Share

chapter 2

Semua mata tertuju kepada pemilik suara yang begitu lantang sekali.mereka semua terkejut dan kaget bahwa yang datang adalah

"SILVI"

Semua orang terkejut atas kedatangan Silvi ke acara reunian keluarga Nugraha,padahal Silvi bukan keluarga Nugraha.

"Kenapa kalian,pada terkejut,kaya lagi melihat hantu saja."

Dengan gaya Silvi yang sombong dan angkuh,yang selalu dia tunjukkan pada semua orang.

"Hai."

"Bastian, apa kabar,sudah lama kita tidak berjumpa,apakah kamu masih ingat aku,yang selalu membuat diri mu tidak bisa jauh dari ku."

Bastian terdiam, mendengar apa yang Silvi katakan barusan,ada tanda tanya besar dalam kedatangan silvi di acara reuni keluarga Nugraha.

"Mau apa,kamu kesini hai janda ja**ng,apakah kamu tidak cukup sudah menghancurkan anak saya waktu itu."ucap nyonya Mauria.

"Bukan saya yang menghancurkan anak,nyonya,tapi anak nyonya sendiri yang menghancurkan diri nya,kalau bukan karena ketulusan cinta ku pada Bastian,mungkin waktu itu Bastian.....".nyonya Mauria memotong pembicaraan Silvi

"Ngomong apa kamu,kamu hanya ingin melindungi diri kamu saja dari cemoohan orang,supaya diri kamu itu lebih suci dari anak saya,bukan kah itu yang kamu ingin kan,dan satu lagi,tidak ada harta anak saya jatuh ketangan kamu, karena kamu hanay wanita ja**ng,yang hanya menginginkan harta."ucap nyonya Mauria,dengan tatapan tajam ke arah Silvi.

Semenjak kejadian malam itu Bastian,hanya termenung, Bastian tidak banyak berbicara dengan istrinya, Bastian memikirkan mantan pacarnya,yang nambah aduhai dan sexi, Bastian bingung antara balik lagi ke Silvi atau menetap dengan istri nya sekarang.

Dua dua nya Bastian sayang dan cinta ,tapi Bastian tidak mungkin memiliki dua dua nya,takut nya Bastian tidak bisa adil dalam menjalankan dua istri.

****

Pagi-pagi sekali, terlihat zarianti sedang sibuk di dapur. Ia sedang mengolah berbagai macam makanan untuk sarapan orang- orang yang ada di rumah. Terlihat sekali tangan zarianti yang sangat cekatan dalam memotong dan memegang spatula.

Zarianti sudah sangat biasa dalam membersihkan rumah, menjaga anak, dan memasak seorang diri. Ia memasak makanan favorit suaminya tersebut.

Setelah di rasa semua makanan yang ia masak matang. Ia pun akhirnya meletakkan makanannya dengan hati-hati di piring dan mencoba dihias sebisa mungkin.

"Akhirnya, selesai juga masakkanku," ucap zarianti sambil tersenyum melihat semua masakannya. Kemudian, ia meletakkan semua maskannya di meja makan..

"Masih ada waktu, mending aku mandi dulu. Aku sedikit berkeringat." Akhirnya, zarianti melangkahkan kakinya ke kamar dan bersiap-siap untuk mandi.

Zarianti, hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk mandi dan bersiap -siap. Kemudian, ia melangkahkan kakinya untuk ke meja makan.

Saat di meja makan, ia melihat Bastian, Ricky, dan Silvi sudah duduk di meja makan. Zarianti yang melihat itu terlihat sangat kesal. Pasalnya, ia pagi-pagi sudah berperang di dapur untuk memasak. Namun, Silvi dengan enaknya duduk manis sambil menunggu waktu makan saja.

Jujur saja, zarianti sudah tidak kuat melihat kelakuan Silvi yang terkadang seenaknya saja terhadap dirinya.

"Selamat pagi, Mas. Maaf ya baru gabung, soalnya mandi dulu." Zarianti pun akhirnya duduk di samping kiri Bastian, karena di samping kanan Bastian sudah ada Silvi dan di susul Ricky adik Bastian.

"Iya tidak apa-apa, Sayang. Yaudah kita makan dulu, ya!"

