Share

SACRIFICE : THE LADY
SACRIFICE : THE LADY
Penulis: chasalla16

PROLOG

Prolog 

Revelation: Pembukaan

Klevance 

Klevance memejamkan mata, pasrah tatkala kobaran api menyambar kedua sayapnya. Panas api menyungkup bahu dan punggungnya, membuat dirinya merasakan sakit yang amat sangat tak terbayangkan.

Gadis itu menyadari hidup yang dijalaninya sedari awal hanyalah sebuah skenario yang sudah diatur dengan sangat matang oleh seseorang, sehingga dirinya harus hidup dalam penuh bahaya dan resiko di setiap harinya.

Sebagai putri tunggal berdarah campuran dari orang tua yang memiliki ras bangsa yang berbeda sekaligus penerus takhta yang akan memimpin kedua bangsa, dirinya telah berulang kali melakukan perbuatan nekat---kalau tidak mau disebut gila---Klevance selalu berteman dengan bahaya.

Hanya tingal menunggu waktu sampai keberuntungan tak lagi berpihak padanya, maka segalanya akan berakhir.

Tapi tak sekalipun Klevance mengira hidupnya akan terancam seperti ini. Di hadapan orang yang sangat berarti baginya.

“Kenapa kau tega memperlakukanku seperti ini? Kukira kau adalah orang yang paling mengerti diriku!” ucap Klevance dengan nada getir dan terisak, mencoba menerima kenyataan dirinya telah dikhianati oleh orang yang paling dia percaya.

“Karena kau begitu naif, Klevance. Dan yang lebih membuatku muak, kau mempunyai segalanya. Kau sempurna tanpa cacat! Tidak seperti diriku!” jawab seseorang yang berada di hadapan Klevance dan sedang menyaksikannya terbakar.

Panas yang menyambar sekujur tubuh Klevance kini perlahan menghilang. Segalanya menjadi kabur dan gelap. Pikirannya melayang mundur pada peristiwa enam bulan yang lalu, saat semua ini belum terjadi.

*** 

Enam bulan lalu, sebelum Klevance jatuh kedalam perangkap seseorang.

Warna merah pekat menodai pandangan matanya. Klevance tertegun, mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba memastikan apakah dia bermimpi atau tidak. Tapi pemandangan itu tetap tidak berubah, parit dangkal yang terbentang di hadapannya memang sewarna darah. Angin ikut mendukung dengan membawa bau amis darah ke arahnya. Klevance mual, firasat buruk menderanya.

Tapi akal sehatnya segera mengambil alih.

Pasti ada penjelasan yang masuk akal untuk ini.

Mungkin ada orang yang tak bertanggung jawab yang membuang jasad ataupun bangkai hewan ke dalam Sungai Arthur---sumber air parit ini. Mengingat betapa ceroboh dan lalainya Manusia, hal semacam ini bukannya tak mungkin terjadi. 

Klevance mendesis gemas. Kalau memang ada yang mencemari sungai, dia harus menemukan sumbernya lalu melapor kepada para Bidadari dan Bidadara Penjaga Sungai.

Sungai Arthur yang mengalir membelah Hutan Aurora ---hutan yang menyambungkan dunia Bangsa Kahyangan dengan dunia Bangsa Manusia--- menopang kehidupan banyak orang. Jika airnya sampai diminum, akibatnya pasti akan buruk sekali. 

Akhirnya Klevance memutuskan menyisir parit untuk menemukan sumber darah. Matahari belum terbit, tapi kegelapan dini hari tidak menganggu Klevance. Matanya---yang mampu melihat dalam kegelapan---membantu menemukan rute aman melalui jalan berlumut di tepi parit. 

Saat berjalan semakin dalam ke hutan, dia menyadari darah di parit semakin pekat. Sepertinya tidak mungkin kalau sumbernya hanya dari bangkai hewan saja. Firasat buruk yang menghantuinya kembali mendera. 

Aliran parit menghilang di sebuah kelokan besar yang dipenuhi rerimbunan semak kaliandra. Klevance tak bisa melihat ke balik rerimbunan, tapi dia bisa mendengar gemuruh Sungai Arthur dengan sangat jelas.

Berhati-hati memilih pijakan, Klevance berbelok dan menemukan Sungai Arthur mengalir dengan derasnya. Tapi sungai itu bersih, sama sekali tidak terlihat bekas darah yang menodai alirannya. Firasat buruknya semakin menjadi-jadi ketika menyadari betapa sunyinya tempat itu. Selain gemuruh Sungai Arthur, tidak terdengar suara apa-apa lagi.

Tepat ketika Klevance berniat mendekati bibir sungai, dia merasakan kakinya menginjak genangan air. Dia melirik ke bawah dengan bingung.

Memangnya semalam Hutan Aurora dijadwalkan akan turun hujan?

