Share

Rupanya Aku Istri Kedua
Rupanya Aku Istri Kedua
Penulis: PutriNaysaa

Aku Istri Kedua

              “Yudith .. kenalkan ini istri pertama aku. Seperti yang aku bilang sama kamu sebelum menyetujui perjodohan kita dan menikahi kamu. Aku sudah punya kekasih dan memang berniat menikahinya. Tapi orang tua kita sungguh tidak mendengarkan aku, jadi mari kita buat kesepakatan sekarang.” Rajendra memperkenalkan wanita cantik jelita berambut panjang pada istrinya yang baru ia nikahi satu minggu lalu.

                Yudith menganggukkan kepalanya kaku, tidak tahu harus memberikan respons seperti apa. Dunianya hancur bahkan sebelum saksi pernikahan ia dan Rajendra menyerukan kata sah. Pernikahan gerbang bencana dan siksaan bagi Yudith Mahira Sutomo sudah di mulai.

                “Seperti yang aku bilang, aku hanya akan tinggal di rumah baru kita satu minggu sekali. Saat kemungkinan orang tua kita bisa datang karena mereka libur bekerja. Sisanya aku akan tinggal dengan istri aku yang ini.” Rajendra menambahkan dengan tenang.

                “Sudah? Aku menuruti kata kamu, jadi tolong tepati janji kamu.” Yudith berkata dengan kedua telapak tangan menggenggam erat di bawah meja.

                “Kita selesaikan malam ini.” Rajendra mengangguk yakin.

                Yudith menunduk dalam dengan hati terasa begitu sakit, ia sungguh tidak pernah membayangkan jika pernikahan indah penuh kebahagiaan impiannya berwujud bencana karena keputusan orang tuanya.

                Satu minggu lalu di sebuah restoran privat.

                “Aku sudah punya kekasih, kenapa kamu enggak menolak saja permintaan perjodohan kita ini, Yudith?” tanya Rajendra penuh penekanan.

                “Kenapa enggak kamu saja yang menolak permintaan ibu kamu, Mas?” Yudith bertanya balik.

                “Aku tidak bisa karena ibu aku sakit keras, dan punya jantung lemah. Jika dari pihak kamu yang menolak maka ibu tidak akan memaksa pernikahan ini terjadi. Memangnya kamu mau hidup dengan orang yang mencintai wanita lain? aku bahkan sudah berniat menikahi kekasih aku yang sekarang,” dengus Rajendra.

                Yudith terdiam, ia bukan tidak mau dijodohkan dengan pilihan papanya sebelum meninggal empat puluh hari lalu. Tapi itu adalah pesan terakhir almarhum papanya yang tidak mungkin tidak ia penuhi walau mungkin setelah ia tahu Rajendra mencintai wanita lain, kehidupannya akan penuh penderitaan.

                “Itu pesan dari papa aku, Mas. Hanya kamu yang bisa menolak dan mengatakan keberatan sama mama dan ibu kamu.” Yudith menjawab dengan tenang, walau gemuruh dalam dada luar biasa menyesakkan.

                “Sudah aku bilang aku tidak ingin buat jantung ibu aku drop,” sentak Rajendra kesal.

                Sudah tiga puluh menit pembicaraan mereka tidak menunjukkan titik temu dan kesepakatan. Yudith putus asa dan Rajendra teramat kesal.

                “Kenapa sih papa kamu mengotot sekali ingin kita menikah, padahal aku baru saja pulang dari Amerika dan papa kamu tidak mengenal aku secara pribadi.” Rajendra kembali mendengus kencang tidak memedulikan jika Yudith akan tersinggung saat di singgung papanya yang telah tiada.

                “Karena papa mengenal baik almarhum papa kamu. Papa bilang karena kamu anak om Subkhan maka sudah pasti kamu sebaik papa kamu juga,” terang Yudith.

                “Papa kamu terlalu naif sumpah, baik dari pada kita terus adu mulut tanpa kepastian, bagaimana jika aku berikan penawaran. Tunggu jangan di potong.” Rajendra menegakkan badan untuk menjelaskan maksud dari ucapannya tersebut.