Zarianti,tanpa aba-aba pun mengambil piring. Kemudian menyendokkan nasi dan lauk untuk diberikan kepada Bastian.zarianti terlihat sangat kesal melihat Silvi melakukan hal itu.

"Ini, Mas! Makan dulu, ya!" Silvi sedang mencari perhatian kepada Bastian.

"Makasih, ya!" Bastian pun memberikan senyuman kepada silvi.

"Maaf,disini yang istri nya Bastian itu saya ,bukan anda, anda itu hanya mantan pacar Bastian,jadi anda tidak ada hak untuk melayanin suami saya,paham."?

"Sebaik nya kamu itu pergi dari rumah sini,jangan lama lama numpang nginep nya,karena kamu bukan saudara atau siapa lah,kamu hanya duri dalam daging."

Zarianti yang mulai terlihat sangat kesal pun mengambil piringnya dan mulai menyendokkan nasi dan lauknya dengan sangat berisik. Sesekali terdengar suara sendok dan piring yang beradu menarik perhatian Bastian. Silvi 'pun menatap zarianti.

"Kamu kenapa?" tanya Bastian yang terlihat bingung menatap zarianti. Pasalnya, tadi zarianti terlihat baik-baik saja saat datang. Namun, tiba-tiba sekarang raut wajahnya terlihat sangat berbeda.

"Aku tidak apa-apa," ujar zarianti sangat singkat, padahal hati dan otaknya sedang menyumpah serapahi Silvi.

"Pelan-pelan, dong, ngambilnya." Bastian mencoba menasihati dan dibalas anggukan saja oleh zarianti.

Silvi yang melihat tingkah kekanak- kanan dari zarianti hanya tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya saja. Ada- ada saja pikirnya.

Silvi dengan santainya mengambil nasi dan lauk yang di masak oleh zarianti, dan melahap begitu saja tanpa dosa. Zarianti lagi terlihat sangat -lagi geram dan menyendokkan makanan di piringnya dengan keras dan menyuapkan ke mulutnya.

"Makanannya enak 'kan, Mas?" tanya zarianti kepada Bastian.

"Masakan kamu tidak pernah gagal."

Bastian memuji masakan zarianti. Zarianti terlihat senang, namun Silvi terlihat sangat acuh.

"Jelas masakanku enak.pelayanan aku juga enak bikin mas,ketagihan, emang dia hanya bisa numpang makan saja di rumah orang,seolah olah putri,padahal mah ,hanya mantan ," ucap zarianti menyindir Silvi. Silvi paham akan sindiran zarianti tetap tidak peduli.

"Minimal kalau tidak membantuin masak, nyuci piring kali." Zarianti terus menyindir Silvi, Silvi pun menghela napasnya dengan kesal.

"Aku hari ini mau ke RS, ya, Mas. Ada lemburan." Silvi mengatakan itu kepada Bastian, membuat zarianti semakin kesal. Akhrinya, ia melempar sendok yang ia makan ke piring membuat suara jadi berisik.

"Sok-sokan an mau pamitan dengan suami orang,siapa kamu,ngaca dong? Mulai nanti malam tidak ada lagi kamu untuk menginap disini,? Sebelum ke Rumah Sakit ,cuci dulu tuh bekas makan kamu sendiri,dan jangan lupa,kamar yang kamu pakai semalam di beresin,jangan kaya ratu aja kamu disini,?" tanya zarianti emosi.

"Aku udah telat. Toh, aku harus kerja sekarang." Silvi beralasan karena disuruh mencuci piring dan beresin kamar oleh zarianti.

Baru sehari ulah nya sudha membuat aku kesel dan naik darah, ia juga lelah mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri.

"Nggak gitu, kamu salah paham." Bastian mencoba berpikir kembali apa yang harusnya ia katakan, agar zarianti tidak salah paham akan dirinya.

"Salah paham apa lagi? Memangnya siapa dia mas? membersihkan kamar bekas tidur nya ? Enggak! Malam ini tidak ada dia untuk menginap dirumah kita? Enggak! Silvi juga tidak pernah membantuin aku,bangun kek,pagi pagi , ini malahan mau enak nya aja." Zarianti terdiam, lalu ia menarik napas untuk melanjutkan kembali kemarahannya..

