"Masnya mau minum apa?" Seorang pelayan kafe bertanya sambil bersiap mencatat pesanan pelanggan.
"Americano!"
"Baik," sahut pelayan. "Masnya?" Lalu tatapannya beralih ke pria kedua di meja yang sama.
"Saya moccacino. Hot ya, Mbak."
"Baik." Setelah mencatat pesanan dua pelanggan tersebut wanita yang mengenakan seragam pelayan itu menjauh.
"Americano muluk, gimana hidup lo terasa manis?" ceplos Angga, teman Dewa yang kini duduk berseberangan dengan pria yang baru sehari menikah itu.
"Sial memang. Nggak ada manis-manisnya. Setelah nikah pun hidup gue makin pait."
"Lah ... jadi bener Qinara hamil anak lo?" tanya Angga yang meragukan kebenaran tersebut.
"Yah, dia bawa tes pack ke depan penghulu. Gila gak tuh!"
"Ya, gue kan di sana jadi lihat lah."
"Nah, udah tahu tanya." Dewa menyandarkan kepala malas ke kursi.
Kursi kafe itu sengaja didesain tinggi dengan bantal kecil di bagian lehernya. Tujuannya agar pengunju
Kalila mendorong pelan, menjauhkan tubuh pria yang tengah merangkulnya."Ayok, Mas! Katanya mau beliin aku baju?"Dareen menarik kepala sambil menautkan dua alisnya. Setelah mencerna kata-kata Kalila, baru ingat kalau mereka tadi keluar untuk berbelanja.Perempuan itu meninggalkannya lebih dulu ke arah mobil. Berjalan dengan penuh semangat."Buka Mas!" tunjuknya ke pintu mobil. Sontak saja, Dareen mengarahkan kunci ke mobil dan menekan tombolnya."Senang sekali kamu." Dareen merasa heran. Bagaimana Kalila bisa berubah dalam waktu secepat ini? Bukan hanya pergi dengannya dengan semangat penuh.Sebelum menarik pintu, Kalila melirik ke arah jendela Qinara, dan benar saja adiknya itu terlihat remang berdiri di depan jendela yang tersingkap gordennya. Ditariknya satu sudut bibir Kalila, melihat pemandangan itu."Sepertinya cewek matre sudah mulai mengendus kekayaan suamiku," gumamnya kemudian."Ya?" tanya Dareen yang mendengar ucapa
"Ayok cepetan!" Mata Kalila berbinar ketika kakinya menjejak sebuah counter Hape yang megah.Perempuan yang masih mengenakan pakaian pemberian Dewa tersebut sangat bersemangat. Dareen tersenyum masam. Baru kali ini sejak kejadian kemarin wanitanya itu terlalu riang, seperti anak kecil. Selebihnya .... 'Galak banget!' maki Dareen dalam hati."Iya, sabar!" sahutnya sambil berjalan mengikuti Kalila yang sudah dua meter ada di depannya."Ini Mas! Aku mau yang ini!" tunjuk Kalila pada sebuah kotak IPhone. Benda yang bertengger paling depan karena merupakan produk yang sedang dipromosikan."Mana? Ini?" Dareen memastikan.Kalila melebarkan matanya, dengan senyum sangat lebar dan anggukan berkali-kali. Dareen terus terkekeh dibuatnya. Ia tak pernah menyangka bisa membuat Kalila se bahagia sekarang hanya dalam waktu sehari.Tadinya Dareen pikir, setidaknya Kalila akan perlu waktu tiga bulan untuk bisa menerimanya. Yah, karena dia melihat sendiri baga
Matanya terpejam, lalu membuka perlahan dengan debar tak beraturan melihat hasil di atas benda pipih itu. "Ya Tuhan, bagaimana kalau Mas Dewa marah dan menghukumku atas dusta ini.Baru saja matanya membuka memindai hasil tes pack, mata bulat Qinara melebar sempurna karena terkejut."Apa?!"Saking terkejut, tubuh Qinara jatuh luruh di dinding toilet yang basah."Apa ini? Apa aku hamil? Kenapa harusnya meragukan gini?" Qinara syok. Ada dua garis tapi satu garisnya tampak samar. Bahkan nyaris tak terlihat.Tak memahami apa yang dilihat, Qinara memutuskan segera keluar untuk menyerahkan tes pack ke dokter.Saat keluar dari toilet, Dewa sudah menunggu. Gegas pria itu menghambur ke arah sang istri yang tampak sedih."Gimana?" tanya Dewa melebarkan mata dan mengangkat kedua alisnya. Dia sangat penasaran dan tak sabar melihat hasil tes di tangan Qinara.Perempuan itu mendesah. Diperlihatkan dua garis di tangannya."Hah?" Dewa me
Mobil yang Dewa kemudikan telah sampai di halaman keluarga Praman. Selepas pulang dari dokter, Dewa dan Qinara merasa frustasi. Keduanya berjalan gontai masuk ke dalam rumah.Ucapan dokter SpOG yang ditemui masih terngiang di telinga."Jelas saja masih samar. Karena baru jadi." Dokter itu tersenyum. "Jadi bulan ini tidak berhubungan?" tanyanya lagi."Benar. Saya tak pernah menyentuhnya karena ...." Ucapan Dewa tertahan.Mana mungkin dia membuka kebobrokannya sendiri di depan orang lain. Meniduri anak orang, padahal sedang dia juga akan menikahi kakaknya. Terkadang, Dewa sadar bahwa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan.Dia juga sadar bahwa Kalila pasti sulit memaafkannya jika tahu. Namun, nafsu sudah menguasai pikiran, hingga akal dan hatinya tertutup secara bersamaan.Qinara meliriknya tajam. Dia tahu Dewa tak mungkin meneruskan ucapannya. Namun, cara bicara Dewa sangat menyakiti hatinya. Seolah pria itu sama sekali tak mengingininya.
