Sebuah Apartemen besar yang dihiasi dengan beberapa fasilitas terlengkap, terlihat cukup mewah dengan kolam renang. Bisa di perkirakan bahwa Apartemen itu kira-kira mencapai dua lantai.
Terlihat sebuah mobil warna hitam pekat yang mendarat di depan apartemen itu, bahkan pengawal yang melihatnya langsung bergegas turun menuju mobil itu.
Tak lama, mata para pengawal melihat Richard dan Kirana menuruni mobil yang mereka bawa tadi.
"Selamat datang tuan dan nyonya besar!!" teriak mereka semua serempak, bahkan hal itu membuat Kirana kaget dengan teriakan mereka.
"Bawa barang-barang yang ada di mobil itu ke kamarku," ucap Richard dan berjalan ke atas.
Kirana agak mematung, dia belum pernah melihat Apartemen sebesar ini, bahkan di kotanya pun tak ada yang tinggal di Apartemen sebesar ini.
"Kamu ngapain? Gak masuk?" tanya Richard saat tahu bahwa Kirana tak mengikutinya dari belakang.
Kirana pun berlari kecil menuju Richard, tapi matanya tak lepas dari beberapa benda unik yang menarik matanya.
"Apartemen kamu besar juga," ucap Kirana yang masih sibuk melihat kesana-kemari.
"Biasa saja," jawab Richard tak peduli.
"Cih ... biasa matamu, dari lampunya aja, udah bisa di lihat kalau itu bukan merek di Indonesia."
"Yah tapi menurutku biasa-biasa aja, gak menarik sama sekali."
"Orang kaya benar-benar suka menghabiskan uang," batin Kirana.
Mereka berdua kini masuk ke dalam apartemen, dan lagi-lagi Kirana di buat takjub dengan isi Apartemen. Dia bahkan tak bisa menyangka ini Apartemen atau Museum, benda-benda langka terpampang jelas di depan matanya.
"Ini asli?" tanya Kirana sambil menujuk kearah salah satu lukisan.
"Menurutmu? Apa aku terlihat seperti orang yang suka kepalsuan?" Richard lagi-lagi memberikan jawaban yang membuat Kirana Jengkel.
Tak lama mereka pun sampai kedepan pintu kamar mereka.
"Kamarku?" tanya Kirana sambil melihat sekeliling, tapi tak melihat pintu kamar lain selain pintu kamar di depan mereka.
"Di depanmu ini apa? Tembok?" Richard menatap Kirana dengan malas, dia benar-benar tak menyangka memiliki istri kontrak yang agak lugu.
"T--unggu ... maksud kamu kita tidur bareng?" tanya Kirana dan di balas anggukan oleh Richard.
Richard langsung membuka pintu kamar itu dan mulai masuk kedalam, tapi langkahnya terhenti saat melihat Kirana yang tak mau masuk.
"Tenang saja, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu." Richard melanjutkan jalannya.
"Bagaimana aku bisa percaya, semua laki-laki itu busuk dengan omongannya." Kirana masih berpegang teguh, dia tak ingin dirusak, walau pernikahan ini sebatas kontrak.
"Baiklah, jika itu mau mu, kamu bisa tidur di luar, aku gak keberatan tidur sendirian," ucap Richard dengan entengnya sembari berbaring di atas kasur.
"Masa cewek harus tidur di luar?"
"Yang nyuruh tidur di luar siapa? Kamu sendirikan yang gak mau tidur di dalam."
"Ta--tapikan gak gini juga."
"Terserah, mau masuk apa ngga, aku mau nutup pintu." Richard mengambil remote dan mengarahkannya ke pintu, supaya bisa tertutup otomatis.
"Aku bakal ganggu tidurmu Richard," ancam Kirana.
"Ganggunya gimana? Ini kamar kedap suara."
"Masa sih?"
"Gak percaya? Ok aku tunjukin."
Richard langsung menekan tombol remote, dan tak lama pintu pun tertutup dengan perlahan-lahan. Melihat itu, Kirana langsung mendorong pintu itu, tapi mustahil karena pintu itu tak bergerak mundur sedikit pun.
