Share

13. Surat 2

last update Dernière mise à jour: 2024-06-29 16:21:06

"Saya sudah diberhentikan, Tan. Barusan saya nerima suratnya pada saat masih mengetik surat pengunduran diri. Saya terlambat." Rinjani terisak sambil bercerita pada Bu Mila di telepon.

"Sabar, Rin. Pasti ada hikmah dibalik peristiwa ini. Setiap kejadian tidak ada yang sia-sia. Pasti Tuhan memberikan rencana lain padamu meski dengan cara membiarkanmu jatuh lebih dulu. Percayalah, ini bukan akhir dari karirmu. Perbanyak istighfar. Kamu akan mendapatkan jalan keluar. Mantan narapidana pun masih memiliki hak untuk bekerja. Sabar, ya."

"Negara memang memberikan peluang, Tan. Tapi bagaimana dengan instansi dan para pasien. Apa masih bisa mempercayai saya."

"Jangan khawatir. Jika mereka tahu cerita yang sebenarnya, pasti bakalan dimengerti."

"Maafkan saya, Tan. Belum bisa membalas budi pada Tante Mila dan Om Haslam. Justru sekarang saya menambah masalah."

"Sssttt, jangan bicara seperti itu. Om dan tante tahu bagaimana kamu. Nggak mungkin akan bertindak di luar kontrol jika tanpa sebab."

"Saya belum bisa datang ke rumah Tante."

"Nggak apa-apa. Tenangkan diri dulu. Anakmu nggak boleh tahu kalau ibunya sedang sedih. Kasihan Noval. Dia lagi seneng-senengnya melihat mamanya pulang ke rumah."

"Bagaimana dengan Noval jika saya bercerai, Tan. Saya nggak sanggup dia kehilangan keluarga kecilnya, tapi saya juga tidak bisa bertahan dengan suami yang sudah berkhianat. Apalagi jika mereka sudah berbuat di luar batas, saya nggak bisa kembali, Tan."

"Sejauh itu hubungan mereka?"

"Saya nggak tahu. Saya nggak melihatnya sendiri dan punya bukti. Kalau saya tanya, mana mungkin maling mau mengaku."

"Rin, tenangkan diri dulu. Jangan sampai kamu mengalami mental illness yang bakalan merugikan dirimu sendiri dan Noval, Nak. Bismillahirrahmanirrahim bangkit demi kamu dan anakmu. Noval masih dalam masa-masa golden age. Jaga dia baik-baik."

"Ya, Tan. Makasih banyak sudah ngasih wejangan dan support. Salam buat, Om."

"Oke. Jaga diri baik-baik. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Selesai menelepon Rinjani kembali ke kamarnya. Membasuh muka, membenahi ikatan rambutnya, dan menyapukan bedak ke wajah supaya terlihat lebih segar dan tidak pucat.

Dicarinya lagi buku nikah, tapi tetap tidak ketemu.

Lantai atas sepi. Entah Daffa tadi pergi ke mana. Bisa jadi kembali ke kantor. Perset4n dengan Daffa. Mak Sum memasak di dapur. Sedangkan Lastri masih di sekolahnya Noval. Mereka terlihat kaku dan sungkan terhadap majikannya setelah perselingkuhan Daffa terkuak. Mak Sum dan Lastri melakukan pekerjaan pun dalam diam padahal biasanya masih suka bercanda. Semua sudah berubah.

Rinjani mengetik pesan pada dokter Ratih untuk memberitahu surat pemecatannya. Rinjani juga memberitahu Desy. Namun belum ada balasan. Pasti mereka masih sibuk. Rinjani memandang foto pernikahan yang tergantung di salah satu dinding kamar. Foto ukuran 1X1,5 meter itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan mereka berdua saat itu.

Apalagi sebulan setelah menikah, Rinjani dinyatakan positif hamil oleh dokter kandungan kenalannya. "Dokter Rin, selamat ya. Anda bunting pelamin ini namanya," ujar dokter berdarah Melayu itu.

Daffa menyambut kabar itu dengan bahagia. Sebuah gelang dari emas putih bertahtakan batu rubi menjadi hadiah untuknya. Daffa membelikan apapun untuk memanjakan istrinya. Rinjani manarik nafas panjang. Ternyata semua perhatiannya tidak menjamin Daffa tetap setia. Padahal dulu sudah sungguh-sungguh berjanji.

"Rin, mantan-mantannya Daffa itu bukan perempuan sembarangan. Rata-rata mereka dari keluarga terpandang. Wanita karir yang sukses. Kamu harus siap bersaing dengan masa lalunya," kata Desy waktu itu.

"Mereka semua nggak ada yang sebanding denganmu. Kamu berbeda, Dokter Rin. Aku benar-benar serius." Kala itu Daffa sampai memohon padanya. Padahal Rinjani sudah berusaha menjauh karena mempertimbangkan saran dari teman-temannya. Namun pada akhirnya luluh. Siapa perempuan yang tidak suka pria seperti Daffa.

Pernikahan mereka bahagia hingga kecurigaan Rinjani akhirnya membongkar perselingkuhan suaminya.

"Mamaaa ...."

Rinjani buru-buru bangkit dari tepi pembaringan saat mendengar teriakan putranya.

Ketika membuka pintu, Noval berlari dari ujung tangga dan menubruknya. Bocah itu terlihat sangat bahagia. Ternyata sang mama menunggunya pulang sekolah. Daffa yang berdiri di belakang anaknya juga tersenyum. Sedangkan Lastri langsung masuk kamar untuk menaruh tas.

"Yuk, ganti baju dulu!" Rinjani menggandeng anaknya masuk kamar. Lastri tergopoh keluar dan langsung turun ke bawah untuk membantu Mak Sum.

