Share

Tujuh Rasi Bintang

Dewa Parasurama—dewa yang paling tua di kerajaan langit. Rambutnya sudah memutih semua, sekilas terlihat seperti orang tua lemah. Namun, nyatanya dia masihlah yang paling sakti bahkan mengalahkan raja langit.

Dewa Rama, begitu dia kerap dipanggil oleh para dewa yang lain. Ia memang paling jarang menampakkan diri. Dewa Rama lebih suka bersemedi.

Terakhir ia bertapa demi menyempurnakan kalung dengan tujuh rasi bintang yang paling kuat. Saat bangun ia dikejutkan oleh pertempuran antara dewa perang serta dewa yang lain.

“Sebuah trik adu domba yang sangat dahysat,” ucap Dewa Rama di dalam kediamannya.

Kalung tujuh rasi bintang itu ia pandang di atas mejanya. Yang ia lakukan tadi adalah menyelamatkan Dewi Hara. Agar hidup sang dewi tak hanya berakhir menjadi butiran bintang di langit.

“Dewa Rama.” Seorang dewa pelayan datang dan membawakan lelaki itu beberapa kitab lama dari pustaka langit. Kitab yang sangat kuno dan usianya sudah ratusan ribu tahun. Memuat berbagai transkrip kejadian masa lalu.

“Di mana Dewa Arsa sekarang?” tanya Dewa Rama.

“Di penjara, di dekat jurang neraka, Dewa Rama,” jawab pelayannya.

“Kau boleh pergi dan persiapkan diri. Kita akan pergi ke jurang neraka.” Dewa Rama membalikkan kitab. Ia temukan hal yang ia perlukan, petunjuk tentang tujuh rasi bintang yang paling kuat.

“Tapi, Dewa Rama, bukankah hal itu melanggar aturan langit?”

“Aku sudah melakukan pelanggaran sejak sadar dari semedi tadi.” Dewa Rama menunjukkan kalung tujuh rasi bintang yang simbolnya telah kosong dan masuk ke dalam jiwa Dewi Hara. Pelayan Dewa Rama menundukkan pandangan melihat simbol kuno itu.

“Baiklah, Dewa Rama, apakah kita akan membawa pasuan diam-diam?”

“Tidak, kita berdua saja. Tugasmu menutup pandangan semua dewa termasuk penjaga langit agar kita tidak tertangkap basah. Pergilah!” Perintah Dewa Rama yang dahulunya dia menjabat sebagai dewa kebijaksanaan.

Dewa Rama membaca kitab lama sambil memegang kalung tujuh rasi bintang. Apabila jiwa seorang manusia dirasuki oleh rasi bintang itu maka manusia bisa naik ke langit dan melesat menjadi seorang dewa atau dewi. Apabila yang dirasuki oleh kalung itu seorang dewa atau dewi maka …

“Taurus, pisces, scorpio, virgo, sagitarius, gemini, aries. Mereka punya keunikan masing-masing. Arsa, kalau kau ingin istrimu hidup kembali, kau harus bekerja kerjas mengumpulkan jiwanya yang terperangkap di dalam tubuh manusia.” Dewa Rama menutup kitab tersebut. Tak lama setelah itu pelayannya datang.

“Dewa Rama, sudah hamba lakukan, tapi kita tidak bisa lama berada di bibir jurang neraka.” Pelayan itu datang dengan terburu-buru. Dewa Rama mengembalikan kitab itu dengan kemampuan gaibnya. Lalu ia berdiri dan berjalan cepat diikuti pelayan di belakangnya.

Dewa kebijaksanaan itu turun dari gerbang langit setelah membuka segel dengan lencana miliknya. Tidak ada yang mencegah karena pendangan para dewa yang lain sudah ditutup. Pun aula sedang berkemas atas pesta buah dan bunga yang akan diselenggarakan oleh Ratu Langit.

Keduanya turun ke bibir jurang neraka dengan menggunakan awan. Tempat yang mereka berdua jajaki amat sangat panas. Dewa Rama menggunakan jubah anti api agar bisa masuk, pelayannya ia perintahkan untuk menunggu di luar. Letak jurang neraka berada di antara langit dan bumi, di tengah-tengah tempat tinggal siluman dan iblis yang kerap membuat bencana alam.

Api yang menyambar tubuh Dewa Rama tidak sanggup menghanguskan sang dewa. Ia terus berjalan dan membuka tabir-tabir neraka, hingga para penjaga terpukul mundur dan sang dewa kebijaksanaan sampai di depan Arsa yang terikat rantai besi.

