Share

Romansa Valerio dan Briella
Romansa Valerio dan Briella
Author: Julio

Bab 1

Author: Julio
Ruang presdir Perusahaan Regulus.

Seorang pria dan wanita tengah berada di ruang istirahat setelah menyelesaikan olahraga panas mereka.

Briella Dominic yang bercucuran keringat terbaring lemas dalam pelukan Valerio Regulus. Dengan tidak sabar pria itu mendorongnya menjauh, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Briella yang sudah terbiasa dengan sikap pria itu pun beranjak dari ranjang dan mengenakan jubah mandi. Dia berjalan ke lemari pakaian dan menyiapkan pakaian Valerio.

Selesai mandi, Valerio mengenakan handuk untuk menutup tubuh bagian bawahnya. Tubuh bagian atasnya sangat kekar dan kencang. Tetesan air sisa mandi masih menetes di garis ototnya, memberikan kesan seksi layaknya adegan di film klasik.

Briella membawa pakaian yang sudah dia siapkan dan berdiri di depan Valerio. Dia membantu Valerio berpakaian dan mengikatkan dasi pria itu.

Valerio sangat tinggi. Tinggi pria itu sekitar 190 cm sehingga Briella harus berjinjit, membuat kedua lengan kecil dan rampingnya pegal karena terangkat tinggi.

Merasa kalau wanita di depannya kesusahan, Valerio sedikit membungkuk. Mata hitamnya yang terkesan dingin terus menatap wajah Briella yang merona.

"Jangan lupa minum pilnya."

Briella menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Ya, aku nggak akan lupa."

Belakangan ini Valerio memiliki niat untuk mengakhiri hubungan dengan Briella. Baginya, hamil adalah hal yang merepotkan, jadi dia selalu menaruh perhatian khusus dalam hal kontrasepsi.

Pria itu sudah berpakaian lengkap dan rapi. Dia mengamati raut wajah Briella yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan berkata dengan hangat.

"Beberapa tahun ini kinerjamu sangat bagus. Mengenai biaya perpisahan, kamu bisa minta berapa pun."

Briella mengangguk patuh, lalu menjawab, "Ya."

Valerio menyipitkan matanya.

Wanita lain mungkin akan menangis dan merengek jika mendengar kata putus darinya.

Alasan inilah yang membuat Valerio lebih suka tidur dengan Briella selama lima tahun ini dan tidak ingin melakukannya dengan orang lain.

Briella adalah wanita yang cerdas, berpengetahuan luas, cekatan dan bisa disingkirkan dengan uang.

Ketika Valerio mabuk di sebuah perjamuan hotel yang dia hadiri, dia tidak sengaja masuk ke sebuah kamar dan tidur dengan Briella. Hubungan malam itu memberi kesan yang mendalam untuk Valerio, sampai menjadikan Briella sekretaris di perusahaannya.

Valerio merangkul pinggang Briella yang ramping dan memeluknya.

Hubungan mereka memang sudah mau berakhir, tetapi Valerio tidak membatasi diri untuk melakukan kontak fisik secara intim dengan Briella. Pria itu bahkan menyukainya.

Briella sedikit kehilangan fokus saat tubuhnya menempel ke dada Valerio yang kekar dan merasakan jantung pria itu yang berdetak dengan kencang.

Briella mendorong bahu Valerio dan menarik diri untuk memberi jarak.

Ketergantungan bukanlah sesuatu yang baik, terlebih ketergantungan kepada seseorang seperti Valerio.

Briella mendongak dan tersenyum lembut, "Jadi, kapan Pak Valerio akan memintaku untuk pergi?"

Pria itu menundukkan kepalanya dan menggigit ujung hidung Briella.

"Kamu mungkin ingin memanfaatkan saat-saat terakhir sebelum kita resmi berpisah."

"Memanfaatkan apa?"

Briella berpura-pura polos. Tangannya memainkan dasi Valerio.

Dia hanya menganggap Valerio sedang menggodanya.

Sebenarnya, tanpa perlu dikatakan mereka sudah tahu alasan keduanya berpisah.

Wanita kesayangan Valerio sudah kembali. Briella yang memiliki paras mirip dengan wanita itu sudah menemaninya selama lima tahun dan sekarang saatnya mereka berpisah.

Valerio menurunkan pandangannya dan menatap bibir merah muda Briella. Hanya melihatnya saja sudah mampu membangkitkan kembali gairah di dalam dirinya.

