 

“Iya, silahkan duduk,” ucap Abimanyu. 

Mereka berdua duduk dan bicarakan soal pekerjaan mereka. Setelah beberapa menit kemudian, kurir sampai di kantor Adijaya dan menemui Narendra di depan ruangan Narendra. 

“Pak, ada kiriman untuk Pak Narendra,” ucap seorang kurir yang berhadapan dengan Narendra. 

“Iya,” jawab Narendra sembari menerima sebuah paket yang dikirimkan oleh Abimanyu. 

“Siapa nama pengirimnya?” tanya Narendra. 

“Maaf, Pak. Pengirim tidak mengijinkan saya untuk memberitahu namanya. Saya hanya di suruh mengirimkan barang ini saja. Permisi,” jawab kurir itu, lalu pergi. 

“Siapa yang kirim paket ini?” tanya Narendra heran. 

“Iya, hari ini hari ulang tahun aku, ini pasti hadiah kejutan dari seseorang,” ujar Narendra. 

“Pak Narendra sudah menerima paket itu. Sekarang saya harus segera pergi dari sini,” ucap Bayu yang sedari tadi mengamati Narendra. Dia kemudian pergi dari sana. 

Narendra sangat penasaran dengan isi paketnya. Dia pun langsung merobek kemasannya dan membalik pigura yang berisi foto Naraya. Saat itu wajahnya langsung terkejut. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status