Share

Bab 4 Galang

last update Last Updated: 2025-07-31 15:07:47

"Kita akan tidur di kamar yang terpisah, kan?"

"Sebenarnya ini rumahmu yang mana? Kenapa aku tidak pernah tahu kalau kau punya rumah sendiri?"

"Luas gak rumahnya? Ada berapa kamar?"

"Boleh tidak kalau aku ajak teman-teman ke sana?"

Maya terus saja menghujani Reza dengan pertanyaan-pertanyaan yang memutar di kepalanya. Ia tidak peduli dengan perasaan laki-laki yang sekarang berada di sampingnya itu apalagi yang ada di pikirannya.

Maya hanya ingin, kalau hidupnya tetap baik-baik saja setelah menyandang status sebagai istri seorang Reza Prayuda. Dia tidak ingin dikekang, apalagi sampai harus merubah dirinya.

Sudah ada tekad dalam hatinya, kalau dia harus terus membatasi diri dari Reza tanpa memikirkan bagaimana perasaan yang menjadi suaminya itu.

"Kalau orang nanya itu dijawab, bukan diam saja," gerutu Maya kesal.

Reza masih terus diam, ia sedang berusaha menata hatinya agar ego untuk menahan Maya di sampingnya hilang. Dia tidak mau kalau wanita yang dicintainya ada di sampingnya hanya karena terpaksa.

"Za!" Maya berteriak. Kali ini suaranya berhasil membuat Reza menatap ke arahnya.

"Apa? Aku sedang menyetir, jangan ngajak ngobrol terus," ucap Reza pelan.

Darah Maya langsung mendidih. "Ngobrol? Dari tadi aku hanya ngomong sendiri, kamu itu hanya diam seperti angsa tersambar petir!" Maya berbicara dengan geram. Rasanya dia ingin mencabik-cabik mulut Reza yang sudah bicara seenaknya itu.

"Emang kamu tahu bagaimana angsa tersambar petir?" Reza bertanya serius.

"Eza," teriak Maya emosi.

Mobil pun memasuki halaman rumah yang terlihat sederhana, tapi terhitung besar kalau hanya ditinggali dua orang. Namun, berbeda dengan Mata yang selalu hidup di rumahnya yang seperti istana dan semuanya yang serba ada.

Hanya tinggal memberikan perintah, semuanya yang dia inginkan akan langsung ada di depan mata.

"Kamu seriusan ini rumahnya? Kok kecil?" Maya menatapnya dari dalam mobil dengan ekspresi kecewa.

Reza menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Turun sekarang, lalu kita diskusikan masalah Galang, atau tetap di sini dan sejarah tentang Galang harus kita kubur?"

Maya yang mendengar nama Galang disebut langsung turun tanpa banyak bertanya, sementara Reza hanya terpaku melihatnya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Reza memukul stir pelan. Berpura-pura bersikap tidak terjadi apapun di depan Maya adalah satu-satunya cara untuk membuat Maya nyaman berada di sisinya. Namun, apakah bisa bertahan? Rasanya sekarang pun Reza sudah tidak tahan lagi.

"Ayo cepat turun! Tadi malah nyuruh aku duluan, sekarang kamu malah bengong!" Maya kembali berteriak.

Permohonan Bu Nina tadi terus saja terngiang. "Mama tidak rela jika malah dirimu yang terluka karena Maya, Za. Mama mohon, bantu dia untuk mencintaimu, dan jangan mengantarkannya kepada laki-laki lain. Mama mohon."

Awalnya rencana mereka baik-baik saja tanpa harus ada kebohongan, tapi Bu Nina mendengar apa yang mereka bisikan tadi. Jadi, dengan terpaksa, Reza berjanji akan mencobanya.

Akan tetapi, Maya langsung berbisik. "Katakan saja. Toh Mama tidak akan tahu kalau kita nanti akan bersandiwara."

Maya juga mengatakan kepada mamanya kalau dia akan berusaha untuk mencintai Reza. Laki-laki yang kini telah menjadi suaminya.

"Aku haus." Maya langsung melemparkan tubuhnya di sofa yang ukurannya lumayan besar.

"Sana ambil air putih di dapur." Reza berkata cuek.