"Silvi, hanya mantan kamu mas,bukan istri kamu, tapi kamu lebih perhatian sama Silvi dan sayang terhadap Silvi,sedangkan aku? Ya,mungkin karena aku belum memberikan mas anak dan keturunan dari aku dan mas.jadi mas,seenak nya aja sama aku, lantas kenapa mas,begitu perhatian sekali dengan silvi?apakah,mas masih mencintai Silvi,mantan pacar mas itu?" Zarianti menatap Silvi tak suka.

"Aku berangkat dulu ya kak,mba,lama lama aku disini pusing kepala aku mendengar pagi pagi sudah ribut.dan buat kamu,kamu itu kan cuma mantan pacara kakak aku,kenapa juga kamu numpang tidur disini,emang kamu tidka punya tempat tinggal,hah?kerja sebagai dokter masa tidka punya rumah,malahan yang ada gangguin rumah tangga orang," tegur Ricky pada Silvi dan berpamitan dengan kakak dan mbak. Ricky segera meninggalkan meja makan.

Ricky menarik kursinya dengan kasar.

Wajah ganteng Ricky sangat lah bikin perempuan neduh , Silvi itu terlihat cemberut dan menahan emosi.

"Oh jadi kamu komplain soal pekerjaan rumah. Kerjaan kamu itu cuma masak doang dan ngakang di ranjang, selebihnya menghabiskan uang. Apa itu terlalu sulit untukmu. Yang bersih-bersih ada mbak. Hanya memasak sarapan pagi kamu menyindir-nyindir saya!" ujar Silvi tidak bisa terima zarianti membuat keributan di pagi hari.

"Mas! Kamu dengarkan mulut mantan pacar kamu!?"

"Setidaknya kalau jadi istri tahu diri sedikit!" Potong Silvi lagi. Bastian melirik Silvi, menandakan ia sedang menahan emosi.

"Untuk apa kamu menikahi wanita seperti ini?! Untuk menghabiskan uang kamu,mas! Bikin anak saja tidak bisa, sok sokan,bahwa mengerjain rumah capek!"

"Silvi," hardik Bastian.

"Apa mas?! Aku di sini! Tidak usah pakai teriak-teriak!"

"Urus dan ajari yang benar istri kamu,mas. Sekali lagi dia bikin keributan di depan Ricky. Aku tidak akan pernah mentolerirnya lagi, Mas. Aku bisa terima selama ini kamu memutuskan hubungan kita hanya istri kampungan kamu ini mas,tapi aku tidak bisa terima kalau aku di permalukan dan di jelek jelekin di depan orang lain. Aku tidak butuh minta uang dari mu mas,aku masih bisa cari uang sendiri, tetapi jika semua ini berpengaruh dengan martabat,ku aku tidak terima mas. Kamu tahu apa yang bisa aku lakukan mas!" ancam Silvi pada Bastian dengan suara sangat tegas. Memegang bahu Bastian dan beranjak pergi. Memang dasarnya kamu terlalu

"Liat aja Silvi,aku bisa menghancurkan karir kamu sebagai dokter muda! Jangan panggil aku zarianti,kalau aku tidak bisa menghancurkan hidup dan karier kamu Silvi,lihat mas,Dia pergi begitu saja. Mas terlalu memanjakan dia, Mas. Dia jadi bersikap seenaknya saja." Zarianti masih kesal terhadap Silvi.

Bastian hanya menghela napasnya. Kemudian, ia mengejar Silvi yang pergi begitu saja. Ia menarik lengan Silvi. Silvi pun berhenti dan menatap sang mantan tersebut.

"Ada apa?" tanya Silvi yang terlihat sedikit kesal.

"Jangan ngambek gitu, dong. Maksud dan tujuan zarianti baik. Dia mau kamu jangan jadi pemalas,kalau emang mau tinggal disini,berbagi tugas untuk membersihkan rumah. Kalau rumah bersih. Kamu juga jadi nyaman 'kan?" Bastian mencoba menjelaskan perlahan kepada Silvi.

