"Dan aku merindukan keluargaku: merindukan ibu, ayah dan juga adikku yang berada di kampung"Suasana rumah ibu Icha begitu ramai siang ini. Banyak pekerja pabrik yang mampir untuk makan siang. Tania sudah kembali dari tugas penelitiannya—sedang duduk bersama ibu Icha, pak Ujad dan juga si Hari yang baru pulang sekolah. Mereka sudah siap untuk makan bersama siang—inimenikmati nasi kuning buatan ibu Icha dan merayakan ulang tahun Tania.Tania mengatupkan tangan, membuat tanda salib lalu berdoa sebelum makan. Handphonenya tiba-tiba berdering sesaat, menandakan sebuah pesan masuk.Tania meraih dengan cepat setelah berdoa, membaca dan langsung memencet item bergambar video pada layar. Tetapi orang yang ia video call tak menjawab teleponnya. Ia meletakann kembali handphonenya. Mungkin Mike sedang sibuk, pikirnya."Sok eneng, diambil nasinya. Maaf yah eneng, ibu cuman bisa masak nasi kuning doang," kata ibu Icha menawarkan Tania untuk mengambil nasi."Terima kasih, Bu. Ini sudah sangat istim
"Aku ingin menjadi yang paling hangat bagimu. Aku ingin menjadi yang paling tenang di telingamu"Seperti biasa Tania bangun dan membantu ibu Icha di dapur—menyediakan sarapan bagi mereka sendiri dan juga untuk jualan ibu Icha hari ini. Hari ini ibu Icha menyediakan sebuah menu spesial. Ibu Icha memasak nasi kuning untuk makan siang mereka.Tadi malam ketika sedang duduk menonton televisi, Tania sudah mengatakan pada ibu Icha bahwa ia akan berulang tahun besok. Tania memberikan selembar uang seratus ribu kepada ibu Icha untuk membeli keperluan masak. "Tania gak bisa bantuin ibu ya, Tania mau siap-siap pergi dulu bu," kata Tania setelah selesai mengupas bawang."Iya eneng, ibu mah teu nanaon. Enang pergi aja. Nanti siang baru kita makannya rame-rame ya," jawab ibu Icha.Tania lalu bergegas ke kamar, menyediakan buku-buku dan beberapa lembar kuisioner untuk penelitiannya. Ia akan melanjutkan penelitiannya ke beberapa rumah yang belum ia singgahi kemarin.Baru saja Tania melangkahkan kaki
"Mendoakanmu adalah caraku memelukmu dari kejauhan"Mike tengah duduk di meja piketnya. Ia meraih handphonenya dan membaca sebuah pesan dari Kevin - sebuah foto selfie dirinya dan Mega sedang duduk di meja makan.Mike tersenyum membaca caption yang ditulis sahabatnya itu. Pikirannya menerawang jauh ketika memandang bangunan tinggi lainnya di seberang jalan.Sebentar lagi Tania berulang tahun. Hanya tersisa hitungan jam saja namun gadis itu sedang tak berada di Jakarta. Mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu."Apa kabarmu hari ini, Tania? Semoga harimu menyenangkan. Semangat, kamu tidak sendiri. Doaku selalu bersamamu. Aku merindukanmu."Mike memainkan jarinya pada layar lalu mengirimi Tania sebuah pesan. Dengan begitu percaya dirinya ia mengungkapkan kerinduannya padahalnya, gadis itu masih belum resmi menjadi kekasihnya. Sebentar lagi. Tunggu saja.Mike lalu menelepon Kevin, sahabatnya yang sedang berdua bersama kekasihnya, Mega. "Halo, bro. Jangan iri ya. Kami tidak bisa mengajakmu,
"Genggam erat tanganku dan jangan kau lepas. Aku akan semakin mencintaimu setelah ini. Percayalah."Pagi-pagi sekali Tania sudah bangun, membantu Ibu Icha memasak di dapur. Selain menyiapkan sarapan untuk pak Ujad suami ibu Icha dan Adhari anaknya, mereka juga masak untuk para pelanggan bu Icha yang bekerja di pabrik.Rasanya sudah lama sekali Tania tidak melakukan aktivitas itu lagi. Selama hidup di Jakarta, ia tak pernah memasak sebanyak ini. Makan pun selalu dibeli dari warung, sesekali memasak sendiri di kost tapi itu juga hanya sayur dan ikan.Tania tak lupa juga mengabari Novy, temannya bahwa hari ini ia akan melakukan penelitiannya. Semalam setelah sampai, ia lupa mengabari Novy karena saking seriusnya mengobrol dengan keluarga barunya."Eneng, hampura ibu teh teu bisa temanin eneng," kata bu Icha di sela-sela menyediakan sarapan ke atas meja.Tania hanya mengangguk kecil. Ia memang tak harus mem
Setelah melewati perjalanan yang panjang dan melelahkan, Tania akhirnya tiba di tempat tujuannya, Desa Margaluyu. Waktu kira-kira pukul 16.37 WIB.Berkat bantuan salah seorang teman kampusnya yang merupakan putri kelahiran Desa Margaluyu, Tania akhirnya bertemu dengan Kepala Desa setempat dan dia akhirnya diantar oleh istri bapak Kepala Desa menuju rumah Ibu Icha Nur Aida, salah satu tetangga dari Novi, temannya.Perjalanan yang melelahkan namun terbayar lunas dengan sambutan hangat dari keluarga Ibu Icha. Ibu Icha adalah seorang ibu rumah tangga, usianya 56 tahun. Ia tinggal bersama suami dan seorang anak laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMA. Suaminya bernama pak Ujad Sudrajad.Mereka memiliki sebuah warung nasi yang menjadi tempat langganan para karyawan pabrik susu, PT. Nusantara Agri Sejati Dairy Farm. Jarak pabrik susu itu tak jauh dari rumah ibu Icha - hanya melangkahkan kaki sekitar tujuh langkah, kita sudah menginjakkan kaki di area pabrik s
Mike PoVMike telah siap di meja piketnya dan akan menjalankan tugasnya seperti biasa sebagai seorang security. Wajahnya tak menunjukan sama sekali ada keceriaan disana - ia masih memikirkan rencananya yang sudah gagal dan juga tantangan yang Tania berikan padanya.Tak berpikir panjang lebar, ia merogohkan tangan ke dalam sakunya lalu mengeluarkan handphonenya. Ia mencari nama Mega pada kontak lalu menelepon Mega."Halo, Mike. Ada apa?" Tanya Mega setelah menjawab telepon dari Mike.Mega tak menunggu waktu lama untuk menjawab telepon dari Mike karena handphonenya sedang berada di tangannya."Mega, apakah aku mengganggumu?" Tanya Mike cepat."Tidak, Mike. Ada apa?" Tanya Mega balik."Sepertinya rencana kita telah gagal, Mega. Tania akan pergi ke Sukabumi beberapa hari ke depan," kata Mike dengan suara datar."Berarti ulang tahunnya dia tidak di Jakarta?" Tanya Mega sambil mengernyitkan dahinya."Ya, Mega. Aku tak tahu lagi harus bagaimana," jawab Mike masih dengan suara datar."Apakah