"Bicaralah sesuka hatimu, wahai sang jurnalis. Aku takkan menanggapinya, karena misiku cuma menyingkirkanmu," dengan sinisnya Ratu Prameswari mengitari tempat duduk Arbia yang sudah terikat di kursi.
"Apa untungnya kamu menculikku Ratu?" geram Arbia sambil mendesis kesal. Terdengar gelak tawa yang membahana di ruangan sempit itu. Entah Arbia tidak tahu di mana dia berada.
"Setidaknya aku sudah menyingkirkan satu diantara orang-orang yang menyakitiku itu menuju ke liang kubur."
Cih! Mendengar itu seakan Arbia ingin meludahi wajah gadis cantik yang hatinya busuk itu.
"Kamu sakit, Ratu!" Bukannya marah dengan ucapan Arbia, gadis itu tergelak lagi dengan kerasnya.
"Atau malah__," dengan menggantung kalimatnya yang sengaja dibiarkan membuat Arbia mendengus kesal.
""Atau mungkin ... Aku suruh anak buah Tiger Wong memperkosamu saja!"
Deg! Tidak bisa dibohongi jantung Arbia seolah putus dan berhenti berdetak. Wajahnya pias dan sudah di
Mampir lagi yuk di Sang Kapten. Jangan lupa di sini mampir juga@Takdir Yang Tertunda
Sosok berjenis kelamin pria itu melepas penutup wajahnya dan tersenyum misterius. Bergerak mendekati tubuh Arbia yang belum sadarkan diri. Menatap dan mengagumi ciptaan Tuhan. "Pantas saja Axelle tergila-gila padamu, kamu sangat cantik dan mempesona. Aura wajahmu benar-benar memikat," gumamam yang lebih berkesan dengan kata-kata kekaguman. Tangan pria itu membekai lembut wajah gadis itu dan menyentuh bibir sensual Arbia. Berdecak kagum melihat wajah gadis itu. Meskipun wajah itu putih memucat. Sekitar 10 menit datang seseorang yang membawa semua perlengkapanuntuk Arbia. Pria gafah itu menggendong tubuh Arbia dan membaringkan di kamar yang ada di villa dalam hutan tersebut. Segala obat dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh kesembuhan Arbia. "Siapkan semua ddngan baik, jangan sampai dia bangun kekurangan yang ia butuhkan, termasuk dokter untuk memeriksa lukanya," titahnya pada lelaki tua yang bungkuk itu. "Baik, Tuan." Dengan patuhlelski
Tubuh ringkih itu mulai menggerakkan badannya. Meringis dan merintih ucapan pertama yang lolos dari bibirnya. Ada sosok pria tingggi tegap dengan badannya yang kekar sedang menunggunya dan memperhatiksn setiap geraksn tubuhnya. Tak henti-hentinya dia menatap wajah pucat natural itu namin cantik dan menggairahkan. Sudah jelas dari tatapan pria itu, sangatlah menginginksn tibuh Arbia bahkan bisa berjanji menginginkan hati dan juga hidupnya seperti janjinya beberapa bulan yang lalu waktu tidak sengaja pertemuannya dengan Arbia di sebuah Cafe minuman. Pria ini sudah sangat menginginka Arbia menjadi miliknya seutuhnya. Melihat gaya bicara dan tingkah laku reporter muda ini pria yang berjuluk Tiger Wong ini hanya mendengus lembut lalu mendekat dengan tubuh kecil sang gadis. Mengerjabkan mata adalah hal kedua yang dilskukan Arbia mana ksla merasakan tempat yang berbeda. Ada balutan baju tak biasa di badannya dan bekas suntik infus masih terasa nyeri. Tapi badannya m
Plakk-plak! Dominic tak menyangka dengan ucapannya itu kedua pipi putihnya yang bak kulit bule itu akan terkena sampiran tangan mungil Arbia. Bahkan langsung lebam. Sudah bisa dipastikan kalau tangan gadis cantik ini bukan tangan biasa, setiap hafi pasti ditempa ilmu bela diri. Dengan gerakan reflek Dominic mengusap-usap kedua pipinya dengan mendapatkan tatapan kecaman dan hujatan serta rasa benci dan jijik dari Arbia. Wajah natural yang mempesona itu itu kelihatan sangat galak. Tapi di hati Dominic masih bisa tersenhum melihat wajah gadis itu terlihat lucu padahal mungkin Arbia sebisa mungkin sudah menampakkan tampang narah dan galaknya. "Nggemesin banget sich, wajah gadis ini, lucu." batinnya dalam hati. "Maaf-maaf," ucapnya lirih sambil menunduk. Baru kali ini seorang Dominic Chalondra dengan predikat Tiger Wong menunduk dan bilang maaf pada seorang perempuan. Gila! Ini benar-benar gila! "Sudah nggak waras kali! Si Tiger Wong ini. Bua
