Share

Bab 2

Author: Julio
Putra Briella, Zayden Dominic sekolah di sini. Karena Zayden tidak terdaftar sebagai warga negara, jadi dia tidak diterima di sekolah negeri. Briella harus menyekolahkannya di sekolah swasta dekat perusahaan.

Biayanya memang agak mahal, tetapi fasilitas yang disediakan cukup lengkap.

Untung saja Valerio sering memberinya banyak uang. Kalau hanya mengandalkan gajinya sebagai sekretaris, akan sangat sulit bagi keduanya untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.

Awalnya Briella khawatir dia akan ketahuan oleh Valerio saat mengantar dan menjemput putranya ke sekolah karena jarak taman kanak-kanak ini terlalu dekat dengan Perusahaan Regulus.

Faktanya, pria itu sama sekali tidak peduli dengan hidupnya. Valerio bahkan tidak tahu kalau informasi pribadi yang Briella serahkan saat bergabung dengan perusahaan adalah palsu.

Begitu masuk ke dalam taman kanak-kanak, Briella melihat putranya dikerubungi banyak orang.

"Anak haram, kenapa kamu memukul anakku!"

Seorang pria yang terlihat seperti orang kaya dan memiliki perawakan besar berteriak sambil menunjuk ke arah Zayden.

Zayden menjawab dengan wajah merah dan penuh amarah.

"Aku bukan anak haram! Aku punya mama!"

Setelah mengatakan itu, dia menendang kaki pria itu dengan keras.

Pria itu berteriak kesakitan, "Lihat! Sudah kubilang, dia itu anak haram yang lahir tanpa ayah!"

Zayden mengepalkan tinjunya dan air mata sudah memenuhi kelopak matanya. Dia memelototi pria itu dan berteriak lantang.

"Aku bukan anak haram! Aku punya mama!"

"Aku kenal dengan seorang wali murid yang bekerja di perusahaan yang sama dengan ibumu itu. Dia tahu semuanya! Ibumu cuma berlagak sok suci, diam-diam dia jadi simpanan bos di sana!"

"Plak!"

Tamparan keras tiba-tiba dilayangkan.

Pria itu menutupi wajahnya yang merah dan bengkak. Dia melihat Briella yang berada di depannya dengan tatapan tidak percaya.

Kemudian, dia menjadi sangat marah. Tinggi pria itu 180 cm dengan berat badan mencapai 125 kilogram. Tubuh besar pria itu mulai mendekati Briella dan dengan sengaja menabrak dada dan meraih kerah bajunya.

Briella dipaksa mundur oleh pria itu. Meskipun tingginya 168 cm, tetapi dia tidak bisa berkutik ketika berhadapan dengan kekuatan pria ini.

Dia tersandung dan jatuh karena pijakannya menjadi tidak stabil.

"Mama!" kata Zayden sambil berlari ke arah Briella. Dia merentangkan tangannya, mencoba melindungi Briella. "Mama, jangan takut, aku akan melindungimu."

Amarah pria itu masih bergejolak. Dia mencengkeram Briella dan Zayden dengan satu tangan. Kedua matanya melotot tajam saat berteriak dengan keras ke arah Briella.

"Bajingan! Beraninya kamu memukulku!"

Pergelangan tangan Briella rasanya mau remuk karena cengkeraman pria itu. Dia mencoba berdiri lalu menarik Zayden ke belakang tubuhnya untuk melindungi anak itu. Dia menghadapi pria itu secara langsung.

Rambut Briella berantakan, pakaiannya penuh debu dan robek, memperlihatkan kulit di bawah tulang selangka sampai bahu. Penampilannya saat ini sangat berantakan dan menyedihkan.

Dia mendapatkan tatapan dingin dari sekeliling. Di pihaknya hanya ada dirinya dan anak yang ada di belakangnya.

Briella mendongak. Wajahnya masih terlihat cantik, tetapi penuh dengan kerapuhan.

Briella mencoba bersikap tenang meskipun sebenarnya sangat ketakutan. "Di sini ada CCTV. Minta maaf dan pindahkan anakmu ke sekolah lain. Kalau nggak, aku akan lapor polisi."

"Aku kaya. Kenapa harus minta maaf!" Orang kaya baru itu mengeluarkan cek dan menjatuhkannya dari atas kepala Briella, memberi kesan seperti ada uang jatuh dari langit. "Kamu harus membuka kakimu berkali-kali untuk mendapatkan uang ini! Jalang!"

"Aku peringatkan. Aku akan menghabisimu kalau berani lapor polisi!"

Pria itu menuntun putranya masuk ke dalam mobil mewah mereka, lalu pergi begitu saja.

Briella berdiri diam dengan tubuh gemetar. Zayden memeluk kakinya dengan erat. Kedua mata Briella terlihat sedih, tetapi penuh tekad.

"Jangan takut, mama akan lapor polisi."

Salah satu guru segera keluar dan mencoba menghentikannya. "Mama Zayden, sebaiknya jangan lapor polisi. Zayden memukul Kiki sampai mimisan. Ayah Kiki juga anggota dewan di sekolah ini."

Sudut bibir Briella terangkat membentuk senyum sinis. Dia menatap guru itu dengan jijik, lalu berkata, "Kalau begitu, ini bukan sekolah yang bagus. Anakku akan pindah."

Pada saat ini, Briella lebih bertekad untuk meninggalkan Perusahaan Regulus dan mengakhiri hubungan gelapnya dengan Valerio yang sudah terjalin selama lima tahun.

Ketika mendapatkan biaya perpisahan nanti, dia akan memiliki uang untuk hidup di lingkungan yang baru.

Dia tidak ingin Zayden hidup seperti dirinya.

Dia ingin Zayden hidup dengan bermartabat.

Briella membawa Zayden pulang dan bertanya kepadanya, "Nak, kenapa kamu memukulnya?"

"Dia menghina Mama." Wajah kecil Zayden menunjukkan ketenangan yang jarang terlihat pada anak-anak seusianya. "Nggak ada yang boleh menghina Mama. Aku akan melindungi Mama sekuat tenaga!"

Ketika mendengar itu, Briella merasa seperti ada batu besar yang menghantam jantungnya. Rasanya begitu berat, membuatnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Zayden baru berusia lima tahun dan sudah melihat sisi gelap dari kehidupan bermasyarakat ini. Itu terjadi karena ketidakmampuannya sebagai ibu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status