"Apa? Enggak mau." ucapnya manja. "Bibi, Mbak, Kakak, tolong ambilkan air!" Maya kembali berteriak sambil memberikan perintah, sama seperti yang selalu dia lakukan di rumah orang tuanya selama ini.

Tanpa banyak bicara, Reza langsung pergi ke dapur, dan mengambil segelas air putih.

"Nih, minum," titahnya.

"Aku mau jus mangga. Enggak mau air putih," protes Maya.

"Buat sendiri. Di sini tidak ada yang kerja," tegas Reza.

"Apa?"

Tubuh Maya langsung lemas ketika mendengar kabar mengejutkan ini.

**UNP**

"Kapan kita akan mulai tentang pencarian Mas Galang?" Maya langsung menatap Reza sengit. "Janjinya kan setelah sampai. Sekarang sudah sepuluh menit lebih tiga belas detik, tapi masih belum bicara." Maya menggerutu sambil menggertakan gigi.

Lagi-lagi tidak ada yang bisa Reza lakukan, karena dia tahu kalau Maya sudah seperti ini, tandanya tidak bisa ditunda lagi.

"Simpan dulu barang-barang kamu di kamar," pinta Reza sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Belum sampai lima belas menit Maya berada di rumahnya, tapi suaranya sudah membuat telinga sakit. Apalagi, mulai saat ini ia harus terbiasa.

Dengan malas, Maya berjalan ke arah kamar yang ditunjuk Reza.

"Apa? Mana kamarnya?"

Suara teriakan kembali terdengar. Terpaksa, Reza bangkit dari duduknya untuk memberikan penjelasan.

"Ini kamarnya, May. Masa iya kamu tidak tahu. Ini tempat tidur, ini meja rias, itu jendela, dan ini lemari pakaian." Reza menjelaskan hal yang tidak perlu, karena Maya juga melihatnya.

"Aku tahu! Tapi mana ada kamar sekecil ini? Tidak ada ruangan khusus untuk baju, yang ada hanya lemari kecil ini saja. Kamar mandi di dalam pun kecil, tidak bisa berendam. Apa-apaan kamu ini? Mau buat aku mati muda, ya?" cecarnya membuat Reza kewalahan.

"Sudahlah, terserah kalau kamu tidak ingin mencari Galang. Aku juga tidak akan memaksa," lirih Reza.

Untuk saat ini senjata yang bisa digunakan hanya nama Galang, maka Maya akan langsung mengikuti.

"Kau? Kenapa selalu menggunakan namanya? Ini kamarnya memang gak lengkap tahu," geramnya menatap Reza sengit.

"Enggak lengkap gimana? AC ada, TV ada, kamar mandi ada, lemari ada, jendela ada, taman belakang kamar ada, apa lagi yang kurang?" Reza mengabsen semuanya yang ada di kamar itu.

"Terserah. Terus kamu tidur di mana?"

"Di sini juga, kita kan pasangan suami istri." Reza berbicara serius.

"Dari Hongkong!" Maya langsung menutup pintu ruangan yang baru saja menjadi kamar tidurnya itu dengan dibanting.

Setelah menyimpan semua barang-barangnya, dia langsung keluar dari kamar.

"Ayo kita bahas sekarang." Maya duduk di depan Reza dengan tatapan membunuh. "Pokoknya aku tidak ingin tidur satu ruangan."

"Iya." Reza menanggapi dengan singkat dan santai. Dia sudah tahu kalau Maya yang membencinya tidak mungkin mau tidur satu kamar.

"Kita juga harus membuat kontrak. Aku tidak ingin kamu mencampuri kehidupan pribadiku dan aku juga berjanji tidak akan pernah mencampuri kehidupan pribadimu," tegas Maya sambil menulis kata-kata yang baru saja diucapkannya di atas selembar kertas HVS yang diselipkan di kantong bajunya.

Reza membuka ponselnya setelah merasakan ada getaran. "Tentu. Enggak usah buat kontrak, aku akan melakukannya jika kamu mau."

Mata Reza mengerjap ketika melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh nomor yang tidak ada namanya.

"Aku gak percaya. Aku akan menuliskan semuanya, kamu tinggal tanda tangan saja," desisnya sambil terus fokus pada apa yang sedang ditulisnya.