Dominic kaget setengah mati menyadari sanderaan kecilnya lari sekencang mungkin. Tanpa meminta tolong sama siapapun pria dewasa yang punya berjuta pesona itupun segera melesat mengehar Arbia. Sedang Arbia setengah mati berlari ke arah suara yang terdengar persis ddngan suara Axelle dan tim nya. Ketika dia hampir teriak karrna melihat sosok tegap dan tampan yang berjalan bersama dengan timnya di ujung jalan dia hampir teriak kegirangan. Namun sayang, usahanya sudah keburu gagal karena ada tangan kejar menutup mulutnya ddngan cepat. Domini Chalondra, pria itu sudah keburu membungkam mulut mungil Arbia dan memaksa menggendong gadis bertubuh kecil itu kemnali ke villanya yang ada di tengah hutan. "Om! Lepasin! Saya mau pulang! Itu tadi calon tunangan saya!" teriak Arbia yang ada dalsm grndongan kekar Dominic. Sekeian menit jantung Dominic seperti tertusuk pisau mendengar pengakuan gadis kecil itu tentang tunangannya. Ada yang berbeda dengan dirinya. Ada a
Arka hanya menghembuskan napasnya kasar. Dia paham dan sangat mengerti perasaan Axelle. Karena saat ini pun dirinya juga merasakan perasaan yang sama dengan kapten muda itu. Bahka perasaan takut lebih kuat. Hampir 24 jam lebih tak satu pun ada jejak tentang Arbia. Gadis itu menghilang seperti di telan bumi. Banyak yang bilang hutan larangan ini banyak binatang buasnya bisa jadi Arbia menjadi santapan hewan buas yang ada di hutan. Arka nggak dapat membayangkan kalau itu menimpa Arbia Sedang di tempat yang agak jauh dari tempat Arka dudu. Axelle sedang berbincang serius dengan Kaifan wakilnya. "Kap! Target pencarian hanya seminggu dati pihak atasan. Setelah itu, Kapten mau bagaimana?" Axelle menatap sekilas lalu matanya tertuju ke arah depan lurus tanpa menoleh lagi ke arah Kaifan. Hatiny terguncang dengan peristiwa menghilangnya perempuan yang sangat di pujanya itu. Rasa takut yang sangat menghantui membustnya kadang drop. Apalagi saat pencarian tidak pernah b
Masih dengan meringis Dominic Chalondra memegangi pipinya. Ini kali sekian Arbia Siquilla menamparnya tapi pria itu sama sekali tidak merasa harus marah. Malah dengan pongahnya dia tersenyum tipis. Sedang Arbia masih tersengal menata napasnya yang beberapa menit yang lalu seolah dihirup oleh makhluk berbeda alam. Oksigennya benar-benar habis oleh sesapan dan hisapan yang cuma beberapa detik aja mampu merontokkan hatinya. "Sialan!" makinya dalam hati. Rasanya dia malu sudah di cium psnas oleh pria dewasa seumuran Dominic. Namun tak bisa dipungkiri bahwa setan mana yang bisa bikin dia nyaman di perlakukan begitu oleh Dominic. Beberapa kali dia menggeleng-geleng kan kepalanya menolak semua rasa nyaman di hstinya. Dan beberapa kali dia menyebutkan nama Axele Narendra agar bayangan om-om ini cepat berlalu dari hadapannya. Dengan cepat Arbia berlari keluar menembus gelapnya mslam. Tindakan gadis kecil itu mampu membuat Dominic kalang kabut. Dengan sikap pri
Dominic mencampakkan begitu saja tubuh Ratu. Ada kekesalan dalam hatinya. Beberapa menit yang lalu, dihadapannya adalah sosok Arbia yang sangat ia gilai. Bahkan sampai pelepasannya pun dia menyebutkan nama gadis itu. Gila! Benar-benar gila. Begitu dasyatnya pengaruh gadis itu terhadap dirinya. Sampai-sampai wajah Ratu pun terlihat seperti wajah Arbia. "Bukk!" Tangannya meninju dinding yang ada di kamar di mana Arbia sedang tidak sadarkan diri. Terlihat gadis itu begitu cantik dengan muka polosnya yang natural. "Om, Aku mau pulang. Papaku pasti mencariku terus, kasihan sudah tua dan aku anak satu-satunya dari keluargaku." Begitu tenang waktu gadis itu mengucapkan kata-kata itu membuat Dominic sempat tertawa namun sekarang, bisakah Dominic melepaskan gadis muda ini. Kalau kenyataannya dia sangat tergila-gila dengan Arbia. Sesaat Dominic teringat akan saudara cloningnya. Apa kabar dia di penjara. Apakah anak buahnya bisa menyel
Pesan tterakhir dari Kaifan membuat darah Axelle mendidih. Ternyata benar, bahwa Tiger Wong yang ditangkapnya beberapa minggu yang lalu adalah cloning dari Dominic Chalondra. Dengan geram kapten muda itumengirimkan satu tim besar untuk menggelar razia besar di bandara. Menutup penerbangan jalur luar negeri untuk sementara waktu. "Axelle! Pastikan yang dibawa ke bandara itu Arbia bukan Ratu! Soalnya ada dua nama gadis yang terdaftar akan terbang ke China," seru Arka dalam perjalanan menuju ke bandara. Sedang di lapas seperti yang sudsh di rencanakan oleh Dominic, kembali lapas itu diserbu oleh orang-orang yang tak dikenal dengan menyabotase semua alat-alat senjata tajam. Anak buah Dominic sudah beraksi. "Gama! Perintahkan anak buah kamu unguk mengamankan lapas Tiger Wong. Dia saksi kunci kasus ini. Aku akan menuju bandara menghetikan pelarian Dominic Chalondra." "Baik, laksanakan!" Dalam waktu itungan detik kedua prajurit itu sudah mele