Richard hari ini lembur hingga di tak bisa pulang kerumah. Kirana sebenarnya marah dan emosi atas tindakan Richard waktu itu.
Dia takut trauma masa kecilnya muncul kembali. Kirana masih ingat, bagaimana dia waktu kecil di paksa dan di telanjangi seluruh tubuhnya di depan pamannya.
Kirana menggelengkan kepalanya, dia tak ingin memikirkan masa lalu yang ia lewati dengan susah payah.
KRINGG!!
Sebuah panggilan telfon berhasil mengalihkan pikiran Kirana yang random, dia pun mengambil ponselnya yang ia taruh di nakas.
"Halo," ucapnya dengan suara agak serak.
"Halo sayang, gimana kabar kamu? Bunda rindu sama kamu Kirana," ucap seorang wanita dari balik ponsel.
"Kirana juga rindu sama Bunda, Bunda tunggu sebentar yah, Kirana janji bakal buat Bunda operasi dan hidup normal lagi." Kirana menggigit bibir bawahnya, dia tak ingin menangis di depan ibunya.
"Bunda bakal tungguin kamu kapan saja Kirana, bunda bakal nemenin kamu hingga bunda bisa liat kamu menikah dan bunda pengen punya cucu-cucu yang manis."
Kirana mengangguk. "Kirana janji, asalkan Bunda janji bakal selalu ada, jangan ninggalin Kirana sama seperti ayah."
"Iya-iya bunda janji, kalau gitu sampai disini dulu yah, bunda mau minum obat dulu."
"Iya bunda, makan dengan teratur jangan begadang."
Panggilan telfon pun di putuskan. Kirana menyimpan kembali ponselnya di atas nakas.
Kiran, Bundanya Kirana. Wanita itu sudah sangat lama mempunyai penyakit jantung dan payudara.
Sejak bisnis ayahnya Kirana jatuh, mereka gulung tikar hingga Kirana tak sempat menyelesaikan kuliahnya. Ayahnya stres hingga akhirnya meninggal dengan penyakit asmanya.
Kirana tumbuh cukup sehat, di tambah dengan kedua orang tuanya yang mempunyai penyakit, tapi Kirana justru tumbuh dengan sehat tanpa penyakit di tubuhnya.
Dan di saat Kirana mengalami masa kritis, dimana bundanya Kiran harus menjalani operasi jantung dan payudara. Richard muncul dan memberikan pertolongan kepadanya.
Di situlah pernikahan kontrak dengan Richard berlangsung, bahkan Kiran tak mengetahui bahwa anak putrinya itu sudah menikah kontrak dengan pria kaya raya.
Kirana berdiri dari tempat tidurnya, entah kenapa malam ini membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang.
Dengan langkah kaki yang santai. Kirana berjalan menuruni tangga dan pergi ke arah dapur.
BRAK BRUKK!!
Suara bantingan yang cukup besar mengalihkan pandangan Kirana, dia menatap kearah luar.
Kirana tak ingin pusing dengan apa yang terjadi di luar, tapi rasa penasarannya membuat dia berjalan menuju pintu luar.
Kirana kaget, matanya menangkap beberapa pengawal yang sudah terkapar jatuh di bawah.
"Nona," panggil sebuah suara dan dengan cepat Kirana membalikkan badannya.
"Thomas," ucap Kirana pelan.
Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Thomas yang merupakan mantan komandan pasukan militer yang terkuat di Indonesia, kini terkapar dengan darah yang memenuhi wajahnya.
"La--ri," ucap Thomas dan bersamaan dengan hilang penglihatannya.
Kirana berlari kecil kearah Thomas, dia menggoyangkan pelan tubuh Thomas dan berharap bahwa pria di depannya ini akan bangun.
"Semua sudah di bereskan, tinggal menculik Kirana Lestari putri." Sebuah suara yang mendekat, serta langkah kaki yang banyak berjalan mendekati pintu masuk.
Kirana kebingungan, dia berdiri dengan cepat langsung berlari kearah atas.
"Richard," gumam Kirana yang akhirnya sampai di depan pintu kamar.
Namun dengan sialnya, Kirana lupa kalau dia menjatuhkan remote kamar di samping Thomas. Sudah terlambat untuk turun kebawah.
Bahkan telfon rumah juga berada di bawah. Kirana menatap seluruh sudut rumah, dengan situasi yang seperti ini, dia harus tetap tenang untuk mencari jalan keluar.
Dengan pintar, akhirnya Kirana mendapati jalan untuk keatas loteng, dia mengambil kursi dan mulai memanjat keatas.
Untung saja setelah semua badan dan tubuh Kirana masuk keatas loteng, mereka baru tiba di tempat itu.
