Share

Bab 2: Mulut Pedas Tetangga

Malam sudah hampir dinihari dan beberapa detik lagi akan berganti hari baru. Suasana diluar juga masih hujan deras tanpa reda sedikit pun. Meninggalkan hawa sejuk yang menyelusup masuk dari balik celah jendela kamar milik Ayu.

Pergulatan panas masih berlangsung diatas singgasana surga, dilengkapi oleh suara erotis pelaku yang telah memenuhi ruangan. Ayu sudah merasa lelah untuk terus memberontak, kekuatannya yang hanya secuil tidak seberapa dengan kerasnya kekuatan lelaki ini. Hingga Ayu memutuskan untuk pasrah sembari menikmati rasa nikmat yang kian menjalar ke sanubarinya. Tidak dapat dielakkan, hasratnya turut menggebu setelah dua minggu lebih tidak pernah ia rasakan lagi aktivitas bercinta, setelah pengajuan perceraian dikabulkan oleh pengadilan sejak dua minggu yang lalu.

Ya, Ayu adalah seorang janda muda diusia belia berumur dua puluh tahun. Sempat membina rumah tangga hanya seumur jagung, yaitu enam bulan lamanya. Ayu terpaksa menceraikan mantan suaminya tatkala pada masa itu ada sesuatu yang menjadi pemicu rusaknya rumah tangga mereka. Dan kini--demi menjauh dari bayang-bayang mantan suami, Ayu lebih memilih kabur ke kota agar tidak diketahui oleh siapa pun, kecuali orang tuanya yang mendukung tekad kuat perempuan ini.

Ayu tidak percaya lelaki, baginya semua lelaki memiliki sifat yang sama. Kasar, bermain perempuan, seperti pria asing yang sedang menguasai tubuhnya sekarang ini. Dan sungguh, Ayu merasa jijik melihat wajahnya. Ia hanya bisa memejamkan mata sambil mendesah, membiarkan cucuran air mata yang sesekali tumpah kala mengingat kejamnya perlakuan lelaki ini. Beruntung saja cuaca diluar tengah hujan deras, hingga tidak ada seseorang pun yang mendengar desahannya.

***

Ayu terbangun dari tidur panjangnya setelah sisa percintaan panas tadi malam yang berlangsung dahsyat hingga beberapa jam lamanya. Tubuhnya terasa sakit-sakit, tulang sendi bagian bawah tubuhnya terasa ngilu kala Ayu mencoba untuk menggerakkannya. Ayu merintih kesakitan, tubuhnya kaku sekali. Dan hal ini seperti malam pertama yang pernah ia alami sebelumnya.

Apakah mungkin karena senjata lelaki asing itu lebih besar? melihatnya saja hampir membuat Ayu terbelalak. Dan saat itu pula memorinya mengingat kembali ukuran senjata milik mantan suami lalu membandingkannya dengan milik lelaki itu. Memang cukup jauh, alhasil Ayu seperti mengalami percintaan untuk pertama kalinya.

Seketika Ayu teringat kejadian naas tadi malam, sontak langsung mengintip tubuhnya yang terbungkus selimut. Kedua bola matanya membulat, ia benar-benar dalam kondisi telanjang tanpa busana sedikit pun.

"Oh, tidak!" pekiknya pelan. Kini Ayu merasa hina memandang dirinya sendiri. Melakukan hubungan terlarang bersama pria yang bukan suaminya. Jangankan seperti itu, Ia bahkan tidak mengenalnya secara baik. Hanya lelaki asing yang tiba-tiba muncul lalu memangsanya bagaikan singa berburu rusa.

Ayu terisak, air mata kembali mengucur membasahi pipinya sembari memeluk kaki yang ia tekuk dan membenamkan wajahnya didalam sana. Ayu sudah kotor tanpa balutan ikatan halal, entah apa kata tetangga bila melihat lelaki tersebut melenggang pergi dari tempat tinggalnya.

Ayu menghentikan sejenak tangisnya, mengingat pria brengsek yang telah menodainya seketika Ayu sangat ingin untuk menghajarnya.

"Ke mana dia?" Ayu tertegun tidak mendapatinya diatas ranjang

Segera ia seka air mata dengan kasar, rasa gemuruh dihatinya bersiap untuk ia sembur dihadapan lelaki asing tersebut. Cepat-cepat Ayu mengambil baju dari dalam lemari, mengenakannya dengan ligat lalu melenggang pergi ingin menelusuri setiap sudut rumahnya.