Bocah lelaki itu dengan riangnya menunjukkan tulisan, hasil mewarnai, dan menceritakan aktivitasnya di sekolah tadi. Noval sangat antusias dan berbinar-binar. Dia ingin mamanya tahu dan bangga padanya.

"Noval, akhir pekan ini kita ajak mama jalan-jalan. Ke taman safari mau nggak? Kita nginap di sana nanti." Daffa yang duduk di kursi bicara pada putranya.

"Mau mau, Pa. Noval mau." Noval bersemangat.

"Mas sudah minta izin ke Kepala Badan Pemasyarakatan. Dan kamu diizinkan ke luar kota." Daffa bicara pada Rinjani.

Beberapa saat kemudian bocah lelaki itu memandang sang mama yang masih diam sambil memperhatikan buku gambarnya. "Mama, kok nggak jawab. Mama, bilang kalau diajak ngomong orang harus dijawab."

"Iya, Nak," jawab Rinjani tanpa mengangkat wajah. Sebenarnya dia tidak ingin ke mana-mana. Ingin segera menemukan buku nikah dan mendapatkan bukti perselingkuhan Daffa.

Lalu bagaimana dengan Noval? Ini yang sekarang menjadi dilema bagi Rinjani. Sanggupkah ia melihat anaknya terluka?

Apa perceraiannya pun bisa berjalan dengan lancar nantinya? Begitu sulit posisi Rinjani sekarang ini.

Next ....

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (10)
goodnovel comment avatar
Tri Widayanti
Ayo Rin,kamu bisa
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
tetep semangat Rin, jangan sampe ikut terbawa emosi.. diam² aja rencanain balas dendam.. biar Daffa nyesel..
goodnovel comment avatar
Miss Sgs
nunggu up lagi...
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Rindu yang Terluka    174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka    173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka    172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka    171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka    170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka    169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

  • Rindu yang Terluka    168. Romantis 3

    Netra Bu Murti berkaca-kaca saat diberitahu kalau Ika sedang hamil. Bibirnya yang bergetar mengucap syukur berulang kali. Reza, Ika, dan anak-anak sampai di Pujon sudah jam sembilan malam. Reza langsung ke kamar sang mama untuk membagikan kabar gembira."Jaga Ika baik-baik. Jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah. Biar anak-anak di urus ART. Kamu juga harus tirakat."Kata terakhir yang diucapkan Bu Murti, bagi Reza tidak menjadi masalah. Dia sudah terbiasa mengatasi kesendiriannya hampir lima tahun setelah mamanya Nasya meninggal. "Ika akan bekerja dari rumah, Ma. Jadi dia nggak akan ngantor lagi.""Syukurlah. Segera ajak Ika periksa ke dokter.""Besok kami pergi periksa. Jadwalku ke kampus kebetulan siang.""Ya sudah. Kamu istirahat sana."Reza mengusap punggung mamanya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.***L***Satu bulan kemudian ...."Tri, tinggalin aja. Kamu ke depan sana. Kamu ini pengantin baru, nggak usah ikutan beres-beres," tegur Mak Sum menghampiri Lastri yan

  • Rindu yang Terluka    167. Romantis 2

    Usai makan siang, Daffa mengajak istri dan anaknya pulang ke Malang. Sedangkan Ika dan Reza memutuskan pulang sorenya. Sebab Reza masih ada acara ketemuan dengan temannya di Surabaya.Daffa singgah di Batu. Bertemu Bre di sebuah kafe. Kehadiran Noval agak mengobati kerinduannya pada Alvian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak Alan dan Livia itu.Bre juga mengendong baby Rachel."Nggak pengen kamu punya boneka hidup seperti ini?" tanya Daffa menghampiri Bre yang membopong Rachel di balkon kafe.Bre tersenyum. "Aku sudah cukup bahagia melihat kamu bisa kembali bersama dengan Rin. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Aku juga bahagia melihat Livia bahagia. Biar aku menjalani hidup yang aku pilih.""Sebeku itu hatimu?"Bre diam. Daffa juga diam. Mereka memperhatikan pemandangan di kejauhan yang mulai berselimut kabut. Entah sudah berapa kali Daffa memberikan semangat pada sahabatnya, tapi tampaknya sia-sia. Bre keukeh dengan keputusannya."Mbak Ika juga lagi hamil." "Oh ya?""

  • Rindu yang Terluka    166. Romantis 1

    RINDU YANG TERLUKA - Romantis "Tekanan darah Mbak Ika menurun, detak jantung meningkat. Ini salah satu tanda stres. Tapi aku yakin Mbak Ika nggak sedang dalam tekanan. Mbak dan Pak Reza sangat bahagia. Kata Mas Daffa pekerjaan juga baik-baik saja. Jadi aku yakin kalau Mbak Ika pasti sedang hamil ini," kata Rinjani setelah melakukan pemeriksaan pada kakak iparnya. Meski sebagai dokter umum, Rinjani memiliki kompetensi ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan kehamilan secara umum.Ika bangun dari pembaringan. "Mbak emang udah telat datang bulan, Rin. Sudah sepuluh hari ini.""Kenapa Mbak nggak melakukan testpack?""Nggak, karena mbak takut kecewa lagi. Bulan-bulan kemarin kalau telat haid Mbak langsung test tapi hasilnya negatif. Makanya kali ini Mbak biarin.""Coba cek, Mbak. Aku yakin Mbak Ika lagi hamil ini.""Nanti Mbak beli testpack. Yuk, kita keluar."Ika dan Rinjani melangkah keluar kamar. Di depan pintu sudah ada Reza yang menunggu. Dia tadi khawatir kenapa istri dan iparnya masuk k

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status