"CARI WANITA ITU!" Teriak seorang pria dengan topeng monyet.
"BAIK!!" Balas semua orang dengan berpakaian jas serba hitam.
Mereka mulai membuka pintu kamar Dengan remote yang mereka temukan di bawah.
Kirana menutup mulutnya dengan rapat, nafasnya mulai tidak teratur. Dia takut kalau mereka akan menyadari kursi di bawahnya itu.
"Dia tidak ada pak," ucap salah satu anak buahnya.
PLAKK!!
"AKU BILANG CARI SAMPAI DAPAT!" Mr, Monkey menampar anak buahnya itu dengan keras.
Anak buahnya itu langsung menunduk dan kembali mencari Kirana.
"Sial, kalau sampai gadis jalang itu tidak ditemukan aku bisa dalam bahaya oleh mereka," ucap Mr Monkey.
Saat mau berjalan menuju kamar, langkah Mr Monkey terhenti, pandangannya menuju kursi, lalu bergantian menatap kearah loteng.
"Apa dia tahu aku ada disini?" batin Kirana dan menghindar dari tatapannya.
Mr Monkey Sedikit terkekeh, dia berjalan menuju kursi itu. "Gadis jalang, mau sampai kapan kamu bersembunyi?"
Mr Monkey menaiki kursi itu. Kirana bergeser dari tempat tadi, rasanya dia ingin berteriak minta tolong secepat mungkin.
Tak lama tangan Mr Monkey memegang pegangan ke loteng.
KRINGG!!
Suara telefon dari bawah mengalihkan pandangan semua orang. Bahkan Mr Monkey pun menghentikan pergerakannya untuk menuju loteng.
Mereka diam sampai beberapa menit, menunggu sampai telefon itu berhenti berdering.
Bukannya berhenti berdering, telefon itu malah di angkat oleh seseorang dari bawah.
"Brengsek! Cepat kebawah!" teriak Mr Monkey dan dengan cepat mereka semua pun turun kebawah.
Kirana bernapas lega, dia memaksa dirinya untuk bergerak, walau sekujur badannya sudah bergetar dengan hebat.
"Richard, cepatlah pulang," batin Kirana.
Karena terlalu lelah dengan semua ini, pandangan Kirana mulai memburam, bahkan tubuhnya sedikit oleng.
"Tidak! Aku harus keluar dari sin--"
BRUKK
Kirana langsung ambruk, tenaga yang ia kerahkan sudah terkuras habis, dia akhirnya tak sadarkan diri.
BERSAMBUNG....
Pagi hari yang cerah membentang luas diangkasa, matahari menunjukan sinar ultra violetnya dan menyinari seluru makhluk hidup dimuka bumi.Bunga bermekaran dimana-mana sambil menunjukan keindahannya, musim semi menjadi musim yang paling ditunggu semua orang.Tak hanya bunga-bunga saja, bahkan pohon juga menunjukan buah segarnya kepada makhluk hidup lainnya.Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, tiga tahun terlewat begitu saja, semuanya tampak normal pada umumnya.Seluruh kota masih sama seperti dulu, semua bangunan dari pribadi maupun umum masih sama seperti tahun lalu, mungkin yang berubah hanyalah anak-anak kecil yang sudah mulai perlahan beranjak remaja dan dewasa.Dipagi hari yang cerah ini, kebahagiaan mulai terpancar besar disebuah gedung mewah, terlihat banyak sekali orang yang datang menghadiri pernikahan seorang pria dan gadis muda."Selamat atas pernikahannya, Arnold Bernald dan Angelina Casanova."Tulisan tersebut terpampang dengan jelas diatas banguan meg
CEKLEK!!Pintu rumah langsung terbuka dengan lebar, pintasan ingatan langsung terlintas dan membuat jantung Richard berdegub sangat kencang tak teratur."RICHARD!" teriak Kirana saat melihat Richard hampir saja jatuh kebawah.Richard menggelengkan kepalanya dengan kuat, pria itu mencoba menetralisirkan nafasnya."Kalau kamu tidak kuat, kita undur saja," ucap Kirana khawatir dengan mental suaminya itu.Richard menegakkan badannya kembali, dia menatap Kirana diselingi dengan senyuman kecil, tak lama tangannya menggenggam kuat tangan kecil milik Kirana."Aku tidak mau kabur lagi," ucap Richard masih mengeratkan pegangan tangannya.Kirana menatap suaminya itu, walau sudah berkata bahwa dia akan mengatasinya, tapi hati gadis kecil itu selalu saja merasa khwatir akan suaminya.Mereka berdua langsung melangkahkan masuk kedalam rumah, hawa keadaan sekitar langsung berubah dengan drastis.Terasa sejuk didalam, tak dingin maupun panas, seperti membuat tubuh untuk tetap betah dan tinggal disini.