"Kita pindah saja dari rumah ini. Pergi yang jauh dari mereka. Aku janji akan menyembuhkan lukamu Kalila." Dareen mengucap dengan sangat serius.Kalila mendongak. Menatap dua mata elang pria yang menghunus ke arahnya. Dari sana ia bisa tahu bahwa Dareen tak main-main dengan ucapannya.Namun, dia juga ingat ucapan Dewa tentang Dareen. Pria yang juga pernah dipergoki dari kamar Qinara."Jangan salah paham, Mas." Kalila berusaha menggeser tubuh Dareen yang berat. Namun, gagal. Hingga ia mengembus kasar."Apa?" Dareen tampak tak terima.Kalila kembali mendongak, menatap serius ke wajah tampan pria di depannya."Yah, aku tak mau Mas Dareen salah paham. Aku tak bilang akan belajar mencintai Mas atau bertahan di sisi Mas." Kalila mengatakan apa yang ada di pikirannya setelah dia tahu, bahwa Dareen sama buayanya dengan Dewa.Ah, meski pun ia belum yakin tentang itu. Yang jelas sebelum Kalila tahu bagaimana aslinya Dareen, dia tak akan mengamb
"Apa kamu tak menjelaskannya pada Kalila?" tanya Biantara yang sudah seperti sahabat bagi anaknya sendiri."Sudah, Pi. Mana bisa dia percaya semudah itu? Ck. Kami saja tak pernah dekat sebelum menikah.""Lagian kamu, suruh deketin perempuan malah kerja muluk. Sudah kaya kapitalis lupa diri.""Ck. Bukannya itu kemauan Papi?""Heh! Papi lagi disalahkan." Biantara mencebik. "Kalau begitu kenapa tak minta tolong pada Nenek?""Bagaimana ngomongnya? Nanti malah Kalila tanya, apa Dareen ngadu ke Nenek? Ah, gak gentle banget. Jatuhlah harga diriku Pi. Masa laki-laki suka ngadu. Lagian dia juga belum tentu percaya.""Ck. Rumit juga. Ya sudah kalau gitu, kamu harus buktikan. Apa kamu perlu bantuan Papi?""Gak usahlah. Nanti juga bakal ke bukti semuanya.""Gimana caranya?" tanya Biantara penasaran.Dareen malah tertawa menjawabnya."Lah malah ketawa. Beri tahu Papi gimana caranya?""Ah, Papi itu urusan anak muda!" Dar
Wanita itu geleng-geleng tak percaya. Jika seorang ibu tega melakukan hal keji pada puterinya, Kalila. Bukankah seharusnya, kalau Qinara merengek harusnya dia yang diberi pengertian agar menjauhi Dewa, bukan malah didukung."Ini tak bisa dibiarkan. Qinara pasti akan terus merengek, sampai mamanya yang separuh hatinya sudah mati itu memenuhi keinginannya." gumam Nenek yang merasa hubungan Kalila dan Dareen dalam ancaman."Ya Tuhan, kenapa mereka matre begitu?"Melihat ruangan yang sudah sepi, Nenek segera bergegas masuk dan mendatangi Kalila di kamarnya. Ia harus menceritakan semuanya sebelum terlambat.Jangan sampai cucunya yang baik hati mendapatkan mala petaka untuk kedua kalinya. Dua nenek sihir itu pasti akan melakukan segala cara untuk memisahkan Dareen dan Kalila.Langkah tuanya bergerak semakin cepat. Menaiki anak-anak tangga menuju lantai dua.***Melihat mobil Dareen memamsuki halaman, Dewa cepat-cepat pamit ke satpam dan men
"Kalila, kamu tak boleh terlalu percaya pada Mamamu.""Hah? Kenapa Nenek bilang gitu? Apa sebenarnya ...""Jadi ... gagalnya pernikahanmu dengan Dewa ada campur tangan Mamamu.""Apa? Ap- apa maksud Nenek?" Mata Kalila melebar karena terkejut. Ia seolah tak ingin percaya pada apa yang didengarnya. Tapi selama ini Neneknya tak pernah membual, apalagi untuk hal sepenting ini.Seketika dadanya serasa diganjal sesuatu yang membuatnya sesak, hingga dua mata pun memanas. Ia bisa merasakan, air telah menggenang di pelupuk mata.Wanita yang begitu disayangi, dicintai dan dipercayainya, justru adalah wanita yang menghancurkan masa depannya. Bukankah sudah cukup menyakitkan ditusuk dari belakang oleh adik sendiri?'Kenapa Mama melakukan hal yang sama dengan Qinara?'"Ya. Ini mengerikan, Kalila. Nenek juga terkejut. Tak menyangka jika Mamamu ...." Nenek bahkan tak meneruskan ucapannya.Perempuan tua itu mengembus panjang. Melepaskan sesak