Saat itulah bau amis dan anyir darah menguar semakin pekat. Sambil menelan saliva, dia menoleh ke arah tanah lapang yang membentang di sisinya. Gadis itu menjerit tertahan, mata hijau-kebiruannya terbeliak lebar.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, hanya dipisahkan semak belukar, puluhan tubuh Manusia dan Bidadari serta Bidadara Penjaga Sungai Arthur bergelimpangan. Tanah tempat mereka terkapar memerah, darah menggenang membentuk aliran panjang ke dalam parit.

Klevance mendekat untuk mengamati mayat-mayat tersebut lebih jelas dan mencari tanda-tanda kehidupan di antara banyaknya mayat yang bergeletakan. Tapi melihat banyaknya luka tusuk dan sayatan yang malang melintang di bagian vital tubuh mereka, Klevance tidak berani berharap banyak.

Saat itulah terbesit dalam benaknya, mengapa para Bidadari dan Bidadara juga ikut tertusuk dan meregang nyawa seperti para Manusia? Bukankah mereka abadi? Bagaimana bisa mereka mati begitu mengenaskan seperti ini, mereka kan kaum Kahyangan? Senjata apa yang sampai bisa melawan kehendak Dewa dan Dewi hingga mematahkan keabadian mereka? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang terbesit di benaknya.

Bidadari dan Bidadara Penjaga Sungai Arthur merupakan salah satu suku dari ras besar yang menghuni Bangsa Kahyangan di Benua Isthara. Kulit mereka sangat putih layaknya manusia albino dengan rambut pucat dan memiliki sayap berwarna putih di tubuh belakang mereka. Paras mereka sangat rupawan, sekilas mereka tampak seperti manusia normal berusia dua puluh tahunan.

Tapi sebagai gadis berdarah campuran dan merupakan anak tunggal dari ratu Bangsa Kahyangan, Klevance tentu saja tahu bahwa para Bidadari dan Bidadara itu lebih tua dari penampilannya. Bangsa Kahyangan selalu awet muda karena mereka abadi---harusnya sampai ada yang berhasil membunuh mereka---dan tidak bisa menua karena berkah dari Dewi Esther, dewi yang memberkahi keabadian dan kecantikan awet muda bagi kaum Bangsa Kahyangan. Selain itu, Bangsa Kahyangan memiliki berbagai macam kekuatan sihir yang bisa mereka kendalikan, dan sepasang sayap putih yang besar sebagai tanda khas kaum mereka.

Klevance kembali mengamati wajah para mayat yang tergeletak itu menyadari bahwa dia tidak mengenali para mayat manusia dan hanya mengenali sebagian para Bidadari dan Bidadara Penjaga Sungai Arthur.

Sebagian dari mereka bukan Bidadari dan Bidadara Penjaga Sungai Arthur yang kutahu dan aku tidak mengenali semua Manusia ini.

Lalu seseorang dari belakang tiba-tiba menepuk pundaknya pelan. Kehadirannya sama sekali tidak mengeluarkan jejak dan suara apapun yang membuat Klevance tidak menyadarinya.

Ya, Tuhan! Siapa yang menepuk pundakku? Kenapa aku tidak merasakan kehadirannya sama sekali sebelumnya?

 “Tolong aku, Nak.”

Klevance memberanikan diri untuk menoleh kebelakang, kearah orang yang menepuk pundaknya. Dia mendapati seorang nenek tua dengan raut wajah yang sangat pucat berdiri di hadapannya dengan sangat gontai dan tidak berdaya.

Ini—! Manusia?

“Apa ada yang bisa kubantu, Bu?” tanya Klevance memastikan bantuan apa yang sedang nenek tua tersebut butuhkan. Kecurigaan Klevance berkurang dan dia pun sedikit melengahkan kewaspadaannya saat mengetahui yang ada di hadapannya hanya seorang manusia yang sudah tua dan rapuh.

“Tolong bantu aku bawakan kotak ini, Nak.” Nenek tua itu memberikan kotak kecil yang sedari tadi tangan ringkihnya genggam. “Dan juga, carikan aku jalan keluar dari sini. Kumohon…aku sangat takut berada di tempat ini,” lirihnya kembali.

Apa mungkin dia tersesat dalam hutan ini dan ketakutan saat melihat para mayat tersebut? Ya, sudahlah. Nenek ini sangat terlihat ketakutan, aku jadi kasihan padanya.

“Baiklah, Bu. Mari, ikuti aku.” Klevance mengambil kotak kecil tersebut dan ingin segera memandu nenek tua itu untuk keluar dari Hutan Aurora.

Namun belum sempat Klevance membalikkan badannya, nenek tua itu melakukan sesuatu pada dirinya. Dia berhasil memasuki pikiran dan memori Klevance secara tiba-tiba.

“Sial, aku lengah! Siapa kau sebenarnya?!” ujar jiwa Klevance.

Nenek tua itu tersenyum hangat kepada Klevance dan sama sekali tidak menghiraukan amarahnya.

“Tentu saja untuk membantu membangunkan jiwamu yang lain, Klevance.”