                “Apa inti dari mereka menjodohkan kita yang sama-sama anak tunggal? Keturunan, pasti hanya itu bukan tujuannya? Mari buat mudah untuk kita berdua. Aku akan menikahi kamu dan memberikan keturunan untuk mama kamu dan ibu aku. Tapi sebelum kita menikah secara resmi, aku lebih dulu menikahi kekasih aku secara siri. Kita memenuhi keinginan dua belah pihak dan tanpa membuat kita sama-sama durhaka pada orang tua kita. Setelah kamu memberikan keturunan, maka aku akan menceraikan kamu dan untuk melegalkan pernikahan aku dengan kekasih aku. Kita sama-sama melakukan tugas kita sebagai bukti bakti. Kita akan tinggal di rumah baru aku agar apa yang sedang kita mainkan tidak terendus orang tua kita. Bagaimana, Yudith?” Rajendra mengaitkan kedua tangannya di atas meja dengan memandang lurus ke mata Yudith.

                Yudith terperangah mendengar rencana jahat yang diucapkan calon suami pilihan papanya. sanggupkan Yudith menggadaikan kebahagiaannya demi sebuah wasiat dari almarhum papanya? Lama Yudith terdiam, mempertimbangkan semua yang akan ia hadapi. Namun ia sepertinya tidak akan sanggup, baginya pernikahan bukan ajang uji coba dan permainan menghasilkan anak lalu berpisah dengan mudahnya.

                “Kalau kamu keberatan, maka silakan kamu bilang sama mama kamu untuk menolak perjodohan ini. Aku justru akan sangat senang tanpa harus berpusing-pusing lagi menyembunyikan kekasih aku itu.” Rajendra kembali bersuara saat Yudith hanya diam membisu.

                “Apa kamu masih perjaka?” Yudith melayangkan pertanyaan yang tidak diduga oleh lawan bicaranya.

                “Apa?” seru Rajendra.

                “Aku tanya apa kamu masih perjaka?” ulang Yudith.

                Rajendra berdehem sekali sebelum lengannya meninggalkan meja dan melempar pandangan selain pada manik mata wanita tidak bergeming di hadapannya.

                “Bagaimana kalau aku bilang enggak? kamu tahu aku tinggal di luar dengan pergaulan bebas. Maka sudah batalkan saja pernikahan ini,” dengus Rajendra.

                “Masih perjaka berarti kalau Mas menjawab seperti itu. Saya akan jawab tawaran gila Mas barusan.” Yudith meneguk air untuk membasahi tenggorokannya yang kering dan perih.

                “Kamu tidak bisa menyimpulkan aku masih perjaka atau tidak hanya dari ucapan aku tadi. Bisa saja kesimpulan kamu salah,” seringai Rajendra.

                “Jujurlah untuk kali ini, Mas,” pinta Yudith.

                “Tidak, aku sudah sering berhubungan dengan lawan jenis selama bekerja di Amerika,” dengus Rajendra.

                Yudith kembali mengepalkan kedua tangannya di bawah meja tanpa sepenglihatan laki-laki yang mengenakan jaket kulit berwarna coklat tersebut.

                “Apa memangnya keputusan kamu itu? kita bicara sudah selama ini dan kamu masih bertele-tele seperti ini,” desak Rajendra.

                “Aku akan menyetujui perjanjian kamu akan menceraikan aku usai aku melahirkan tapi dengan satu syarat. Aku hanya minta satu saja syarat dari kamu, Mas. Sekalipun kamu akan menikah siri terlebih dulu dengan kekasih kamu itu, tolong jangan melakukan hubungan suami istri dulu dengannya sebelum kamu menikahi aku dan melakukannya dengan aku. Setelah kamu melakukannya dengan kekasih kamu, maka jangan lagi sentuh aku sampai waktu perceraian kita.” Yudith dengan gagah berani memberikan syarat yang jauh lebih gila dari apa yang dilontarkan calo suaminya.

                Rajendra melepas tawa meremehkannya, tidak memedulikan raut tersinggung dari wanita di depannya.

                “Kamu ingin jadi yang istimewa rupanya,” sindir Rajendra telak.

                “Bukan, tapi aku tidak mau berbagi tubuh suami aku dengan wanita lain sekalipun wanita itu adalah istri lain kamu nanti. Aku hanya minta kamu berjanji akan hal itu, setelah aku hamil, terserah kamu mau bagaimana.” Yudith balik menantang garang tatap menusuk Rajendra padanya.

                “Ok satu bulan, jika dalam satu bulan kamu tidak hamil juga. Maka itu masalah kamu,” pungkas Rajendra.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status