Belum genap sepuluh menit mereka beristirahat, tetapi mereka sudah kembali bergumul ....

Setengah jam kemudian, gairah mereka mencapai puncak. Briella bangun dan mengenakan pakaian sekretaris miliknya yang berserakan di lantai.

Pria yang sudah puas itu tidur menyamping dengan tangan menopang kepalanya. Tatapannya tidak sengaja jatuh ke punggung Briella yang seksi.

Pakaian kerja yang sangat biasa bisa terlihat begitu menggoda saat dikenakan Briella. Pantas saja saat negosiasi kali ini, bos dari mitra kerja selalu melirik ke arah Briella saat berbicara. Hal ini membuat Valerio tidak fokus dan mengakhiri negosiasi dengan terburu-buru lalu keduanya masuk ke negosiasi yang lebih panas.

Keduanya keluar dari ruang istirahat. Ruang presdir sangat besar. Hanya area kantor saja luasnya mencapai dua ratus meter persegi.

"Pak Valerio, negosiasi hari ini akan berlangsung sengit. Pihak mereka memberikan penawaran 200 miliar lebih tinggi dari target yang diharapkan."

Dalam sekejap, Briella beralih ke sikap profesionalnya dalam bekerja, lalu menyerahkan kontrak negosiasi kepada Valerio.

"Ini kontrak kesepakatannya. Silakan tanda tangan."

Valerio mendengus dingin dan melemparkan kontrak itu ke samping setelah menandatanganinya.

"Aku berbaik hati karena nggak minta lebih tinggi. Lain kali jangan pakai pakaian seperti ini. Pakai saja seragam petugas kebersihan yang lebih besar."

"Baik, Pak Valerio. Kalau begitu silakan lanjutkan pekerjaan Anda. Panggil saya kalau butuh sesuatu."

Briella mengangguk dan tersenyum. Dia menunjukkan sikap sopan yang terkesan asing tanpa menunjukkan kesalahan sedikit pun.

Dia berbalik dan melangkah keluar sembari membawa kontrak itu.

Valerio menatap punggung wanita itu dan mulai tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Briella seperti robot yang sempurna, sangat cakap dan teliti saat sedang bekerja. Saat bersama dengannya, wanita itu sangat menggoda. Dia melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Mungkin karena itulah Valerio terus mempertahankan Briella selama lima tahun.

Selama lima tahun ini, Briella tidak pernah menginginkan status apa pun darinya. Entah karena dia memang orang yang santai atau memang dia orang yang penuh tipu muslihat yang sulit ditebak.

Briella keluar dari ruang presdir dan kembali ke meja kerjanya. Tubuhnya begitu lemah dan sakit. Dia duduk dan bersandar di meja, mencoba menenangkan diri.

Sayup-sayup dia mendengar rekan kerjanya membicarakan gosip perusahaan.

"Dengar-dengar Pak Valerio menyukai kepala bagian keuangan yang baru, Davira Atmaja. Selama ini Pak Valerio juga nggak dekat sama wanita mana pun dan nggak terlibat gosip apa pun. Dia sangat menjaga diri."

"Dari mana kamu tahu nggak ada wanita lain? Kalau memang suka, kenapa nggak dinikahi saja dari awal? Menurutku Pak Valerio nggak sesuka itu sama Davira."

"Pak Valerio pasti akan menikahinya. Berapa banyak wanita yang bersedia melakukan apa pun tanpa memedulikan nyawanya demi bisa mendapatkan pria yang disukainya? Davira orang yang seperti itu."

Briella mendengarkan dengan tenang, menyalakan komputer dan menulis surat pengunduran diri. Namun, tiba-tiba perkataan Valerio kembali terngiang-ngiang di benaknya.

"Kamu mungkin ingin memanfaatkan saat-saat terakhir."

Selama ini, Briella sangat sadar dan menganggap kalau hubungan mereka hanya sekadar bisnis. Yang dia inginkan hanyalah uang. Masa-masa sulit yang dia alami sebelumnya sudah merenggut separuh hidupnya. Dia tidak ingin mengulanginya lagi.

Sementara Valerio, pria itu bukanlah orang yang bisa dia atur sesukanya. Dia tidak dapat menginginkan pria seperti itu.

Briella pulang kerja tepat pukul enam sore.

Setelah berjalan sekitar lima menit, dia sampai di sebuah taman kanak-kanak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status