“Kau tahu namaku? Apa maksudmu mengatakan hal itu?! Membangunkan jiwa lain dalam diriku? Omong kosong macam apa itu!” desis Klevance heran.

“Kau akan tahu sebentar lagi, sayang. Sekarang yang terpenting kau harus kuat menahan kekuatanku ini.” Nenek tua itu segera mengeluarkan kekuatan yang sangat dahsyat di dalam alam pikiran Klevance dan membuat jiwanya merasakan sakit yang sangat tidak terbayangkan.

“Arrgghh!!! Aapa yang kau lakukan?!” jiwa Klevance meringis kesakitan menahan kekuatan besar itu. Sekujur tubuhnya terasa seperti dicabik-cabik oleh senjata yang sangat tajam. Dia mencoba menahannya agar tubuhnya tidak hancur karena kekuatan tersebut.

Tubuh fisik Klevance saat ini juga berguncang sangat hebat. Dia sampai mengeluarkan banyak sekali keringat hingga darah segar miliknya bercucuran keluar dari dalam hidungnya.

“Maafkan aku, sayang. Ini memang terasa menyakitkan, tapi aku jamin akan sangat membantumu kedepannya. Sekarang kau hanya perlu mengingat mengenai kotak ini. Temukan kuncinya dan dia akan membantumu,” ujar nenek tua tersebut.

Nenek tua itu segera keluar dari alam pikiran dan memori Klevance setelah selesai melakukan tugasnya.

Aku telah memberikan kekuatanku padamu, Klevance. Kau bisa menggunakannya untuk membangunkan jiwamu yang lain. Tapi aku tidak tega membiarkan dirimu mengingat rasa sakitnya. Aku telah memanipulasi ingatanmu.

Hanya ingatan mengenai kotak itu dan kuncinya juga mengenai jiwa lain dalam dirimu yang harus segera kau bangunkan yang ku tinggalkan untukmu.

Kuharap kau tidak mengecewakanku. Sampai jumpa.

Nenek tua itu dalam sekejap menghilang dari hadapan Klevance.

Klevance sontak tersadar dan kembali ke tubuh fisiknya. Saat tersadar, dia seperti orang ling-lung dan seperti telah melupakan sesuatu.

“Apa yang terjadi padaku barusan?” ujarnya bingung.

 Kemudian fokus Klevance beralih pada darah yang masih mengucur dari hidungnya, “Darah?!” Dia mengusap pelan darah tersebut dengan tangannya dan menyadari ada sebuah kotak di genggamannya. “Sebuah kotak?” pandangan Klevance tertuju pada benda yang ada di tangannya.

Klevance mengerutkan keningnya. “Ini—!” Dia mencoba membuka kotak tersebut namun dia terpental cukup jauh setelahnya. “Kotak ini tidak bisa dibuka begitu saja?” gumam Klevance pelan dan sedikit terkejut.

Kemudian sekelibat memori yang nenek tua itu tinggalkan muncul dalam ingatan Klevance. Klevance dibuat semakin heran dengan ingatannya yang tidak lengkap tersebut.

“Hah? Kunci? Aku seperti mengingat sesuatu, tapi apa? Aneh!” desisnya heran.

“Apa-apaan ini?! Aku tidak bisa mengingat darimana asal kotak ini kudapatkan,” lanjutnya menggerutu kesal saat tidak menemukan penjelasan apapun. “Aku juga mengingat harus melakukan sesuatu pada jiwaku. Akan tetapi, aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat.” Klevance semakin bingung saat memikirkan ingatan dari memorinya itu.

Otakku sepertinya bermasalah. Semua ini terlalu tiba-tiba dan mencurigakan untukku. Akan kucari tahu nanti kebenarannya karena aku juga penasaran apa yang telah terjadi dengan diriku.

“Astaga! Gara-gara kotak ini dan ingatanku yang aneh, aku jadi melupakan para mayat itu.” Klevance kembali teringat akan para mayat yang sebelumnya dia lihat.

-Bersambung-

chasalla16

Halo semuanya, salam kenal!!! Aku Chasalla16, author SACRIFICE :THE LADY. Hari ini, merupakan hari pertama aku menulis di aplikasi ini dan menerbitkan cerita baru bergenre fantasy, genre favorit ku^^ Semoga kalian menyukai cerita ini dan jangan sungkan untuk memberikan saran dan kritikan untukku ya^^ Terima kasih banyak kuucapkan, semoga kalian betah dan suka dengan ceritaku^^

| Sukai
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Khansa Aulia
AAAAAAA SUKAA BANGETTT KEREEN CERITANYAAA, DITUNGGU CHAPTER CHAPTER SELANJUTNYA YAAA, SEMANGAAT THOR JANGAAN LUPA ISTIRAHAT JUGAA YA!
goodnovel comment avatar
Melati Puspita Sari
kerenn ceritanyaaa, baru chapter awal aja udah keliatan seruu <3 semangatt yaa thorr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status