Reza tidak menghiraukan perkataan wanita yang tengah sibuk menulis sambil berbicara itu dia sibuk memperhatikan foto yang diterimanya.

"Apa kamu yakin kalau Galang hanya mencintaimu?" tanya Reza membuat Maya menatapnya tajam.

"Tentu saja yakin," jawab Maya mantap.

Reza langsung menunjukkan gambar yang diterimanya. "Lihatlah, apa begini sikap laki-laki yang kau cintai dan juga mencintaimu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Batal Menikah, Aku Malah Dinikahkan Dengannya    Bab 56 Akhir Kisah

    KEIHKLASAN CINTA Lima Puluh Enam Dengan penuh keberanian, Nia mengendarai mobil Reza dengan kecepatan tinggi. Sementara Maya hanya bisa memeluk putranya erat sambil berteriak minta tolong, dan hatinya tidak berhenti beristigfar. "Hentikan, Nisa! Tolong hentikan!" Maya terus saja berteriak dengan harapan Nia akan menghentikan kegilaannya. Sementara Nia hanya tertawa terbahak-bahak. "Tidak, aku sudah berani berbuat sejauh ini. Mana mungkin aku akan berhenti." Nia kembali tertawa. "Siapa suruh tidak juga mengikuti kata-kataku untuk meninggalkan Reza, hah? Sekarang rasakan sendiri akibatnya. Jika aku tidak bisa mendapatkan Reza, maka kamu juga gak akan bisa!" teriaknya sambil tersenyum lebar melihat Maya yang ketakutan juga Reza kecil yang ikut menangis dan menjerit. Tidak mau mengundur waktu, Nia menabrakkan mobilnya ke sebuah pohon besar, tapi tidak seluruhnya. Hanya yang di depan Maya yang ditabrakkan Nia ke arah pohon besar itu, jadi dirinya masih sadar ketika pintu mobil yang ad

  • Batal Menikah, Aku Malah Dinikahkan Dengannya    Bab 55

    Nia bukan orang yang mudah menyerah, meksipun kini hanya dirinya saja yang melakukan tindakan tercela itu, menjadi orang ketika antara Reza dan Maya. "Jika aku tidak bisa membuat mereka berpisah dengan halus, aku akan menghancurkan kepercayaan yang ada di dalam diri mereka terhadap pasangannya." Nia tersenyum menyeringai sambil melihat foto Maya yang diberi tanda 'X'. "Ya, benar. Aku akan membuat kamu sehancur-hancurnya!" teriaknya lagi, lalu tertawa terbahak-bahak. Nia sangat geram ketika tahu Tian, Galang, dan juga Tari selaku adik angkatnya sendiri ternyata sudah menyerah terhadap perasannya. Mereka tidak lagi mau berjuang untuk mendapatkan apa yang seharusnya diperjuangkan. Sekarang, Nia sudah mulai kehilangan kendali. Dia akan melakukan cara yang tidak pernah terpikir sebelumnya. "Jangan salahkan aku jika membuatmu hancur, Maya," gumamnya lagi. Sementara Maya sendiri sedang dijemput oleh Abah Farhan dan semua keluarga besarnya. Sekarang Reza dan Maya sedang berpamitan kep

  • Batal Menikah, Aku Malah Dinikahkan Dengannya    Bab 54

    Galang meremas pergelangan tangannya ketika melihat keromantisan wanita yang pernah ada di kehidupannya dengan laki-laki yang menjadi pengganti dirinya. "Perjuangkan sampai titik darah penghabisan!" Nia tiba-tiba menyahut perkataan Galang. Ternyata selama ini yang selalu memperhatikan gerak-gerik Maya dan Reza bukan hanya Tian, tapi juga Nia dan Galang. "Aku sepertinya sudah tidak ada tempat lagi di hatinya." Galang berbicara tanpa melihat lawannya. Melihat Maya memberikan seluruh cinta dan perhatian kepada suaminya membuat rasa iri hati di dalam diri Galang semakin menjadi. "Makanya perjuangkan!" Nia menjadi emosi ketika Galang terlihat mau menyerah. "Jangan jadi laki-laki yang lembek kalau mau mendapatkan apa yang diinginkan!" Sebisa mungkin Nia kembali mencoba untuk membuat semangat Galang kembali bangkit, tapi sepertinya masih belum berhasil. Walaupun rasa cinta untuk Maya masih tersimpan dalam, tapi Galang tidak mau merusak hal yang menjadi kebahagiaan Maya. "Dulu, aku per

