Laki-laki itu memandang tubuh sintal Arbia Siquilla yang sudah tak sadarkan diri. Neberapa kali menelan salivanya untuk membadahi kerongkongannya yang tiba-tiba mengering saat melihat tubuh berbody goal itu dengan indahnya terhampar di hadapannya. Hatinya goyah untuk tetap setia pada satu wanita yang sudah lama ia sematkan di dalam relung jiwanya yang paling dalam.
Baru saja dia mau melepas jas kebesarannya terdengar ponsel genggamnya berbunyi.
"Hallo," suaranya datar mengawali pembicaraan itu.
"Lenyapkan dia dari hadapanku, Aku nggak mau lihat lagi wajahnya muncul di depan Praditia lagi. Kalau perlu bunuh dia! Dan hilangkan mayatnya di sungai!"
Wajah laki-laki itu menegang sesaat mendengar titah dari si penelpon.
"Sadis banget. Masa cantik dan sexy begini suruh bunuh, inikan aset. Sendainya Aku nggak punya dia, mungkin Aku tak akan pernah melakukan ini padamu, Nona Arbia." Dengus laki-laki itu sambil menjauhkan badannya dari ranjang tempat A
Sebenarnya Christ tidak tahu harus membawa Arbia kemana, harusnya memang tadi dia menyerahkan Arbia pada polisi. Kelar urusannya.Paling banter dia masuk jeruji besi"Christ kita mau kemana?" tanya wanita tua itu."Christ juga bingung, Bi," jawan Christ dari balik jok. Dia duduk di jok belakang dengan memangku separuh badan Arbia yang pingsan."Apa sebaiknya saya menyerahkan diri pada polisi, Bi. Tapi bibi langsung pergi, ya?" ucap Christ dari jok belakang."Spa kamu yakin Christ? Bagaimana dengan Felysia?""Nanti Christ minta tolong sama polisi, Bi untuk menyelamatkan Fely,"Setelah berdiskusi sebentar, akhirnya mereka berpisah di persimpangan jalan. Christ menggendong tubuh kecil Arbia ke pinggir jalan. Berharap polisi yang mengejarnya segera datang."Jangan bergerak! Tangan taruh di belskang kepala, jatuhkan senjata!" Christ tersentak tapi oatuh dengan titah dari Axelle.Dengan teliti Axelle memeriksa Christ.
Misi dilakukan oleh Axelle dan Christ yang dikawal ole Gama Pramudia juga wakil kapten Kaifan. Gedung menjulang, apartemen Amanda berada di wilayah komplek elite. Ke-4 pahlawan itu turun dari mobilnya dan mengatur rencana sebaik mungki. Berada di tengah-tebgsh komple mewah, Apartement Amanda sangat strategis dan berada dekat dengsn jalan raya juga pertokoan untuk mrnjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Malsm itu, Axelle duduk di lobi dengan wajah dihalagi oleh surat media kabar. Sedabg di belakang punggungnya sezrorang yabg sedari tadi menguap terus tampak sesekali mentabdarkan kepalanya di punggung sofa. Di lain te.pat Christ sudah menyusut ke salah satu kamar apartemen. "House keeping!" serunya dari luar kamar dan tak lama kemudian ada sesrorang yang membukakan pintu intuknya. "House keeping, Pak," ucapnya sambil menunduk hormat. "Baik, jangan lama-lama, ya. Bis mau datang. Dia nggak suka kalsu tempatnya masih berantakan sewaktu b
Axelle dan Christ menjatuhkan diri ke lantai mendengar suara tembakan itu. Sedang anak buah Tiger Wong berhamburan keluar mencari si penembak jitu dengan senapan laras panjang itu.Tiger Wong terhempas ke lantai dengan oeluru menembus kulit dadanya dan hampir menyerempet pelipis kanannya. Darah seketika mencair di lantai itu."Dasar kalian para oemuda brengsek. Licik, msinnnya di belakang!" Masih bisa ngiceh aja si ketua mafia.Axelle bangun di susul Christ dan meringkus Tiger Wong yang sudah tak berdaya. Darah segar yang mengalir dari dada kirinya membuatnya gelap meski matanya masih terbuka.Gama da Kaifan si penembak jitu terlihat sigap menangani anak buah Tiger Wong. Srketika Apartemen itu riuh dan rame. Semua petugas keamanan apartemen diturunkan untuk ikut menangkap anak buah Tiger Wong. Apartemen yang mewah menjadi tempat komplotan para mafia beserta pimpinannya."Kerja bagus Kai," Axelle mengacungkan jempol kanannya sebelum berlalu tu
Dari keterangan Gamma Pramudia tentang kasus yang melanda adik tirinya, saat ini sedang dilakukan pengusutan dan penyelidikan. "Dia menginginkan perusahaanmu," siang itu ketika jam bezuk sedikit terlambat Axelle menemui Praditia Wicaksana. Pria yang umurnya terpaut beberapa tahun dengan kapten muda itu hanya mengangguk bahkan tidak kaget sama sekali. "Semenjak kapan kamu mengetahuinya?" tanya Axelle merasa salut dengan sikap pria tampan berwajsh axetik itu. "Dari awal. Hanya saja Aku belum yskin. Aku kira dia bekerja sama dengan Cathrine ternyata dia bekerja sama dengan mafia itu." "Apa kamu mengensl Tiger Wong?" Praditia Wicaksana menatap Axelle tanpa ragu. "Kekasih gelap Ratu Prameswari," jawaban itu dirasa membuat sang kapten itu terhenyak. "Jadi___ "Ratu Prameswari selama ini bekerja untuk forum mereka. Aku juga baru mengetahuinya akhir-akhir ini, itupun lewat orang-orang yang masih bisa dipercaya." Da