"Ok-ok kita tidur bareng!" teriak Kirana, dan bersamaan dengan terhentinya pintu saat hampir tertutup.
Richard tersenyum menang. Pintu pun perlahan terbuka sedikit, lalu dengan cepat Kirana masuk kedalam.
"Kau ... Richardo Elios, jangan harap bisa lolos dariku," ucap Kirana lalu berjalan menuju sofa.
"Kamu yakin mau tidur di tempat itu?"
"Untuk jaga-jaga, jangan sampai kamu berbuat yang tidak-tidak." Kirana pun mendaratkan pantatnya di sofa panjang.
"Ok, selamat menikmati tidur dengan satu gaya," ejek Richard menahan tawanya.
Kirana tak memperdulikannya, dia pun mulai mengambil bantal di tidur di sofa, Richard hanya bisa menahan tawa melihat tingkah absurd Kirana.
Sedangkan di kediaman Hernandos, terlihat beberapa kaca dan vas bahkan lukisan yang sudah terjatuh berserahkan di tanah.
"Brengsek! Richard brengsek! Dari mana dia tahu itu." Justin memukul meja berkali-kali dengan tatapan dan emosi yang sudah meluap.
"Sudah aku bilangkan, kita harus melenyapkan Richard saat masih kecil, kamu sendiri yang tak mau melakukan hal itu." Sandra menatap Justin dari jauh.
Justin pun membalikkan badannya dan kini berhadapan dengan Sandra. "Anak brengsek itu, bisa-bisanya dia ingin melepaskan diri dariku."
Sandra tersenyum licik, dia berjalan dengan pelan lalu meraba leher Justin sambil meniupnya pelan, hingga membuat Justin sedikit sensitif.
"Karna itulah, kita harus melakukan sesuatu supaya anak itu tak menganggap remeh kita."
Justin membalas Sandra, dia meraba paha dan area sensitif Sandra, hingga membuat Sandra sedikit mendesah.
"Tenang saja sayang, dia akan bernasib tragis seperti ibunya, Amanda Elios."
Justin dan Sandra pun mulai saling membalas gerakan tangan, mereka sudah bergairah dari tadi, lalu tenggelam dalam dunia panas mereka dengan membalas ciuman satu sama lain dan berakhir di tempat tidur.
Jam menunjukan 00:00 yang berarti sudah tengah malam, tapi Richard tak tidur, dia masih memainkan komputernya dan membuat proyek baru.
Tapi matanya sesekali menatap kearah Kirana yang tengah tertidur pulas.
"Padahal tadi bilangnya ingin mengawasiku, tapi dia sendiri malah tidur," batin Richard.
Dia melanjutkan mengetik beberapa kata untuk proyek itu, dan akhirnya selesai sesuai perkiraannya.
"Dasar, apa semua wanita itu sama? Mereka hanya ingin di turuti." Richard berjalan pelan menuju kearah Kirana.
Tangan Richard mengusap pelan rambut kirana yang menutup area dahinya itu.
"Tenang saja, aku akan tepati janjiku padamu Kirana." Richard mengangkat tubuh Kirana dan membopongnya ke kasur lalu menidurkannya.
Richard berjalan menuju sofa untuk tidur, tapi langkahnya terhenti saat mendengar bunyi dering panggilan dari ponselnya.
"Siapa yang menelpon tengah malam begini?" batin Richard sambil berjalan menuju ponsel yang ada di atas meja kerjanya.
Nomor yang tak di kenal? Richard menatap nomor itu dengan teliti, dan tak lama mengangkat panggilan itu.
"Lama sekali kau mengangkatnya Richardo Elios."
Richard memicingkan matanya, orang yang menelfon dengannya memakai Voice Changer.
"Siapa kau?"
"Santai dulu, kamu seperti orang yang siap mengintogerasiku Richard."
"Brengsek! Aku tanya siapa kau!" teriak Richard dan membuat Kirana sedikit bergerak dan terganggu oleh suaranya.
"Sifatmu itu tak hilang dari dulu, ok baiklah aku maklumi."
"Apa maumu?"
"Tenang saja, aku hanya ingin bilang kalau aku akhir-akhir ini memimpikan mawar merah dengan gaun yang berdarah."