"Kamu lupa Mas. Semalam, Aku telah menyewa tiga asisten rumah tangga untuk rumah ini! Dan kamu tau sendiri, Mas. Aku sibuk di Rumah Sakit, dan saat sudah sampai rumah aku lelah. Apalagi aku juga harus berangkat pagi-pagi jika mendapat panggilan dadakan." jelas Silvi yang ingin dimengerti oleh Bastian. Pasalnya ia punya banyak kegiatan dan tubuhnya juga sudah lelah.

Mendengar ucapan Silvi,akhir nya Bastian membiarkan , Silvi pergi. Bastian masuk kedalam,di lihat istri nya lagi duduk santai dengan wajah yang tidka bisa di artikan.

"Apakah worth it pernikahan kita ini, Mas?! Apakah worth it aku mengizinkanmu menikah lagi?!" Zarianti melepaskan pergelangan tangannya yang dipegang Bastian.

"Zarianti!"

"Beginilah kalau suami masih mencintai mantan pacarnya. Sibuk mikirin hati mantan nya, sibuk diracuni mantan pikiranmu itu, Mas!"

"Ya sudah jangan marah. Nanti aku coba bilang baik-baik sama Silvi. Tetapi kalau kamu sedang libur. Bantu Silvi, ya. Kasian dia."

"Silvi lagi, Silvi terus."

"Apakah, perempuan itu malam ini masih numpang nginep disini lagi,mas?mau sampai kapan mas?apakah sampai aku menyerah dan aku keluar dari rumah ini ,mas?karena kamu masih sangat mencintai dan sayang terhadap mantan kamu itu,mas.?"

Zarianti pun kemudian meninggalkan Bastian sendiri. Bastian 'pun menghela napasnya. Ia bingung karena satu sisi istrinya dan satu sisi mantan pacar nya,tidak pernah akur dan selalu berdebat.

Padahal, ia sangat berharap bahwa kedua istrinya dan mantannya bisa akur, tetapi ternyata ekspektasinya salah.

"Aku tunggu launching pernikahan kamu, Mas!" Zarianti melambaikan tangan tanpa menoleh ke arah Bastian. Hanya terlihat punggung dan lamabian tangan di depan Bastian. Pernyataan itu seakan zarianti telah berdamai dengan keadaan dan menerima jalan takdirnya salah memilih pendamping hidup.

Hal yang paling menyakitkan zarianti yang harus menanggung kesalahanya. Ia bisa memilih siapa suaminya, tetapi zarianti tidak bisa memilih siapa bapak pengganti Mariam.

Mariam membuat hati zarianti merasa tenang dan nyaman, Mariam adalah keponakan zarianti yang,dari kecil Rianti urus,karena kedua orang tua Mariam sudah meninggal dunia, Mariam, menganggap Rianti adalah orang tua Mariam,karena dari bayi Rianti mengurus Mariam.

"Mariam!"

Mariam mebuang muka dari Ibundanya. Ia merasa sangat marah terhadap keadaan di rumah tadi. Zarianti membuka pintu mobilnya. Kini ia duduk di depan kemudi dan bersiap untuk berangkat mengatar Mariam pergi ke sekolah.

"Mariam, maafkan bunda ya, sayang!"

"Kenapa Bunda minta maaf?"

"Karena kamu menjadi anak Bunda. Kamu harus mengalami hal buruk seperti ini.

Seharusnya pagi hari dimulai dengan hal baik, tetapi pagi kita dimulai dengan keributan." Air mata menetes begitu saja dari kedua bola mata zarianti. Mariam langsung memeluk Ibunya.

"Maafkan Bunda! Kamu harus memiliki seorang Ayah seperti itu. Ini semua kesalahan Bunda." Zarianti menangis di dalam pelukan putrinya angkatnya.

"Mariam sayang Bunda.Bunda tidak melakukan kesalahan apapun!" Mariam mengelus-elus punggung Ibunya yang sedang menangis.

Zarianti benar benar merasa bersalah dengan Mariam, 'ini semua gara gara Silvi,kalau tidak gara gara Silvi mungkin Mariam tidak mengalami trauma seperti ini,kenapa juga mantan mantan mas Bastian pada ingin mengganggu rumah tangga ku dengan mas Bastian , apa mereka tidak tau,kalau aku bisa saja menjatuhkan mereka mereka,dengan semudah yang aku ingin kan,menghancurkan kehidupan mereka dengan gampang.' Zarianti berdiskusi dengan hati nya sendiri.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status