Arbia menatap kagum makanan yang begitu banyak di meja makan. Matanya mengerjab-ngerjab terpana dengan bawaan Axelle. Juga rangkaian bunga yang begitu indah dan begitu banyak jenisnya. "Banyak sekali makanan hari ini ,Sayang," ucapnya ceria dengan mimik muka bak bayi. Lucu dan menggemaskan. "Selamat universarry, Sayang," bisiknya mesra di telinga sang kekasih. Gadis itu menggeliat geli dan bersemu merah. Ada hasrat yang tiba-tiba menggelira di dada Arbia padahal baru beberapa menit yang lalu ranjang panasnya bederit dengan desahan dan lenguhan juga jeritan terpekik. Akhirnya Arbia pun pasrah ketika bibir tipisnya itu di lumat kembali oleh sang kekasihnya. Beberapa detik terjadi paut memagut di meja makan itu. Setelah itu Arbia membuka mata lalu dengan sendu menatap kekasihnya itu. "Kenapa, mau lagi?" tanya Axelle sambil membungkuk lagi dan membenamkan kembali bibir kokohnya. Bahkan desahan disertai lenguhan Arbia membuat pria jantan itu menang
Pelukan hangat itu diterima oleh Praditia Wicaksana. Laki-laki yang sudah setengah abad itu menepuk pundak pria berumur 28 tahun itu. Sedang wanita yang ada di sampingnya memberikan pelukan hangat sebagai seorang ibu. "Selamat atas kebebasanmu, Nak." ucapnya denganbahasa kalbunya membuat pria itu mengembangkan kelopak matanya dan ada cairan yang meleleh dari sudut matanya. Sedang di ujung seberang seorang laki-laki gagah ddngan segam kebesarannya menyilangkan tanganny di depan dada menatapnya dengan gagah. Tak luput di sebelahnya seorang gadiz dengan body goal berdiri dengan cantik dan anggunya juga mengangguk hormat padanya. Arbia Siquilla, gadis yang selalu dikaguminya hinhga dia terobsesi tetap terlihat menawan di sebelsh laki-laki gagah yang selama ini selalu jadi gunjingan para kaum hawa. Ada yang kurang. Arka Abianta, pria yang hampir seumuran dengannya itu menghilsng. Kerja dinas ke luar kota menggantilan papanya. Kebebasan bers
"Bicaralah sesuka hatimu, wahai sang jurnalis. Aku takkan menanggapinya, karena misiku cuma menyingkirkanmu," dengan sinisnya Ratu Prameswari mengitari tempat duduk Arbia yang sudah terikat di kursi. "Apa untungnya kamu menculikku Ratu?" geram Arbia sambil mendesis kesal. Terdengar gelak tawa yang membahana di ruangan sempit itu. Entah Arbia tidak tahu di mana dia berada. "Setidaknya aku sudah menyingkirkan satu diantara orang-orang yang menyakitiku itu menuju ke liang kubur." Cih! Mendengar itu seakan Arbia ingin meludahi wajah gadis cantik yang hatinya busuk itu. "Kamu sakit, Ratu!" Bukannya marah dengan ucapan Arbia, gadis itu tergelak lagi dengan kerasnya. "Atau malah__," dengan menggantung kalimatnya yang sengaja dibiarkan membuat Arbia mendengus kesal. ""Atau mungkin ... Aku suruh anak buah Tiger Wong memperkosamu saja!" Deg! Tidak bisa dibohongi jantung Arbia seolah putus dan berhenti berdetak. Wajahnya pias dan sudah di
Sosok berjenis kelamin pria itu melepas penutup wajahnya dan tersenyum misterius. Bergerak mendekati tubuh Arbia yang belum sadarkan diri. Menatap dan mengagumi ciptaan Tuhan. "Pantas saja Axelle tergila-gila padamu, kamu sangat cantik dan mempesona. Aura wajahmu benar-benar memikat," gumamam yang lebih berkesan dengan kata-kata kekaguman. Tangan pria itu membekai lembut wajah gadis itu dan menyentuh bibir sensual Arbia. Berdecak kagum melihat wajah gadis itu. Meskipun wajah itu putih memucat. Sekitar 10 menit datang seseorang yang membawa semua perlengkapanuntuk Arbia. Pria gafah itu menggendong tubuh Arbia dan membaringkan di kamar yang ada di villa dalam hutan tersebut. Segala obat dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh kesembuhan Arbia. "Siapkan semua ddngan baik, jangan sampai dia bangun kekurangan yang ia butuhkan, termasuk dokter untuk memeriksa lukanya," titahnya pada lelaki tua yang bungkuk itu. "Baik, Tuan." Dengan patuhlelski