Mata Richard langsung membulat, jantungnya berdegup dengan cepat. Orang yang menelfonnya itu tau kejadian yang sebenarnya.
"Aku tanya sekali lagi, siapa kau?"
"Masih kasar seperti biasanya, tenang saja aku cuman ingin bilang itu saja. Akhir-akhir ini mimpi itu selalu mengganggu pikiranku."
"Kau--"
Telfon pun di putuskan sebelum Richard melanjutkan pembicaraannya, dia meremas ponsel dengan kuat dan dia benar-benar marah hingga matanya memerah.
"Dia ... dia tau siapa di balik pembunuhan ibuku."
Bersambung...
"Sial! Kejar wanita itu!" teriak seseorang dari balik tirai. Para penjaga bahkan pengawal pun langsung mengejar seorang wanita paruh baya dengan mengenakan gaun putih. Wanita paruh baya itu berlari sampai ia berada di taman mawar merah, dia benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana. "Itu dia!" teriak pengawal ketika melihat wanita yang mereka cari. Mendengar teriakan pengawal, wanita itu langsung panik dan ia berlari masuk kedalam taman bunga mawar merah. Richard yang mendengar suara teriakan dari taman, dia berlari sampai akhirnya ia tiba di taman. Mata Richard langsung membulat ketika melihat ibunya yang sedang duduk tak berdaya sambil menatap kosong kedepan. Richard pun mengalihkan pandangannya kearah ruang gelap yang di tatap ibunya. "Richard, lari!" teriak Amanda dan dengan cepat orang yang di ba
Hari mulai beranjak malam, burung-burung pun mulai kembali ke sarang mereka, bahkan sisa-sisa sunset sore sudah menghilang. Terlihat Kirana sedang memasak di rumah sambil mengenakan pakaian maidnya. Entah ada apa dengannya, sehungga memakai pakaian maid yang begitu pendek dan terlihat sexy. Jam menunjukan pukul 19:30, terdengar dari luar mobil Richard sudah sampai di depan Apartemen. "Bagaimana? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Richard kepada Bodyguard. "Tidak ada tuan, cuman ada seseorang yang bertabrakan dengan nyonya Kirana," jawabnya. "Siapa?" "Hanya orang biasa, katanya dia cuman lari dari orang yang mengejarnya." "Baiklah, terus awasi Kirana." Richard menepuk pelan pundak Bodyguardnya lalu berjalan masuk kedalam Apartemen. Ketika sampai di dalam, langkah Richard terhenti ketika melihat Kirana yang tengah memakai pakaia
Richard membuka matanya dengan cepat, nafasnya sudah tidak teratur, bahkan detak jantungnya berdegup sangat kencang. Mimpi itu lagi. Mimpi yang bersarang di dalam ingatan Richard, karena itulah dia selalu ingin menghilangkan semua mimpi buruk dan teka-teki yang ada di kepalanya. Richard menatap kearah jendela ruang kerjanya, dia tertidur karena terlalu kelelahan. Setelah ia mengetahui bahwa orang yang menabrak Kirana hanyalah orang biasa, dan tidak ada hubungannya dengan semua ini. Richard pun berdiri, lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya, tapi matanya menangkap seorang gadis yang tengah memasak makanan untuk sarapan. "Kirana?" Richard berjalan menuju meja makan yang sudah ada beberapa masakan Kirana. "Maafkan aku Kirana, tadi malam aku benar-benar gak bisa mengendalikan diriku," ucap Richard menyesal, dia tahu bahwa Kiran