"Mana laki-laki brengsek itu!" geramnya, kedua tangan telah terkepal bersiap untuk meninju wajah iblisnya

"Hei!" teriak Ayu, mendobrak pintu kamar mandi namun lagi-lagi tak dapat ia temui

"Bisa-bisanya dia kabur!" geram Ayu, ia pun kembali melangkah menuju pintu utama, bermaksud ingin menyusulnya ke mobil yang terparkir asal-asalan di tepi jalan. Berharap lelaki kurang ajar itu belum pergi dari daerah sini.

Baru saja tiga langkah berjalan, Ayu tertegun melihat pandangan tetangga yang melirik sinis kepadanya. Sambil berkomat-kamit tidak jelas seolah mereka tengah menggosipi Ayu. Apa yang ditakutkan Ayu pun terjadi, para tetangga pasti melihat kepergian lelaki asing itu dari kediamannya dan mereka pasti berasumsi jika Ayu sudah melakukan hubungan terlarang di perumahan ini. Ayu tidak menggubrisnya lagi, Ia pun kembali melanjutkan langkah untuk mencari lelaki itu. Namun, lagi-lagi langkahnya terhenti kala salah seorang ibu menegurnya.

"Habis ditinggal setelah dipakai, ya, Dek? kasihan sekali," sindir Ibu tetangga tersebut

"Mending pergi deh, Yu! kamu sudah mengotori tempat ini, tau, nggak!" sahut yang lainnya

"Ya, benar! tampangmu saja yang polos, tapi kelakuan--aih, ampun deh!" timpal yang lainnya sembari menepuk jidat dengan kasar.

"Ayu nggak ngelakuin itu, Ayu cuma nolong dia yang memang lagi butuh bantuan!" sanggah Ayu, tidak terima akan hal itu walaupun memang benar niat baiknya telah dirusak oleh perlakuan binatang lelaki tersebut

"Cih! nolong apaan, orang dia baik-baik aja tadi keluar dari rumahmu."

"Betul tuh! paling nolongin barangnya supaya kamu dapat uang, dasar jalang!"

Sungguh teramat pedas sekali omongan mereka yang telah menuduh Ayu sehina itu. Hatinya terasa sakit bagai ada sembilu pedang menusuk dadanya berkali-kali hingga tembus ke punggung. Ayu hanya bisa mengetatkan deretan giginya sembari memandang jauh ke depan sana, sepasang indra pendengaran kembali menyerap kalimat demi kalimat hina dari mulut mereka.

Ayu sudah tidak kuat menahan rasa ini, mata sudah memanas seolah ingin mengeluarkan kepedihan berupa air mata. Ayu kembali membalikkan badan, melangkah cepat menuju rumahnya dan mengurungkan niat untuk mencari pria tersebut.

Perempuan malang, hidup sendiri di kota setelah perceraian yang ia gugat, kini tragedi memalukan kembali terjadi pada dirinya. Dilecehkan tanpa ampun lalu ditinggalkan dengan begitu hina. Ditambah lagi omongan pedas tetangga yang berhasil mencabik-cabik harga dirinya.

Ayu menangis sejadi-sejadinya dibelakang pintu, duduk dilantai sembari memeluk kaki yang ia tekuk.

"Ibuk ... kenapa hidup Ayu semiris ini? diperlakukan tidak baik oleh dua lelaki yang telah mengkhianati Ayu dan sekarang Ayu dilecehkan, hiks hiks hiks."

"Jahat! Ayu benci laki-laki, Buk!" erangnya, memukul-mukul lututnya sendiri

Puas menumpahkan segala kepedihannya, Ayu kembali bangkit dari keterpurukkan. Melangkah gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang kotor.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Ayu telah selesai dengan kegiatannya. Wajah dan badannya tampak segar, namun terlihat pucat pasi tak berdaya. Bagaimana tidak, hampir satu jam ia menyiram tubuhnya dengan air yang begitu dingin, efek hujan disepanjang malam.

Tidak masalah baginya, menurut Ayu, tubuhnya sudah mati rasa memakan kejadian hina tadi malam. Apalagi gosip tetangga yang akan menyebar luas ke berbagai penjuru

Tak bersemangat untuk berpakaian, Ayu duduk termenung diatas ranjang. Hingga-pandangannya teralihkan oleh dua lembar kertas diatas meja riasnya.

Ayu bangkit, mengambil dua lembar kertas yang tampak asing itu.

Maaf, saya telah lancang memperkosa kamu. saya mabuk, saya pikir kamu adalah kekasih saya. sekali lagi, maaf. sebagai permintaan maaf saya, saya memberikan selembar cek yang tertera nominal uang sebagai penembusnya.

Sorry,

-Alexei-

"Seratus juta? dia kira aku pelacur, hah!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status