Pagi hari yang selalu diawali dengan cerahnya matahari, kini berganti menjadi mendung seperti musim dingin pada umumnya.Awan menghitam dari subuh, namun air hujan tak kunjung turun setitik pun, dunia seperti sedang bersedih hari ini.Jam menunjukan pukul 07:00, terlihat kedua pasangan yang sudah memakai pakaian serba hitam, mereka akan pergi untuk memperingati hari seseorang."Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard kepada Kirana.Gadis yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tanpa menunggu waktu lama, mobil langsung menuju dengan cepat dijalan raya.Sepanjang perjalanan, Richard tak terlalu membicarakan sesuatu, mungkin kenangan-kenangan pahit itu muncul lagi diingatannya, apalagi Richard belum sepenuhnya melupakan kejadian yang menyeramkan itu.Kirana menatap awan hitam yang membentang luas diatas, langit seperti mengetahui bahwa mereka sedang bersedih hari ini."Seperti biasanya, aku benci awan seperti ini," ucap Richard membuka obrolan.Kirana yang tengah
CKITT!!Mobil hitam pekat itu mendarat disebuah rumah sakit pusat kota, keempat orang itu turun dan menatap bangunan didepan.Didalam perjalanan mereka sempat membatalkan janji untuk pergi jalan-jalan, dan terpaksa mengunjungi seseorang dirumah sakit ini."Apa ayah sudah melakukan pemeriksaan?" tanya Richard dan mendapat anggukan pelan dari Kenneth."Kemarin sudah melakukan pemeriksaan terakhir, mungkin ayah saat ini berada diruang rawatnya," jawab Kenneth.Richard menatap Kirana yang tengah membawakan bungkusan kue untuk Justin.Tanpa menunggu waktu lama, mereka langsung berjalan masuk kedalam rumah sakit. Berasa dejavu, Richard teringat kembali saat dia berada dirumah sakit sebulan yang lalu, setelah insiden Black Tiger dan Dark Devil.Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan Richard masih ingat bagaimana Andy, musuh mereka yang mati dengan terhormat.Tak mau memikirkan masa lalu yang suram itu, Richard menepuk pelan pipinya supaya tersadar, dan menatap masa depan yang cerah.CKELEK!P
Pagi hari yang cerah mulai menyapa, seperti hari-hari biasa lainnya, semua orang kembali melakukan aktivitas mereka, dari pekerja kantoran sampai anak-anak sekolahan.Disebuah hotel, terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah siap bepergian pulang karena menginap semalaman ditempat ini, ada juga yang menetap menikmati masa liburan mereka."Apa tidak ada yang ketinggalan lagi?" tanya Kirana kepada Keynest, karena gadis kecil itu membawakan banyak sekali buku-buku belajar.Pandangan Kirana tertuju pada Serani dan Acha yang berjalan mendekat, mereka berpelukan dengan Kirana sebelum berpamitan pulang."Kami duluan yah, maaf gak bisa pulang barengan," ucap Serani tak tegaan, karena keadaan membuat mereka seperti ini.Serani dan Acha mereka bekerja disatu perusahaan batik yang terkenal diindonesia, mereka beruntung mendapat cuti libur sehari, dan hari ini terpaksa pergi ke kantor.Kirana tersenyum menatap kedua sahabatnya itu. "Gak apa-apa, setidaknya kalian masih menyempatkan diri untuk
Piknik liburan berakhir dengan cepat hingga malam hari, mereka semuanya setuju untuk melakukan penginapan malam ini.Hawa dingin malam mulai menerpa seluruh tubuh orang-orang, walau tadi pagi cuacanya sedang bagus, tak menutup kemungkinan, karena ini adalah musim dingin.Dari arah pantai, terlihat seorang gadis yang berjalan menyusuri pasir. Dingin yang ia rasakan, walau sudah memakai jaket tebal, tapi dinginnya angin malam ini, benar-benar membuat seluruh tubuhnya seperti membeku.Langkah kakinya terhenti tepat didepan air laut, dia menatap air yang begitu tenang, serta ingatan waktu ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, langsung terlintas begitu saja."Kirana!" teriak seseorang dan membuatnya membalikkan badan kebelakang.Senyumannya mengembang menatap pria yang tengah berlari cemas kearahnya, dengan cepat pelukan hangat langsung dia terima dengan kedatangan pria itu."Kamu dari mana saja? Aku khawatir saat kamu gak ada dihotel," ucap Richard sambil memeluk erat tubuh Kirana.Kirana