  • Batal Menikah, Aku Malah Dinikahkan Dengannya    Bab 53

    Mata Reza menatap kertas yang dipegangnya dengan tidak percaya, tapi tatapan dari Bu Ningsih, dan keluarganya membuat dirinya yakin kalau surat keterangan ini benar. Di dalam surat itu dinyatakan kalau Maya tengah mengandung yang usianya kini sudah enam mingguan. Reza kembali memeluk Maya dengan erat. Kebahagiaan yang tertumpuk dalam dadanya sungguh tidak bisa diungkapkan lagi. Kali ini dirinya benar-benar diuji dalam kebahagiaan. "Terima kasih, Sayang. Terima kasih banyak sudah menjadi pelengkap hidupku," lirihnya membuat keluarga Bu Ningsih yang mendengarnya terharu. "Perbanyaklah bersyukur, karena Allah memberikan buah hati tanpa kalian tunggu bertahun-tahun lamanya," ucap suaminya Bu Ningsih. "Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih banyak," ucap Reza sambil memeluk Maya kembali. Reza berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Bu Ningsih dan keluarganya yang sudah selalu berbuat baik kepada mereka, bahkan menemani Maya selama dirinya tidak ada di rumah. "Tidak apa, Nak, i

  • Batal Menikah, Aku Malah Dinikahkan Dengannya    Bab 52

    Bu Habibah menatap suaminya dengan wajah yang biasa-biasa saja, tetapi hatinya sangat jelas menunjukkan kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja. "Tidak apa, mungkin Mas hanya salah dengar," ucapnya sambil tersenyum lebar. Pak Fahmi yang lebih percaya dengan apa yang didengar daripada yang dikatakan istrinya itu pun langsung memeluknya erat. "Maaf jika selama ini aku lebih memilih untuk lari dari masa lalu dan hanya membuatmu seperti pajangan," lirihnya tidak tega. "Maaf jika selama ini kamu harus menjaga perasaanku dan keluarga sementara kami tidak melakukan hal yang sama," lanjutnya membuat hati Bu Habibah menjadi lebih terluka. Air mata yang sudah disembunyikan kini meronta dan ingin segera dikeluarkan. Satu nulis bening pun berhasil lolos, lalu temannya ikut turun membasahi pipi Bu Habibah. "Maafkan aku, Sayang. Maaf jika selama ini aku sudah bersikap tidak peduli dengan perasaanmu," bisiknya lagi. Bu Habibah melepaskan pelukan dan menatap suaminya lekat. "insyaAllah aku tid

  • Batal Menikah, Aku Malah Dinikahkan Dengannya    Bab 51

    Kehidupan Reza dan Maya semakin membaik dan mereka juga nyaman dengan kegiatan sehari-hari yang akhir-akhir ini mereka lakukan. Namun, ujian akan terus datang kepada cinta mereka, sampai cinta itu diakui sebagai cinta sejati. Di luar pintu kontrakan, Nia terus menggedor dengan sekuat tenaga. Sementara Maya dan Reza masih terdiam. Tidak ada sedikit pun keinginan bagi mereka untuk membuka pintu. Malah lebih kepada enggan. Entah apa alasannya. Ada rasa ragu dalam dada mereka, sehingga hanya saling melempar tatapan saja. "Biar Mas lihat lewat gorden, ya," ucap Reza pelan dengan langkah yang mengendap-endap menuju pintu. Matanya membulat sempurna ketika melihat seseorang yang berada di luar rumahnya itu. "Siapa, Mas?" tanya Maya sangat pelan. Ia juga penasaran dengan siapa yang datang malam-malam seperti ini. Reza kembali berjalan menghampiri Maya. "Kamu jangan marah kalau Mas katakan, ya," pintanya memohon dan itu malah menambah gurat penasaran di wajah Maya. "Em, soalnya yang data

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status