Kirana menatap langit-langit kamarnya, dia menelusuri setiap jejak seni yang tergambar di atasnya itu.Richard hari ini lembur hingga di tak bisa pulang kerumah. Kirana sebenarnya marah dan emosi atas tindakan Richard waktu itu.Dia takut trauma masa kecilnya muncul kembali. Kirana masih ingat, bagaimana dia waktu kecil di paksa dan di telanjangi seluruh tubuhnya di depan pamannya.Kirana menggelengkan kepalanya, dia tak ingin memikirkan masa lalu yang ia lewati dengan susah payah.KRINGG!!Sebuah panggilan telfon berhasil mengalihkan pikiran Kirana yang random, dia pun mengambil ponselnya yang ia taruh di nakas."Halo," ucapnya dengan suara agak serak."Halo sayang, gimana kabar kamu? Bunda rindu sama kamu Kirana," ucap seorang wanita dari balik ponsel."Kirana juga rindu sama Bunda, Bunda tunggu sebentar yah, Kirana janji bakal buat Bunda operasi dan hidup normal lagi." Kirana menggigit bibir bawahnya, dia tak ing
PLAKK PLAKKMr Monkey baru saja menampar Thomas. Wajah pria itu bahkan sudah penuh darah segar."SIAPA YANG NYURUH KAU ANGKAT TELFON INI BRENGSEK! AKU KIRA TADI KIRANA YANG ANGKAT!" Teriakan Mr Monkey menggelegar memenuhi ruangan.Bukannya menjawab, Thomas malah terkekeh.PLAKK!!Tamparan pun di layangkan di wajah Thomas, pria itu sudah tak bisa bergumam lagi."Brengsek! Bikin susah saja, lagian siapa yang nelfon tadi," ucap Mr Monkey setelah membanting tubuh Thomas di bawah lantai."Cari wan--" Perkataan Mr Monkey terhenti saat mereka semua mendengar beberapa buah suara mobil yang baru saja datang."Sial!"Mereka semua langsung berhamburan keluar dari pintu belakang."TANGKAP MEREKA!" Teriak Richard saat melihat mereka yang berhamburan keluar.Dengan secepat kilat, seluruh penjaga Richard berlarian untuk mengejar para penyusup itu.Richard tak ingin tertinggal dari para pengawalnya, dia dengan
Di rumah sakit Mutiara Alkasih, beberapa orang lalu lalang masuk kedalam, ada juga yang keluar.Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk."Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya."Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?"&n
Jam menunjukan pukul 09:00, menandakan bahwa pertumpahan akan terjadi.Richard telah mengumpulkan semua pasukannya. Pasukan yang ia ambil dari pembunuh tingkat atas, serta mantan komandan militer terkuat di indonesia dan negara luar."Kalian harus membunuh siapapun yang kalian temui di gedung itu! Jangan biarkan seekor nyamuk lolos dari gedung itu!" Richard berbicara dengan lantang, dia baru saja menjelaskan struktur bangunan markas Black Tiger."SIAP!" teriak mereka semua serempak.Richard menatap pengawalnya yang sibuk mengetes beberapa perlengkapan yang akan mereka bawah di pertarungan ini.Dari jauh Arnold berjalan mendekat lalu merangkul pundak Richard. "Kita harus kalahkan mereka malam ini.""Tentu saja, dengan ini aku bisa tahu siapa dalang di balik semua ini, dan aku akan menghancurkanmu Justin Hernandos," ucap Richard menggebu-gebu.Emosinya benar-benar memuncak, yang ada di pikirannya hanya niat untuk membunuh. Walau s
DORR!"TUAN!!" teriak Thomas saat dia melihat Richard yang baru saja tertembak hingga ia tersungkur kebawah.Thomas dengan cepat mengarahkan shotgunnya kearah orang yang menembak Richard, orang dengan topeng monyet, serta sepuluh penjaga yang berdiri di belakangnya."Aku tidak menyangka kalian akan menyerang markas kami, sungguh tindakan yang bodoh Richard," ucap Mr Monkey."Kau ... brengsek!" Thomas mengkongkang shotgunnya."Percuma kau melancarkan serangan itu, kau hanya akan membuang nyawamu," ucap Mr Monkey dengan santai.Nafas Richard tak teratur, penglihatan dan pendengarannya kurang tajam, rasanya dia akan kehilangan kesadaran di saat seperti ini."Sial! Aku harus selesaikan semua hari ini." Richard memaksa dirinya untuk berdiri, dia menatap tajam Mr Monkey.Mr Monkey terkekeh geli. "Baru kali ini aku melihat orang yang masih saja bertindak bodoh.""Brengsek! Aku akan menghancurkan kalian semua." Richard berdiri,