Dewa Rama mengembuskan angin dingin dari mulutnya. Tempat yang tadinya api begitu bergelora hingga melepuh dan mendidih, langsung dingin dan membeku. Arsa membuka matanya ketika merasakan perubahan suhu yang begitu kentara.

“Kau siapa?” tanya Dewa Arsa.

“Seorang dewa perang sepertimu mustahil tidak bisa mengobrak-abrik jurang neraka.” Dewa kebijaksanaan melepastkan rantai yang mengikat tangan dan kaki Dewa Arsa.

“Aku tanya kau siapa!” Dewa Arsa terjatuh di atas es.

Bunga salju itu begitu dingin hingga tangan Arsa lengket di sana. Sebegitu besar kekutan Dewa Rama hingga sanggup meredam jurang neraka yang membara.

“Tidak penting aku siapa, yang paling penting aku membawa kabar baik tentang istrimu, Dewi Hara, sekaligus kabar buruknya. Kau ingin dengar yang mana dulu?” Dewa Rama duduk di atas batu es buatannya. Dewa Arsa masih kepayahan bahkan ia rela menyeret-nyeret tubuhnay karena mendengar kabar Dewi Hara.

“Lemah!” hardik Dewa Rama.

“Aku dewa perang, aku tidak lemah!” Dewa Arsa berusaha bangkit, tapi dia jatuh lagi.

“Hanya karena seorang perempuan, kau jadi tak berdaya. Tolol!” umpat dewa kebijaksanaan itu.

“Dia istriku, bukan perempuan biasa.”

“Lemah, karena kau lemah, kau tidak bisa melindunginya. Hanya ada satu kesempatan untuk membawanya kembali, Dewa Arsa.”

Arsa bersimpuh di depan dewa kebijaksanaan, mendengar satu kesempatan yang ada membuat rasa di dalam hatinya bercampur aduk.

“Aku ingin dengar kabar buruknya terlebih dahulu.” Arsa menahan gigil yang begitu dingin di tubuhnya. Dari sana saja ia bisa tahu kalau Dewa Rama bukan dewa sembarangan. Hanya saja mengapa selama ini ia tak pernah bertemu?

“Kabar buruknya, Dewa Kuwara mengutus anjing peliharannya untuk mencari istrimu.” Ucapan Dewa Rama barusan membuat Arsa berdiri tegak.

“Bagaimana mungkin. Aku sudah mengurungnya di dalam kubah!”

“Semuanya mungkin saat kau melemah. Kau kalah cepat, saat kau meratapi kematian istrimu. Dewa Kuwara mengambil kesempatan.”

“Baik, lalu kabar baiknya apa?” tanya Arsa lagi.

Penjaga neraka bangkit, ia mencoba menyerang Arsa. Dewa perang itu mengambil batu es dan membentuknya menjadi pedang tajam. Batu es itu menancap di dada penjaga neraka dan seketika saja penjagat tersebut membeku.

Dewa Rama mengeluarkan kalung tujuh rasi bintang dan membuatnya melayang di udara. Pada dinding penjara langit memantul simbol kuno masing-masing rasi bintang yang diwakili oleh gambar dewi cantik di atas binatang peliharannya.

“Rasi bintang kuno. Apa maksudnya?” Sungguh, Arsa tidak mengetahui ilmu lama berusia puluhan ribu tahun itu.

“Sebelum istrimu disambar oleh petir, aku sempat memasukkan simbol rasi bintang di dalam jiwanya. Tujuh simbol itu menarik setiap jiwa hingga roh istrimu terikat erat dengan rasi bintang. Saat raga istrimu melemah, tujuh rasi bintang itu berpendar di udara membawa pecahan roh milik istrimu. Dalam artian istrimu masih bisa diselamatkan, hanya saja akan memakan waktu yang sangat lama bagimu untuk mengumpulkan tujuh pecahan arwah tersebut. Kau paham sampai di sini?” Dewa Rama menurunkan kalung rasi bintang itu dan memberikannya pada Dewa Arsa.

“Aku akan turun ke bumi dan mengumpulkan pecahan arwah istriku.” Dewa Arsa mengganti zirah perangnya yang telah robek dengan baju dewanya.

“Setelah tujuh pecahan arwah istrimu terkumpul, apa yang akan kau lakukan?” tanya Dewa Rama. Arsa tidak pernah tahu tentang ilmu kuno itu.

“Akan aku bawa ke langit.” Dewa Arsa bersiap untuk turun ke bumi, tetapi …

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status